Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Kartini, Hari Kebahagiaan Kita

20 April 2017   23:20 Diperbarui: 21 April 2017   08:00 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Bagi masyarakat Indonesia,  di mana pun berada  pasti tahu bahwa tanggal 21 April itu  sudah ditetapkan sebagai hari Kartini.  Apalagi selama ini, setiap kali datangnya tanggal 21 April, di seluruh Indonesia merayakan hari Kartini.  Menulusuri jejak perjalanan sejarah, ternyata dalam catatan sejarah Indonesia, peringatan hari Kartini itu dilandasi dengan sebuah keputusan Presiden Indonesia yang pertama dulu, Presiden Soekarno.  

Ya, Presiden Soekarno  pada tanggal 2 Mai 1964  mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964,   yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Ditetapkannya Kartini sebagai salah satu pahlawan nasional yang berasal dari kalangan perempuan, menjadi sebuah tonggak sejarah bagi keterlibatan perempuan dalam perjuangan bangsa Indonesia, selain sejumlah nama pejuang perempuan lainnya di tanah air, seperti Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Laksamana Malahayati, dan lain-lain.

Keputusan tersebut sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar nasional, dipandang banyak kalangan sebagai sebuah keputusan yang diskriminatif terhadap para pejuang perempuan lainnya di negeri ini. Bila Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Martha Christina Tiahahu dan lain-lain sebagai pahlawan nasional, namun tidak dikuti seperti apa yang diberikan kepada RA.Kartini. RA. Kartini, tidak saja dijadikan sebagai pahlawan nasional, namun kemudian  tanggal lahirnya ditetapkan sebagai  hari Kartini, karena sejak ditetapkan sebagai hari Kartini,  maka  kemudian masyarakat Indonesia setiap tahunnya merayakan hari Kartini.

Banyak cara yang dilakukan untuk merayakan hari Kartini tersebut. Namun, bila diamati dengan cermat, sepanjang tahun peringatan hari Kartini, sepertinya tidak mencerahkan banyak kaum perempuan.  Peringatan hari Kartini tersebut memang dilakukan dengan berbagai macam ragam  acara. Namun, kesan yang selalu muncul adalah perayaan yang berbau model pakaian, yakni pakaian kebaya atau pakaian  adat daerah. Juga dengan model rambut yang disanggul dan sebagainnya. 

Padahal, bila melihat latar belakang sejarah yang membuat RA. Kartini, beliau dinyatakan sebagai pelopor kebangkitan kaum perempuan Indonesia. Dengan beberapa pemikiran dan perpekstif kritisnya tentang emansipasi, yang juga menempatkan Kartini sebagai tokoh emansipasi. Idealnya, yang harus diambil hikmah dan pelajaran penting dari peringatan hari Kartini adalah terkait dengan nilai-nilai moral, pemikiran-pemikiran atau pandangan Kartini yang selayaknya diterapkan dan direplikasi serta dijadikan contoh bagi perempuan lain di tanah air saat ini. 

Hal ini dipandang perlu dan penting, karena semangat, pemikiran dan pandangan atau cara hidup Kartini sebagai pejuang hak-hak kaum perempuan tersebut adalah modalitas dan tonggak kekuatan bagi pergerakan perempuan kontemporer yang sedang menggapai keadilan dan kesetaraan gender.  Perjalanan perjuangan pergerakan perempuan dalam mendapatkan keadilan dan kesetaraan gender selama ini masih panjang. 

Oleh sebab itu, selayaknya, cara-cara atau model perayaan atau selebrasi hari Kartini, hendaknya tidak lagi dalam bentuk dan model lama yang terkesan membawa perempuan kembali ke ranah domestik, tetapi seharusnya dapat dijadikan modal atau kapital  yang sekaligus menjadi katalisator bagi pencapaian target gender mainstreaming di segala aspek kehidupan. Dengan demikian, akan dapat memperpendak waktu pencapaian hasil. Walau tidak ada kepastian, namun sudah menjadi kekuatan.

Kebahagian Kita

Tanggal 21 April, memang tanggal istimewa bagi kaum perempuan Indonesia. Istimewa, karena tanggal tersebut menjadi pengingat bagi setiap orang agar mau memberi penghargaan dan penghormatan kepada semua kaum perempuan. Oleh sebab itu, tanggal 21 April, memang hari kebahagiaan kita, kebahagian kaum perempuan Indonesia. 

Bahkan, bagi pribadi penulis, tanggal 21 April juga tanggal yang sangat membahagiakan. Apa yang membuat penulis bahagia? tentu bukan karena tanggal itu adalah tanggal lahir penulis, tetapi tanggal istimewa kami berdua, antara penulis dan sang istri. bagi kami, tanggal 21 April, bukan hanya sebagai hari kartini, tetapi juga sebagai tanggal pernikahan kami, yang sengaja kami pilih sebagai tanggal pernikahan, sejalan dengan perjalanan hidup dan pekerjaan penulis melakukan upaya pemberdayaan dan penguatan perempuan akar rumput, miskin dan marginal di Aceh.

Jadi, pada tanggal 21 April 2017 ini, penulis dan istri juga bersama masyarakat Indonesia lainnya ikut merayakan hari Kartini, serta kami berdua akan merayakan tanggal pernikahan kami, yang sudah berlangsung sejak tanggal 21 April 2008. Alhamdulilah, semangat, nilai-nilai serta pemikiran Kartini tersebut, selama ini juga telah mendorong kami agar semakin cerdas dalam menghargai dan menghormati eksistensi perempuan serta menghargai hak-hak perempuan dalam rumah tangga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun