Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Biarkan Hidup Seperti Air Mengalir; Karena Energi Kamu Luar Biasa

14 September 2013   20:00 Diperbarui: 12 Juni 2017   09:39 33887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang berprinsip “Biarkan HIDUP seperti air yang mengalir”.

Bagi saya, itu ungkapan yang tidak sepenuhnya tepat. Ungkapan yang “tidak punya energi”. Terlalu pasrah dan menafikkan ikhtiar.

Mengapa "hidup seperti air mengalir" tidak tepat?

Karena HIDUP adalah anugerah Allah SWT yang luar biasa. Dan setiap kita punya potensi untuk “mengarahkan” hidup ke arah yang lebih baik, ke arah yang lebih spektakuler. Tentu, untuk maslahat dunia lalu akhirat.

 


[caption id="attachment_350642" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Jangan Biarkan Hidup Seperti Air Mengalir"][/caption]

Membiarkan hidup bak “air mengalir” terlalu pasrah. Air itu mengalir ke tempat yang rendah. Terlalu pasrah, hingga tak mau berbuat apa-apa. Air yang mengalir juga terlalu senang “dihalangi” bebatuan berulang-ulang kali. Untuk menuju ke tempat yang lebih "rendah" saja penuh dengan benturan, pergolakan. Lalu, kapan kita mengambil hikmah dari setiap hambatan, benturan.

Terus terang, agak sulit untuk maju bila hidup bak air mengalir. Just follower, bukan creator. Kurang punya ambisi. Bisa jadi tak punya mimpi. Hanya sekedar hidup, tanpa rencana dan arah ke depan yang jelas. Tepatkah hidup seperti air mengalir?

 

 

“Hidup seperti air yang mengalir” sering dijadikan dalih untuk menyerah terhadap keadaan.

Kesulitan dianggap tak ada obatnya. Terlena pada kesusahan sesaat. Terlena pada masalah. Bahkan merasa tidak mungkin mengerjakan dua tiga pekerjaan dalam satu waktu. Keadaan dianggap menjadi biang kerok. Bisa jadi, orang lain pun dianggap sumber masalah.

Kita sering bilang “gak punya waktu buat nulis, karena gak punya laptop. Ada acara lain, jadi gak bisa datang. Saya ikut aja apa yang diputuskan, dan semacamnya”. Kita punya banyak aktivitas, tapi di saat yang sama sering menyalahkan keadaan itu.

“Hidup seperti air mengalir” intinya mengajarkan kita untuk melakukan pembenaran terhadap keadaan kita sendiri. Dan akhirnya, “kalah sebelum bertanding”. Tak punya obsesi, tak punya visi ke depan. Terserah kamu setuju atau tidak?

 

Jadi, jangan lagi kita bilang “hidup seperti air mengalir”. Tak peduli kita dibilang egois.

Karena HIDUP butuh visi, butuh obsesi. Agar kita mampu mengubahnya ke arah yang lebih baik, yang lebih nyaman dari hari ini. Hiduplah dengan visi dan obsesi karena ia menjadi “bunga” hidup kita. Hidup butuh sikap, butuh tekad. Selagi di jalan yang sudah benar, hadapi setiap masalah. Lalu, gunakan kreativitas kita untuk memacu dan menyesuaikan sikap dan tindakan kita. Sesuatu yang baik dan positif dalam hidup adalah kita yang menciptakannya, bukan mengikuti apa yang ada.

Jika perlu, kita ubah saja “air yang mengalir ke arah yang lebih tinggi atau kita lawan arus air itu”. Bendung saja air itu agar tidak lagi ke bawah, tapi mengalir ke samping agar bisa "mampir" ke halaman hidup kiita. Bukankah jalan hidup kita dapat kita kendalikan sendiri, itulah ikhtiar.

Ingat sahabat, kita memang tidak bisa mengubah takdir dari-Nya. Tapi kita bisa mengubah nasib kita. Untuk mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi atau melawan arus air, kita butuh energi dan motivasi yang lebih kuat dari sekarang. Kita punya potensi yang luar biasa untuk melakukannya lebih besar dari hari ini. Tinggal kita, mau atau tidak? Hanya pasrah atau terus berjuang ...

 

 

Sahabat, jangan pernah meratapi keadaan. Jangan pernah berkeluh-kesah. Jangan pula mudah terpengaruh.

Hari ini dan esok kita butuh sikap dan tujuan yang jelas. Bagaimana kita bersikap atas suatu hal dan mau ke mana kita? Kita tidak sedang mempersoalkan "dari mana". Kita tidak sedang meratapi "keadaan sekarang". Tapi kita sedang berada dalam perjalanan "mau ke mana" kita. Kita sedang berhadapan dengan "mau ke mana" setelah ini.

Kita punya potensi yang luar biasa dari Allah SWT, tinggal kita mampu atau tidak mengoptimalkannya.

 

 

Hanya energi dan motivasi kita  yang besar, pasti mampu menjadikan kita menjadi pribadi yang kuat. Dan pribadi yang kuat adalah modal kita menjadi lebih baik di hari ini, juga esok. Bahkan lebih dari itu, energi dan motivasi besar kita juga dapat menggerakkan kehidupan orang lain menjadi lebih baik. Di situlah terjadi keberkahan dan kemuliaan dalam hidup kita yang tersisa.

 

Sahabat, masih banyak yang belum kita kerjakan. Hidup pun tak harus seperti air mengalir.

Kita yang bilang, "Bila kegagalan itu bagai hujan, dan keberhasilan bagaikan matahari, maka kita butuh keduanya untuk melihat pelangi." Jika kita menginginkan sesuatu yang belum dimiliki, maka kita harus melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan. Ingatlah, kebesaran kita tidak terlihat ketika kita berdiri dan memberi perintah, tetapi ketika kita berdiri sama tinggi dengan orang lain dan mau berbuat lalu membantu orang lain untuk mencapai yang terbaik. Maka, hidup tak harus seperti air mengalir.

 

Maka sekarang, katakanlah “kita tak ingin membiarkan hidup seperti air yang mengalir”. Tapi “kita akan mengubah arus air ke tempat yang seharusnya ia mengalir”. Kita yang mengkreasikan air itu menjadi indah dan bermakna. Kita juga yang harus memilih dan mengendalikannya .... Bukan hanya pasrah dan mengikutinya. Siap laksanakan !!

#BelajarDariOrangGoblok

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun