Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nuntut Hak Lupa Kewajiban, Gak Ciamik

8 Januari 2016   07:54 Diperbarui: 8 Januari 2016   09:46 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nuntut hak lupa kewajiban.

Zaman begini, kadang makin banyak orang makin bingung. Mungkin karena banyak urusan. Mungkin karena terjebak rutinitas. Wajar kalo akhirnya, banyak orang yang makin lupa mana yang hak, mana yang kewajiban.

Nuntut hak lupa kewajiban.
Semoga aja kamu gak begitu ya. Just reminder aja, makin ke mari makin banyak orang yamg gak bisa bedain mana yang hak dan mana yang kewajiban. Mungkin karena selama ini suka ngomongin doang hak dan kewajiban. Atau biasa dicampur-campur antara hak dan kewajiban. Kayak es dawet aja dicampur-campur. Pantes jadi ruwet hehe. 

Nuntut hak lupa kewajiban.
Sekali lagi, semoga kita gak begitu. Karena bukan hanya gak baik. Tapi gak pantas kalo kita banyak nuntut hak tapi lupa akan kewajiban. Betul gak? 

Kalo kita mau disebut orang tanggung jawab. Asalnya itu dari melaksanakan kewajiban dulu, kemudian mendapat atau menuntut hak. Karena kewajiban bukan hal yang cuma dimengerti tanpa dilaksanakan. Salah kalo kita hanya gemar mendahulukan hak tapi belum optimal jalankan kewajiban.

 

Nuntut hak lupa kewajiban.
Jadi, kewajiban dulu yang harus dijalankan. Bukan nuntut hak. Karena
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan. Sebuah keharusan alias tidak bisa tidak. Gak ada alasan untuk tidak melakukan kewajiban. Bahkan jika kita langgar, maka kita boleh dituntut karena tida laksabakan kewajiban. Contoh kecil aja, sholat 5 waktu bagi yang muslim itu kewajiban. Gak ada alasan untuk meninggalkannya. 

Beda dengan hak. Hak itu sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang, telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Hak itu menyangkut hal yang kewenangan atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Maka setelah berbuat dulu, hak itu kemudian muncul. Gak usah dipaksa nuntut hak kalo kita belum berbuat atau kerjakan dulu. Kalo gitu kan fair...

 

Nuntut hak lupa kewajiban.
Banyak orang terkecoh sekarang. Mereka cenderung nuntut haknya. Tapi sayang lupa kewajibannya. Atau belum bagus jalanin kewajiban tapi banyak nuntut soal hak. Pucing dah pala belbie...

 

Nuntut hak lupa kewajiban.
Kalo orang kerja, contohnya nuntut naik gaji tapi kerjanya belum optimal. Kerja tapi gak karuan, gak pengaruh terhadap bisnis.
Kalo suami, contohnya nuntut istri harus begini begitu tapi nafkah yang diberikan gak cukup (walau relatif). Gimana bisa?
Kalo istri, contohnya minta ini minta itu tapi dia gak mampu support suami agar kerja dengan optimal, yah gak bisa dong.
Kalo anak kampus, contohnya nuntut kampus harus punya fasilitas ini itu tapi dia sendiri gak rajin belajar, jarang kuliah. Terus mau gimana?
Kalo negara, contohnya masyarakat wajib bayar pajak tapi malah dikorupsi atau dipakai bukan untuk kepentingan rakyat. Kan pusing kalo gitu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun