Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kamu Lebih Suka yang Kecil atau yang Besar ...?

22 Maret 2015   07:35 Diperbarui: 21 Agustus 2015   22:25 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1426984488324568239

Maaf nih, numpang nanya ya. Kalo disuruh milih, kita mau yang kecil apa yang besar?

Untuk urusan apa dullu? Tergantunglah jawabnya.

Misalnya aja. Kita dapat undangan 2 buah yang waktunya tabrakan, berbarengan. Jadi bingung.

Yang kesatu, undangan jamuan makan malam dengan Pak Presiden.

Yang kedua, undangan pengajian dan malam amal untuk anak-anak yatim.

Kalo boleh nanya, undangan mana yang akan kita pilih? Yang mana yang akan kita hadiri?

 

Seandainya itu terjadi pada saya. Sepertinya saya akan pilih untuk hadir di undangan yang kesatu. Datang ke jamuan makan malam dengan Pak Presiden. Lebih prestise. Lebih keren. Presiden gitu lhoo... Iya juga ya.

 

Malah kalo perlu, saya akan mempersiapkan momen undangan makan malam dengan Pak Presiden jauh-jauh hari. Nyiapin pakaian yang paling keren. Kalo gak punya, saya bela-belain untuk beli deh. Dandan yang rapih biar kelihatan ciamik. Wajar dong, secara kesempatan itu mungkin gak bakal datang dua kali dalam hidup saya. Sedangkan ke pengajian dan malam amal anak-anak yatim kan bisa kapan saja. Nanti aja pas ada waktu. Iya bener banget. Gak alah, cocok pilihan kita.

 

[caption id="attachment_404595" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Amal, Kecil Tapi Besar"][/caption]

Kenapa pilih undangan kesatu, ikut jamuan makan malam bukan ke pengajian?

Ya tentu dong. Undangan jamuan makan malam kan lebih prestise, bergengsi. Bisa buat kebanggaan pribadi. Apalagi diukurc dari status sosial, yang sekarang diuber banyak orang. Hadir ke undangan jamuan makan malam Pak Presiden itu soal BESAR. Kalo pengajian kan cuma soal KECIL. Pilih yang BESAR dong daripada yang KECIL. Iya juga ya, bener banget lagi.

 

Kalo dipikir, emang bener juga sih. Kita emang lebih senang dengan urusan “besar” daripada urusan “kecil”. Sayangnya, itu cuma buat urusan dunia. Bukan urusan akhirat. Tarikan dunia emang cukup menggoda. Sampe-sampe kita gak sempat atau gak mau ngelakonin urusan kecil walau berat timbangannya di akhirat. Andai saja kita tahu, ngaji bareng anak yatim itu jauh lebih berat timbangan akhiratnya dibanding jamuan makan malam dengan Pak Presiden sekalipun. Ya, andai kita tahu....

 

Lho, mengapa jadi urusan BESAR, urusan KECIL? Appan sih ini, bikin pusing kepala aja.

Dalam beberapa kisah yang pernah kita baca. Ada kisah tentang seorang pezina yang diampuni oleh Allah karena berbaik hati memberi minum anjing yang kehausan. Itu contoh amal kecil yang membawa nikmat teramat besar. Ada juga contoh amal buruk kecil yang membawa petaka teramat besar. Ketika seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing yang diikatnya dan tidak diberi makan.

 

Lalu di negeri ini, mengapa ada nenek Asyani yang udah tua dan miskin harus dihukum? Seorang nenek tua yang dituduh mencuri? Agak aneh, harusnya kita yang kasih makan nenek Asyani .... Mungkin, beliau hanya urusan kecil kali.

 

Memang dan mungkin, kita sudah hampir tidak mau lagi menimbang-nimbang amal. Amal baik atau amal buruk bukan lagi soal besar. Mungkin soal surga dan neraka juga bukan soal besar. Semuanya cuma soal remeh temeh semata. Padahal, hanya soal kisah keberlangsungan hidup seekor anjing dan kucing aja bisa nentuin surga atau neraka. Apalagi soal hidup seorang manusia atau masa depan anak-anak.

 

Menimbang amal. AMAL, hari ini dan esok mungkin  sudah kita lupakan. Maka penting untuk diingat lagi. Mumpung belum terlambat. Mumpung masih hidup. Maka sebelum usia kita habis untuk mengurusi hal-hal yang “nampak besar”, tak ada salahnya kita selipkan amal-amal kecil dan sederhana yang kita bisa. Sering senyum, bikin senang orang lain, gak usah menghujat, memberi salam, saling memaafkan, dan masih banyak lagi deh pokoknya. Emang cuma hal kecil. Ya, amal-amal kecil yang sering kita abaikan justru bisa jadi tangga menuju surga-Nya.

 

Ahhh, gak penting banget sih baca tulisan ini?

Iya. Karena ini soal kecil. Gak besar. Tapi saya sadar, mungkin juga Anda. Kita sering sekali menilai bobot suatu kegiatan hanya dari lahirnya saja. Dari persfektif dunia dan standar manusia semata. Lalu, kita lupa persfektif akhirat. Urusan moral makin-makin diabaikan.

 

Karena itu, kita perlu kembali menimbang amal-amal kita. Ya, timbang saja amal yang sudah kita perbuat dan belum kita lakukan. Mulai dari yang keil-kecil di dunia tapi besar di akhirat. Jangan di balik ya. Besar di dunia tapi kecil di akhirat.

 

Emangnya kenapa sih?

Karena sekarang, makin banyak orang yang sering terjatuh bukan karena menabrak batu besar di hadapannya. Tapi mereka terjatuh justru karena tersandung batu kecil yang tak terlihat matanya. Mungkin juga mata hatinya .... Buatlah yang kecil di dunia tapi besar di akhirat. #SalamKecilTapiBesar

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun