Mohon tunggu...
Tantrini Andang
Tantrini Andang Mohon Tunggu... Penulis - penulis cerpen dan buku fiksi

menulis itu melepaskan hal-hal yang biasa menjadi luar biasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam Ketiga

25 April 2017   08:12 Diperbarui: 25 April 2017   18:00 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Google

Aku kini punya hobi baru: Mengintip! Gerak gerik penghuni rumah depan itu  bisa kuamati dengan detil dari balik jendela. Wajahnya, dada telanjangnya, semua yang dilakukannya membuatku sibuk mengatur detak jantung. Gila! Aku mulai gila sejak kedatangannya.

Dia menempati rumah kosong di depanku. Awalnya aku senang ada tetangga baru. Bukankah  lebih menyenangkan punya  teman bicara daripada melamun sendirian?

“Tetangga baru itu ternyata bujangan. Dia seorang laki-laki yang bekerja di kantor pemerintahan di kota,” kata Hans, suamiku setelah ia berkenalan dengan tetangga baru itu. Aku pun agak kecewa. Aku sungkan untuk ngobrol dengan laki-laki yang bukan suamiku. Sejak menikah aku lebih membatasi diri bergaul dengan lawan jenis.

“Tak apa. Orangnya baik dan ramah kok. Kurasa ia bisa jadi tetangga yang menyenangkan,” lanjut Hans lagi.

Namun  aku tak setuju dengan pendapat suamiku. Penghuni baru itu sangat jauh dari menyenangkan. Sejak kedatangannya, aku merasa kurang nyaman berlama-lama di luar rumah. Karena tetangga baru itu dia. Ya dia! Lelaki bermata elang itu! Bagaimana mungkin aku melupakannya? Matanya yang tajam, rahangnya yang kukuh, dadanya yang bidang itu dulu pernah menjadi milikku.

Dari balik jendela, aku sering melihatnya duduk di teras rumahnya dengan bertelanjang dada. Ia akan menghabiskan waktu sore hari sepulang dari kota dengan menikmati segelas kopi dan sesuatu yang dikunyahnya dari sebuah piring. Wajahnya masih tampan. Saat mengintipnya dari balik jendela, sesuatu yang dulu kusimpan rapat dalam dada mulai riuh  mencari jalan keluar. Aku pun semakin gelisah.

Bagaimana ia tahu aku ada di sini? Aku sudah bersembunyi sejauh mungkin darinya. Kupikir aku sudah tidak akan terjangkau masa lalu, juga kisah-kisah yang pernah kami lalui bersama.  Namun kini ia sangat dekat. Beberapa langkah saja, aku bisa jatuh dalam pelukannya lagi.

Mungkin aku yang terlalu paranoid. Mungkin hanya kebetulan ia mendapat tempat di depan rumah. Lalu mengapa aku merasa bahwa ia  sedang mencariku? Yang jelas kehadirannya membuatku ingin selalu bersembunyi. Suatu saat pasti suami dan anakku akan mempertanyakan sikapku yang aneh karena terus-menerus mengurung diri di dalam rumah. Aku semakin gelisah memikirkan itu.

Kuncoro namanya, lelaki yang pernah membuatku tergila-gila. Dulu aku adalah gadis petualang yang tangguh. Saat jatuh cinta, aku akan memperjuangkannya dengan segala upayaku. Tak kubiarkan hatiku merana hanya karena Kuncoro telah beristri.  Aku tak peduli. Kudekati dia, kurayu dia dengan segala kelebihan yang kupunya. Kutunjukkan bagaimana cara bercinta dengan gadis sepertiku. Lalu Kuncoro terlena, Lelaki itu  pun  tergila-gila padaku. Kami pun bercinta. Kami lupa bahwa ada perempuan lain yang setia menunggu Kuncoro pulang. Waktu itu yang kutahu hanyalah Kuncoro menjadi milikku.

Kemudian terjadilah peristiwa itu. Saat Kuncoro benar-benar tergila-gila padaku. Ia memutuskan untuk meninggalkan istrinya. Semuanya dia lakukan untukku. Itu adalah keputusan besarnya saat aku menawarinya untuk memilih.

“Aku tidak mungkin menjalani hubungan seperti ini. Aku ingin memilikimu seutuhnya. Kalau kau memang mencintaiku, tinggalkan istrimu, milikilah aku.” Aku mengelus rahangnya dengan penuh cinta, menjejalinya dengan ciuman-ciuman mesra, agar ia benar-benar terpikat padaku selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun