Mohon tunggu...
Sutarno
Sutarno Mohon Tunggu... Pendidik -

Sedang belajar mencerdaskan anak bangsa | SMK Negeri 1 Miri Sragen | Alamat Sekolah : Jeruk, Miri, Sragen | Alamat Rumah : Harjosari RT. 02, Majenang, Sukodono, Sragen Jateng | E-mail : tarn2007@yahoo.com | Blog : tarn2007.blogspot.com | Facebook : Soetarno Prawiro | Twitter : @sutarno_rahmat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Jawa Bertahan di Negeri Orang

4 Juni 2012   18:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:24 3077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_192731" align="aligncenter" width="680" caption="Jejaring Sosial Masyarakat Suriname - Jawa | Facebook.com"][/caption] 05/06/12. Sungguh ironi, jika kita membaca judul di atas, tetapi itulah yang terjadi saat ini. Budaya Jawa tumbuh dan berkembang jauh di negeri seberang yang notabene berjarak ribuan kilometer dengan jarak tempuh 23 jam pesawat udara. Tetapi hilang terkikis di tanah kelahirannya. Suriname, sebuah Negara di Amerika Latin dengan ibukota di Paramaribo. Sebuah Negara agraris dengan kondisi lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Sebuah Negara yang kita anggap miskin dengan pendapatan perkapita US$ 6,250 (2010) jauh di atas pendapatan perkapita Indonesia US$ 3.600 (2011), itulah Negara tempat bertahannya budaya Jawa di tengah era globalisasi saat ini. [caption id="attachment_192735" align="aligncenter" width="489" caption="Gonsilia Soemopawiro | Facebook.com"]

[/caption] Salah satu hal budaya yang masih sangat kelihatan adalah penggunaan nama seseorang. Di belahan dunia manapun nama menjadikan ciri khas seseorang sebagai warisan budaya yang memberikan ciri kearifan local. Misalkan Yamamoto : Jepang, Lin Dan : China, Pakpahan : Medan, Jhon : Inggris, Asep, Enang, Sunarya : Sunda, Ketut, Made : Bali, Jawa : ……….. ? [caption id="attachment_192737" align="aligncenter" width="476" caption="Nama-nama dalam JS | Facebook.com"]
1338835570411867454
1338835570411867454
[/caption] Di tengah era globalisasi saat ini mereka masih mampu mempertahankan budaya lokalnya masing-masing, walaupun itu hanya sebuah nama, yang merupakan bagian kecil dari budaya yang dimilikinya. Sungguh ironi, budaya penggunaan nama sebagai budaya local saat ini telah hilang tanpa bekas. Sedangkan saudara-saudara kita yang jauh ribuan kilometer dari tanah kelahiran nenek moyangnya masih mampu mempertahankan penggunaan nama tersebut, walaupun telah terjadi perpaduan dengan nama-nama yang berciri khas model LATINO, (Maaf) termasuk cara berpakaian. [caption id="attachment_192738" align="aligncenter" width="476" caption="Penulis di antara teman-teman Suriname | Facebook.com"]
1338835640165792532
1338835640165792532
[/caption] Hal ini benar-benar saya sadari pada saat mempunyai beberapa temen dari Suriname melalui jejaring social. Jika kita melihat nama-nama yang ada di jejaring sosial yang digunakan di akun tersebut, hal itu adalah mencirikan mereka masih menguri-uri penggunaan nama, walaupun itu untuk anak remaja maupun dewasa. Selain hal itu saudara-saudara kita yang berada di Suriname banyak hal menanyakan tentang kabar yang berkembang di Indonesia. Wajar jika mereka menanyakan hal itu. Secara rata-rata mereka merupakan keturunan yang ke-3, karena mereka adalah termasuk bagian proyek Pemerintah Belanda dalam kontrak kerja perkebunan dari tahun 1900 – 1937. [caption id="attachment_192740" align="aligncenter" width="476" caption="| Facebook.com |"]
1338835691470885924
1338835691470885924
[/caption] Dengan melihat kondisi tersebut, kita telah terlindas dengan globalisasi yang kita banggakan. Bukan berarti kita harus mengesampingkan globalisasi tersebut, tetapi mestinya kita wajib mempertahankan budaya yang dititipkan anak cucu kita seperti halnya di daerah-daerah lain yang masih mempertahankan penggunaan nama tersebut. [caption id="attachment_192741" align="aligncenter" width="476" caption="| Facebook.com |"]
13388357451679085180
13388357451679085180
[/caption] Sulit membayangkan, masihkah di lingkungan kita atau mungkin bahkan generasi kita yang masih memiliki nama seperti halnya yang digunakan orang Suriname ? Masih adakah generasi yang menggunakan nama MARTODIKROMO, JOYOPAWIRO, PONTJODIKROMO, KARTOSENTONO ataupun kosa kata sejenis yang mencirikan budaya Jawa ? Tidak ada kesan malu untuk menggunakan nama-nama tersebut sehingga masih bertahan hingga saat ini. Sungguh ironi, siapakah yang salah dengan ini ? Bagaimana menurut saudara ? Bersambung ……….. gaya hidup, populasi, kehidupan masyarakat Jawa di Suriname, Foto-foto tenaga kerja kontrak Indonesia di Suriname, Daftar peserta tenaga kontrak di Suriname, barangkali ada saudara, atau orang-orang di sekeliling saudara yang dapat kita ketahui. --- o O o --- Salam | Sutarno

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun