Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Situsinis; Nyinyir Tiada Akhir

21 Maret 2015   20:30 Diperbarui: 24 Juli 2015   23:15 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1426944533262138956

Udah tau belum? Sekarang ada penyakit baru lho? Namanya penyakit “situsinis” alias nyinyir. Penyakit ini memang tidak mematikan. Tapi sangat mewabah, terjadi di banyak sosial media. Dan biasanya mengidap pada orang-orang yang gak bisa move on. Doyan memelihara kebencian, bahkan menyebarluaskannya. Pikirannya negatif mulu. Serem gak sih ...

 

Ya penyakit situsinis. Penyakit yang tidak menular. Tapi berusaha ditularkan oleh pemiliknya. Situsinis, penyakit nyinyir tiada akhir. Kerjaannya mengejek atau menganggap rendah orang lain. Penyakit yang tidak mampu melihat kebaikan apapun. Selalu meragukan sifat baik yang ada pada diri orang lain. Duh, serem banget sih penyakitnya.

 

[caption id="attachment_404509" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Nyinyir Tiada Akhir"][/caption]

Denger musik dangdut nyinyir. Nonton lawakan yang gak lucu, nyinyir. Ada orang dandan, nyinyir. Ada Gubernur ngomel-ngomel nyinyir. Presidennya lagi kerja masih nyinyir juga. Kayak gitulah kira-kira penyakit situsinis; penyakit nyinyir tiada akhir. Nyirr, nyirr, nyirr ...

 

Agak susah penyakit ini disembuhkan. Karena kebencian yang mengeras, membatu. Apapun yang dilakukan orang yang dibencinya pasti jelek di pikirannya. Pemimpinnya melakukan hal yang baik dianggap pencitraan atau riya. Pemimpinnya salah atau melakukan hal yang kurang baik, bukannya diingatkan, malah dihujat dan disebarluaskan kemana-mana. Ngerinya lagi, berdoa aja nadanya nyinyir. Coba cek aja di social media, tapi harus agak kritis bacanya. Serem dah ahh .... berdoa kok nyinyir.

 

Situsinis, penyakit nyinyir tiada akhir. Kapan akan berakhr? Entah kebiasaan, entah virus dalam diri. Agak sulit untuk dihilangkan. Seakan mubazir kalo tidak digunakan. Karena udah terbiasa nyinyir ...

 

Terus gimana dong cara ngobatin penyakit situsinis alias nyinyir?

Duh, maaf obatnya saya gak tahu.  Tapi mungkin, obatnya ada di orang itu sendiri. Mau baik sangka atau buruk sangka. Husnudzhon atau su’udzhon. Itu saja. Cuma buat mengingatkan saja kok. Penyakit situsinis alias nyinyir tiada akhir punya potensi untuk hasad, iri dengki terhadap nikmat. Meragukan nikmat Allah. Padahal, apa yang dialami orang lain juga bisa terjadi pada diri kita. Apa yang dirasakan orang lain juga bisa kita rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun