Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Prostitusi Masa Kini, Empati hingga Istilah yang Bikin Geli

10 Januari 2019   01:18 Diperbarui: 10 Januari 2019   03:58 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai sesama perempuan, saya merasa terpanggil ketika kasus prostitusi artis menjadi tema topik pilihan. Berawal dari pemberitaan yang tersiar di media online yang muncul di laman media sosial facebook. Sejatinya saya tidak begitu mengetahui siapa VA (inisial yang disebut) dengan keterangan artis FTV. 

Begitu gencar pemberitaan media, khususnya media online yang meng up date perkembangan "penggerebekan" si Artis FTV tersebut., hampir tiap jam. Sehingga saya pun bisa "ngeh" dengan nama lengkap, wajah beserta kronologis kejadian.

Saya termasuk dalam kelompok masyarakat yang menanggapi pemberitaan prostitusi tersebut dengan cara "selengekan". Bukan saya tidak berempati sebagai sesama perempuan. Namun kasus prostitusi kelas kakap  yang melibatkan public figure memang tidak dalam jangkaun tangan saya. 

Penyintas  bukanlah "wanita tuna susila" (maaf) biasa yang bisa menjadi objek penelitian sosial layaknya penghuni lokalisasi. Wajar jika sebagian masyarakat khususnya pegiat media sosial memiliki cara kreatif dalam berempati. 

Sebuah Refleksi Empati

Melalui timeline Facebook, saya turut membagikan tautan pemberitaan terkait kasus "VA". Ini bentuk empati sederhana saya. Menggunakan istilah tertentu untuk mengungkap aktifitas prostitusi yang dilakukan sang artispun sengaja saya lakukan. Bukan sebuah hujatan vulgar, melainkan cara saya menelisik realitas kekinian yang cukup memprihatinkan. 

Terlepas pembelaan yang muncul pada "VA" yang akhirnya dinyatakan sebagai korban, empati saya sempat mengarah pada sebuah refleksi keprihatinan. Apa kurangnya menjadi artis?

Cantik, menarik, terkenal, secara sosial ekonomi pun jauh dari kata minus. Jangan karena tuntutan gaya hidup yang berlebihan, prostitusi menjadi jalan pintas atas prestasi dan target capaian ekonomi saat kadar keartisan mulai memudar.

Andai saya bisa berkata seperti Dilan:"Jadi artis perempuan itu berat, biar aku saja", tentu saya bisa lebih menyelami modus dibalik prostitusi masa kini yang melibatkan para selebritis. Hingga akhirnya, pembelaan demi pembelaan, bantahan demi bantahan bahwa "VA" terlibat prostitusi itu datang dari mereka yang dekat dengan artis tersebut. Pihak kepolisianpun akhirnya membebaskan sang artis dan menangkap 2 orang yang disebut-sebut sebagai mucikari. 

Wajah Inocent "VA" saat meminta maaf kepada masyarakat atas kegaduhan tak ubahnya serial FTV yang kerap ia bintangi. Seperti sebuah jalan cerita yang berkisah seorang "gadis" yang pergi ke Surabaya untuk menjemput rejeki di awal tahun 2019.

 Namun tak dinyana, kota yang menyimpan sejarah kejayaan lokalisasi Dolly itu membawanya bertemu dengan laki-laki hidung belang yang sangat misterius. Saking misteriusnya, saya pun penasaran dengan uang senilai 80 juta yang konon menjadi mahar yang harus dibayar untuk sebuah transaksi seksual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun