Mau gimana akhir hubungan suami istri Anda ?
Tanya yang sulit dijawab. Karena tak satupun dari kita tahu ending-nya. Manusia memang hanya berencana dan berusaha. Namun, Allah kuasa atas segalanya. Taka da referensi, taka da rujukan. Mau gimana akhir hubungan suami istri kita ?
Indah pada awalnya, indah pada akhirnya. Itu yang suami istri mau. Tak terkecuali.
Cinta bukan hanya dari kata-kata. Tapi segumpal hasrat yang terbersit dari hati.
Cinta yang berbinar kala dilihat, yang bersinar kala ditatap. Cinta yang meneduhkan lagi hangat. Cinta adalah singgasana tuk bersandar dan berlindung.
Cinta pun tak pernah bersandar pada tangisan, yang memang bukan pengobat cinta.
Karena tangisan cinta tak pernah mengerti perjalanan hati.
Mau gimana akhir hubungan suami istri Anda?
Malam ini berharap hanya tenangmu. Saat ini inginkan hanya damaimu. Detik ini meminta hanya bahagiamu. Tapi, cinta penuh misteri, terkadang alibi.
Bila menangis, hati pun bersedih. Bila senang, hati pun berbunga. Bila gelisah, hati pun bergejolak. Karena suami istri merasa se-hati. Bertemu adalah takdir. Bersama adalah pilihan.
Suami istri adalah buah keindahan cinta, dalam nafas yang bergerak hingga seribu tahun lagi.
Lalu, mau gimana akhir hubungan suami istri Anda?
Tidak ada referensi, tak ada rujukan. Namun kisah ini bisa jadi inpsirasi, bisa jadi ilusi.
Suami istri di usia senaj. Tinggal di rumah yang telah dihuni puluhan tahun. Dua anak mereka telah mandiri. Suami pensiunan, sedangkan isteri ibu rumah tangga. Mereka lebih memilih tinggal di rumah yang mereka meski anak-anaknya memintanya pindah. Suami istri, berdua dalam renta, menghabiskan waktu sisa di rumah yang telah jadi saksi ribuan bahkan jutaan peristiwa.
Saat lepas senja ba’da shalat Isya, di masjid tak jauh dari rumah, sang isteri tak temukan sandalnya. Saat sibuk mencari, suami menghampiri dan berkata “Kenapa, Bu?”
Isteri menoleh sambil berkata: “Sandal ibu gak ketemu Pak”.
“Ya sudah gak apa-apa. Pakai saja sandal ini”, kata suami sambil sodorkan sandal yang dipakainya.
Sang istri, menuruti perkataan suami adalah kebiasaannya. Jarang membantah. Begistu sanga suami, selalu memahami kegundahan isteri. Ia genggam lengan isteri. Sekelbat dalam pikirnya, “Aku bisa melangkah seperti ini. Tentu karena ditopang kaki isteriku selama puluhan tahun.” Ungkapan terima kasih sebanyak, sebesar, dan sedalam apapun tak kan pernah setimpal dengan apa yang telah dilakukannya untukku, pikirnya.
Kaki isterinya yang mungil, selalu berlari kecil membukakan pintu untuk suaminya saat pulang kerja. Terkadang hingga tengah malam. Dari kaki istri, telah diantar anak-anak ke sekolah tanpa kenal lelah Kaki yang menyusuri tempat-tempat untuk mencari kebutuhan suami dan anak-anak di rumah.
Sang isteri memandang suaminya sambil tersenyum. Dengan tulus, mereka kembali ke rumah setelah shalat Isya berjamaah di masjid.