Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kebiasaan Membaca Berkontribusi terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

21 Desember 2012   09:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:15 5788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13897049611054991639

Membaca adalah satu keterampilan dalam ilmu bahasa Indonesia. Dengan membaca, siswa akan lebih mudah dalam mencerna dan memperoleh informasi. Melalui kegiatan membaca, siswa dapat memahami pesan dan makna dari suatu bacaan, di samping itu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah secara lebih optimal. Setiap orang menyadari bahwa membaca merupakan keterampilan yang penting. Hanya masalahnya, bagaimana cara yang ditempuh seseorang agar dapat dikatakan terampil dalam membaca?

Kegiatan membaca membutuhkan latihan. Membaca membutuhkan kebiasaan. Tanpa banyak latihan atau membiasakan membaca, maka setiap orang bisa diyakini tidak memiliki kemampuan membaca yang baik pula. Membaca telah mendapat perhatian dan porsi yang khusus dalam kegiatan belajar. Siswa yang kesulitan membaca tidak sedikit dan hal ini akan berkonsekuensi terhadap sulitnya dalam memahami materi pelajaran. Siswa tidak terampil dalam kegiatan membaca dan seringkali tidak mampu mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Begitu besarnya peran membaca dalam belajar menyebabkan guru di sekolah dalam jenjang apapun sering memberi penilaian berdasarkan kemampuan membaca yang dimiliki siswa.

Siswa yang gemar membaca tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam mengikuti materi pelajaran. Namun sebaliknya, siswa tidak memiliki kebiasaan dalam membaca akan menyebabkan siswa tersebut merasa sulit dalam memahami materi pelajaran. Oleh karena itu, kegiatan membaca bagi siswa pada dasarnya tidak dapat dipandang dengan sebelah mata. Semua pihak dalam dunia pendidikan memiliki kepentingan yang besar terhadap peningkatan kemampuan membaca siswa.

Membaca dapat menjadi faktor penting dalam memahami setiap perkembangan yang terjadi dalam kehidupan, di samping menjadi tolok ukur keberhasilan dalam belajar. Dengan membaca, siswa dapat lebih mudah memahami setiap materi pelajaran. Siswa yang terampil dan memiliki kebiasaan membaca yang baik biasanya memiliki pengetahuan yang lebih luas. Sebaliknya, siswa yang kurang terampil dan jarang membaca akan sempit pengetahuannya. Sebagian besar siswa, kebiasaan membaca masih tergolong rendah. Tidak sedikit siswa melakukan aktivitas membaca hanya terbatas pada saat menjelang ulangan atau ujian. Membaca dalam kondisi tersebut terkesan dipaksakan karena takut gagal dalam ulangan atau ujian.

Dengan banyak membaca, siswa akan dapat mengetahui peristiwa masa lampau, masa kini, dan mampu meramalkan peristiwa yang akan terjadi kemudian. Siswa yang memiliki kebiasaan membaca mampu menggunakan waktu untuk kegiatan membaca. Kegemaran terhadap bacaan menjadikan waktu sangat berharga nilainya. Tuntutan akan kebutuhan informasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu sebenarnya dapat difasilitasi melalui kegiatan membaca. Namun kenyataan ini menjadi berbeda apabila kebiasaan membaca di kalangan siswa rendah.

Kebiasaan membaca yang baik merupakan kunci keberhasilan semua pelajaran di sekolah. Membaca bukanlah sekadar aktivitas melihat huruf. Membaca merupakan usaha individu yang peka terhadap kebutuhan informasi dan perkembangan ilmu. Kegiatan membaca merupakan aktivitas yang melibatkan fisik, pikiran, dan emosi. Oleh karena itu, kebiasaan membaca di kalangan siswa menjadi sangat diperlukan dalam aktivitas belajar. Peran siswa dalam membangun kebiasaan membaca sangat diperlukan. Siswa dituntut memiliki kesadaran dalam kegiatan membaca.

Kebiasaan membaca dalam diri siswa harus senantiasa digalakkan. Dengan kebiasaan membaca yang baik, maka aspek keterampilan berbahasa yang lain juga akan menjadi lebih mudah dilakukan, baik dalam bentuk menulis, berbicara, maupun menyimak. Salah satu dampak langsung dari kegiatan membaca adalah prestasi belajara bahasa Indonesia yang memadai. Kebiasaan membaca memberikan pengaruh besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.

Oleh karena itu, guru memiliki kontribusi yang besar dalam pencapaian prestasi belajar siswa di kelas. Prestasi belajar bahasa Indonesia yang diperoleh siswa menjadi cermin kemudahan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan yang berbasis kebiasaan membaca. Kemudahan tersebut bersumber dari proses belajar yang tidak hanya mengandalkan aktivitas belajar formal di kelas, tetapi didukung oleh kebiasaan membaca yang melekat dalam diri siswa.

Membaca berkaitan dengan kebiasaan. Membaca sebagai kebiasaan berarti seseorang menjadikan aktivitas membaca sebagai sesuatu yang secara rutin dilakukan setiap harinya. Kegiatan membaca yang tidak didukung kebiasaan biasanya menjadi kegiatan yang tidak memiliki manfaat. Pda mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan membaca diajarkan agar siswa memiliki keterampilan yang memadai, di samping menjadi lebih mudah memahami setiap materi pelajaran yang diterimanya. Siswa yang gemar membaca tidak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Salah satu implikasi dari kebiasaan membaca adalah perolehan prestasi belajar bahasa Indonesia yang lebih optimal. Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor penting dalam kegiatan belajar yaitu diantaranya kebiasaan membaca siswa. Prestasi belajar siswa yang baik seharusnya lahir dari kebiasaan membaca yang memadai. Namun sebaliknya pula, prestasi belajar bahasa Indonesia yang buruk menjadi cermin buruknya kebiasaan membaca yang melekat dalam diri siswa. Apakah prestasi belajar bahasa Indonesia berkaitan dengan kebiasaan membaca siswa?

Prestasi belajar bahasa Indonesia dapat dilihat melalui hasil evaluasi belajar yang diterima siswa sebagai gambaran tingkat pemahaman dan penguasaan siswa saat menerima pelajaran bahasa Indoensia. Prestasi belajar tidak hanya menunjukkan adanya perubahan tingkah laku sisw dalam berbahasa, tetapi tercermin melalui hasil belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar menjadi refleksi kemampuan kognitif siswa dalam memahami materi pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu, masalah yang diajukan dalam tulisan ini adalah: ”Seberapa besar kebiasaan membaca siswa memberi kontribusi terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia?”

Kebiasaan Membaca

Hampir seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari juga tidak luput dari kegiatan membaca. Surat kabar, majalah, tabloid, dan buku merupakan media yang dapat disimak melalui kegiatan membaca. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang kompleks dan rumit. Membaca melibatkan banyak komponen. Kasim, dkk (1987 : 9) menyatakan bahwa: ada tiga komponen dalam membaca, yaitu: a) pengenalan terhadap aksara, 2) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik formal, dan 3) hubungan lanjutan dari aksara dan unsur linguistik formal dengan makna.

Kegiatan membaca merupakan keterampilan yang bersifat komprehensif. Kegiatan membaca setidaknya membutuhkan keterampilan yang bersifat mekanis dan yang bersifat pemahaman. Doren (1986 : 11) menyatakan:Membaca merupakan keterampilan yang kompleks, dengan melibatkan keterampilan yang bersifat mekanis seperti: pengenalan huruf, kata, kalimat, ejaan serta bunyi dan keterampilan yang bersifat pemahaman seperti pemahaman kata, gramatika, retorika, makna, dan kecepatan membaca.

Kebiasaan membaca dalam diri seseorang sangat menentukan kecenderungan perilaku seseorang terhadap bahan bacaan. Kebiasaan mennetukan terbentuknya dorongan dan perilaku dalam kegiatan membaca. Semakin sering seseorang melakukan kegiatan membaca, maka semakin banyak pula informasi atau pesan yang diperolehnya. Tarigan (1992 : 22) menyatakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan melalui media bahasa atau kata-kata yang disampaikan penulis yang didukung oleh kebiasaan membaca.

Tanpa kebiasaan membaca yang baik, maka seseorang akan mengalami kesulitan dalam kegiatan membaca. Apalagi membaca merupakan aktivitas yang melibatkan pikiran dan nalar. Membaca merupakan proses untuk mempersepsi bahasa yang bersifat tulisan. Untuk memperoleh pemahaman yang optimal dalam kegiatan membaca maka diperlukan perangkat mental yang memadai untuk mencapai tujuan kegiatan membaca, termasuk kebiasaan membaca.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Belajar sebagai proses harus berorientasi pada pencapaian prestasi belajar siswa pada semua mata pelajaran. Tohirin (2005 : 140) memberikan batasan prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukankan belajar. Dalam konteks pembelajaran, ada beberapa tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Salah satu tolok ukur yang digunakan adalah prestasi belajar yang mengacu pada pencapaian taksonomi pendidikan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sudjana (1995 : 14) menyatakan bahwa pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa merujuk pada pencapaian aspek-aspek yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar dalam implementasinya dapat mencakup aspek pengetahuan atau pemahaman, aspek keterampilan, aspek nilai dan aspek sikap. Hal ini dipertegas oleh Hidayat(1990 : 150) yang menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan atau sikap, yang semuanya diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif.

Di sisi lain, Nasution (1982 : 125) menyatakan bahwa perstasi belajar adalah perubahan berupa pengetahuan, kebiasaan, kecakapan, sikap, penguasaan dan pengertian pada diri siswa. Prestasi belajar menjadi bagian dari proses evaluasi pendidikan, yang mengacu pada butir-butir tujuan yang tercantum dalam kurikulum pembelajaran. Pada kenyataannya, prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal dan faktor eksternal.

Purwanto (1984 : 3) menegaskan bahwa prestasi belajar merupakan penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedikitnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk lebih memahami hasil belajar, yang terdiri dari: 1)prestasi belajar merupakan proses yang sistematis, yaitu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan, 2) prestasi belajar memerlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang dievaluasi, seperti minat, perilaku, hasil ulangan atau tugas, nilai ujian akhir, dan 3) prestasi belajar tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan pengajaran yang hendak dicapai.

Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang optimal dalam kegiatan belajar mengajar, siswa maupun guru harus memahami berbagai faktor yang dapat menghambat pencapain prestasi belajar. Setiap siswa pada dasarnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performa) yang memuaskan. Di sisi lain, setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang mencolok antarsiswa. Dengan demikian, prestasi belajar bahasa Indonesia dapat dinyatakan sebagai hasil yang dicapai yang mencakup apa yang dilakukan dan dikerjakan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia. Prestasi belajar dapat menjadi bahan laporan bagi guru kepada siswa tentang pencapaian tujuan program belajar-mengajar di kelas.

Dalam pengamatan dan survey dalam kegiatan belajar bahasa Indonesia tampaknya kebiasaan membaca memberikan kontribusi terhadap pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia yang diperoleh siswa. Sekalipun bersifat tidak signifikan, kebiasaan membaca dapat dikatakan menjadi faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa, khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Siswa yang memiliki kebiasaan membaca baik maka akan semakin baik pula prestasi belajara bahasa Indonesia yang diperolehnya.

Kebiasaan membaca memiliki peran yang penting dalam menentukan prestasi belajar bahasa Indonesia. Tanpa kebiasaan membaca yang baik, maka diyakini bahwa prestasi belajar bahasa Indonesia siswa pun menjadi kurang baik. Adanya kontribusi kebiasaan membaca terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia menunjukkan bahwa kebiasaan membca menjadi unsur yang harus ditingkatkan dalam proses kegiatan belajar-mengajar di kelas.

Adanya kontribusi kebiasaan membeca terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kebiasaan membaca dapat menjadi indikasi dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia di sekolah agar lebih menekankan pada pembelajaran yang bersifat keterampilan siswa. Membaca dan prestasi belajar bahasa Indonesia memiliki relevandi yang kuat dalam meningkatkan perilaku dan keterampilan teknis siswa dalam kegiatan berbahasa. Siswa yang memiliki kebiasaan membaca relatif tidak terlalu kesulitan dalam menerima materi pelajaran bahasa Indonesia.

2.Siswa yang tidak memiliki kebiasaan membaca biasanya memiliki porsi kegiatan membaca yang kurang dari 1 jam dalam sehari. Dengan alokasi waktu membacai yang kurang menyebabkan siswa kurang memahami arti penting kegiatan membaca sehingga menyebabkan tidak optimalnya pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia.

3.Kegiatan belajar bahasa Indonesia bagi siswa perlu lebih menekankan pada latihan kebiasaan membaca siswa yang memadai. Kegiatan belajar mengajar di kelas harus lebih menekankan pada keterampilan teknis siswa dalam berbahasa, khususnya dalam membentuk kebiasaan membaca siswa.

4.Guru bahasa dan sastra Indonesia di sekolah harus menempatkan posisi sebagai fasilitator yang lebih aktif dalam membangun kebiasaan membaca siswa. Kegiatan belajar seharusnya tidak terbatas pada orientasi teoritik semata, tetapi harus diarahkan pula pada pembentukan sikap dan perilaku siswa dalam membaca yang positif. Dalam hal ini, guru harus mempu menjadi ”contoh baik” dalam membentuk kebiasaan membaca siswa.

Kebiasaan membaca memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia sebagai cerminan adanya penguasaan materi pelajaran yang disajikan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Siswa yang memiliki kebiasaan membaca yang tinggi maka akan memiliki prestasi belajar bahasa Indonesia yang baik.

Siswa yang tidak memiliki kebiasaan membaca biasanya hanya memiliki porsi kegiatan membaca yang kurang dari 1 jam dalam sehari. Dengan alokasi waktu membaca yang kurang menyebabkan siswa kurang memahami arti penting kegiatan membaca sehingga menyebabkan tidak optimalnya pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia karena siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti materi pelajaran. Sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar, guru perlu mengambil peran yang lebih aktif dalam membangun tradisi atau kebiasaan membaca siswa melalui penugasan dan latihan di dalam kelas.

(Oleh: Syarifudin Yunus, M.Pd., Pemerhati Bahasa Indonesia)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun