Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kamu Sudah Kaya atau Masih Miskin, Simple Aja

19 Januari 2016   06:56 Diperbarui: 19 Januari 2016   08:06 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu sudah kaya atau masih miskin?
Ahh, itu cuma tanya doang. Gak usah dijawab. Walau nyatanya, banyak orang takut miskin. Banyak orang mengejar kaya. Wajar gak ada orang yang mau miskin. Semuanya jawab, ingin kaya.

Kamu sudah kaya atau masih miskin?
Ahh, itu cuma banya doang kok. Gak usah dijawab lagi.
MISKIN. Banyak orang ngeri dengar kata miskin. Membayangkan saja pun gak mau. Miskin bikin sengsara, nestapa, takut dihina, gak bisa ngapa-ngapain.
KAYA. Banyak orang senang dengar kata kaya. Kaya bikin sumringah dan bergairah.Terlintas, hidup mewah, apa saja bisa, mau ngapa-ngapain enak.

 

Kamu sudah kaya atau masih miskin?
Nah kalo ini harus dijawab. Penting dan harus tahu. Manusia, dimanapun, pasti punya hasrat hidup kaya berkecukupan, pasti takut hidup miskin berkekurangan. Itu lumrah dan manusiawi. Tapi, kaya beda dengan merasa kaya. Dan miskin sama sekali beda dengan merasa miskin.

 

Kamu sudah kaya atau masih miskin?
Sungguh itu cuma perasaan kamu saja. Gak usah bilang "Time is Money. No Money No Honor". Kaya atau miskin itu cuma perasaan kamu aja. Dan gak usah juga bilang "lebih baik kaya hati miskin harta daripada kaya harta mskin hati". Karena itu cuma slogan, cuma semboyan yang dibuat manusia. Bersembunyi di balik slogan, tanpa mau ikhtiar dan bersyukur.

 

Kamu sudah kaya atau masih miskin?
Itu cuma perasaan kamu aja kok. Merasa kaya atau merasa miskin. Rasa yang tercermin pada sikap dan perilaku tentang kaya dan miskin itu sendiri. 

Ada orang yang tampil sederhana. Hidupnya bersahaja. Pakaiannya sederhana. Makanannya sederhana. Rumahnya sebatas penghalang dari terik matahari, dari derasnya hujan, dari terpaan angin. Tapi ia mampu tidur nyenyak. Tiap pagi buta ia berwudhu dan mengucap syukur sambil tersenyum. HIDUP ITU SIMPLE katanya.
Namun di balik itu, kekayaan batinnya tak terkira. Investasi rohaninya tak pernah merugi. Tabungan kebajikannya selalu berbunga. Saham akhiratnya tak pernah anjlok. Ia berteman baik dengan syukur dan qonaah. Selalu istiqomah dalam sedekah.

 

Tapi ada orang tampil parlente. Hidupnya seperti robot, mesin penghasil uang. Pergi gelap pulang gelap. Pakaiannya necis, glamour. Makanannya asing di telinga, susah menyebutnya. Rumahnya prestise, rancangannya arsitektur, interiornya desainer, indah dan mewah. Tapi ia tak mampu tidur nyenyak, matanya sukar dipejamkan walau sekejap. Tiap pagi hanya bisa mengucek mata dan lupa bersyukur. HIDUP ITU GAK SIMPLE katanya.
Di balik itu, batinnya hampa. Jiwanya sempit. Kekayaan materi gak mampu  mengatasi kekosongan rohaninya. Tabungan kebajikannya sedikit. Saham akhiratnya melarat. Ia berteman baik dengan gaya hidup, hedonisme, dan kemewahan. Hingga gak mengerti apa itu sedekah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun