Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Manusia Banyak Menuntut Tanpa Kontribusi

29 Juli 2017   10:22 Diperbarui: 29 Juli 2017   10:52 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dok.pribadi

MANUSIA ITU LEMAH, manusia itu buta. Banyak menuntut tanpa kontribusi.

Orang hebat sekelas Cristiano Ronaldo, Kobe Bryant pun pasti butuh pelatih. Ini bukan soal pelatihnya lebih hebat dari mereka. Tapi soal, orang-orang hebat itu tetap butuh orang lain untuk melihat hal-hal yang tidak dapat mereka lihat sendiri. Karena gak semua dalam hidup, biar kita hebat dan pintar, ada hal yang gak mamppu dia lihat. Kodrat manusia. Maka itulah blind spot, titik buta-nya manusia.

Titik Buta, Blind Spot manusia sama dengan handphone saat mengalami blank spot. Ketika handphone kita gak bisa digunakan. Karena gak ada sinyal. Akses internet jadi terganggu. Handphone secanggih apapun, gak bisa ngapa-ngapain saat blank spot. Betul gak? Paling juga kita ngoceh. Ngeluh gak karuan. Mengutuk provider kartu jelek. Atau lokasinya yang dibilang jelek. Cuma urusan handphone, kalo udah blank spot, banyak orang galau, gelisah. Mencaci maki lalu menghujat. Serem gak sih...

Begitu juga manusia. Kalo udah kena blank spot gak bisa ngapa-ngapain. Manusia kalo udah "buta" atau "dibutakan" hatinya, pikirannnya udah pasti sulit melakukan apapun.
Kapan manusia mengalami blank spot?

Dalam bahasa manusia, blank spot disebut blind spot. Ya, BLIND SPOT, Titik Buta-nya manusia. Suatu keadaan yang tidak bisa dijangkau oleh penglihatan kita pada saat-saat tertentu. Karena kita terlalu FOKUS pada satu titik doang. Sehingga titik yang lain tidak bisa dilihat. Misal, kita lagi fokus mau nikah, maka urusan lain diabaikan sementara. Lagi mengejar harta, pasti soal agama bisa mudah dilupakan. Lagi fokus pengen "mengalahkan" orang lain, pasti lupa untuk "memenangkan" oranglain. Manusia, kalo udah pengen punya pangkat punya jabatan punya segalanya, selalu ada saja hal penting lainnya yang diabaikan. Lumrah tapi harus tetap diwaspadai. Karena itulah Blind Spot pada manusia.

Blind Spot, pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak kenal profesi, tidak kenal kasta, atau tingkat pendidikan sekalipun. Karena Allah sudah menyatakan bahwa manusia adalah makhluk lemah yang bisa lupa dan keliru. Dan keadaan itu sudah fitrah manusia. Yang waras saja suka blank, apa lagi yang gak waras hehehe, maaf ya.

Cuma mau cari tahu KPK sewenang-wenang apa gak, orang-orang hebat itu sampai minta masukan dari para koruptor yang di penjara. Cuma masalah yang gak jelas, anak-anak itu mem-bully temannya sendiri. Itu semua cerminan dari blind spot-nya manusia. Sekali lagi, manusia itu sangat-sangat lemah.

WAJAR KALO HARI INI, BANYAK MANUSIA YANG LEBIH SENANG MENUNTUT PADAHAL MEREKA TIDAK MEMBERI KONTRIBUSI. LEBIH GEMAR MEMPERMASALAHKAN DARIPADA BANTU CARI SOLUSI.

Sok tahu ahh. Emang kenapa kalo kita blind spot? Masalah gitu buat elo?

Ya gak kenapa-kenapa bro. Blind spot itu cuma ngingetin bahwa kita lemah. Jadi gak usah sombong dan jumawa. Apapun yang kita punya, yang kita cari tak akan mampu ngilangin blind spot kita. Manusia itu keadaannya sering "buta sesaat". Jadi, gak tahu apa-apa, gak mampu bertindak apapun. Kalo bisa bilang orang lain gak tahu apa-apa, kita juga persis sama seperti itu. GAK TAHU APA-APA.

Blind spot juga ngajarin kita. Bahwa apa yang kita lakukan tidak harus diukur dari apa dan berapa hasil yang kita peroleh. Tidak semua yang kita kerjakan, yang kita lakukan harus dapat uang. Manusia sekarang ini parah, nyari untung mulu. Jadi, kapan dong sosialnya. Lagi kalo mau jujur, apa yang kita lakukan itu pasti ada nilai tambahnya. Minimal, jadi sarana BELAJAR, biar tetap eling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun