Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ejakulasi Pikiran ...

21 Maret 2015   08:09 Diperbarui: 24 Juli 2015   23:04 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14269001092068682443

Jorok, begitu kesan judul tulisan ini. Gak salah kok, memang kata ejakulasi ada yang bilang jorok. Ada juga yang bilang biasa saja. Maaf saja kalo kesannya jorok ya.

 

Ejakulasi bisa dipersepsi jorok, kalo pikiran kita juga jorok. Tapi ejakulasi bisa jadi biasa saja karena gak ada yang istimewa. Istilah yang sudah lazim. Tapi, apakah judul yang jorok, pasti isinya juga jorok? Jawabnya, belum tentu

 

[caption id="attachment_404402" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Ejakulasi Pikiran"][/caption]

Ya, saya sebut judul tulisan ini “eja...kulasi”. Anggap saja seperti kita menyebut “arti...kulasi”. Sederhana kan. Kalo kata orang linguistik, khususnya semantik. Ada kata yang mungkin saja mengalami “perluasan makna”. Misalnya, kata “Bapak” yang dulu berarti ayah, kemudian meluas maknanya menjadi “orang laki-laki dewasa” kita panggi juga dengan Bapak. Begitu juga dengan kata “saudara” yang dulu berarti famili/keluarga sedarah sekarang bermakna Anda, kamu.

 

Jadi buat saya, kata “ejakulasi” juga sama. Dulu diartikan “orgasme”, sekarang bisa diartikan “terlalu cepat menilai”. Lho kok, bisa gitu? Ya boleh-boleh saja. Kan tergantung pikiran dan persepsi kita.

 

Lha, terus maksudnya apa pake judul ejakulasi?

Maaf sekali lagi ya. Gak ada maksud apa-apa kok. Ini cuma tulisan doang. Mau dibaca boleh, gak juga gak apa. Iya kan?

 

Ejakulasi pikiran. Begitu kira-kira. Kita sering terlalu cepat menilai orang. Tahunya sedikit, tapi menilainya banyak. Ngerti masalah cuma sedikit, tapi komentarnya kayak profesor. Duh, apa kita gak khawatir ya. Kalo terlalu cepat menilai orang lain, pada akhirnya kita juga terlalu mudah menghakimi. Soal apapun, urusan apapun.

 

Seperti istilah kiasan, “don’t judge the book by its cover”. Jangan menilai apapaun atau orang dari fisiknya saja. Buku yang udah dibaca berulang-ulang saja belum tentu kita tepat menilai isinya. Apalagi hanya melihat dari sampulnya doang. Lalu, kenapa kita banyak komentar? Banyak menilai, padahal hanya sedikit saja yang kita tahu. Entahlah ....

 

Jangankan orang yang baru kita kenal. Orang yang sudah lama kita kenal saja, ada sisi lain dirinya yang kita tidak tahu. Lalu, mengapa kita seperti tahu segalanya? Sungguh, kita sering terlalu cepat menilai. Terlalu cepat menghakimi.

 

Gak tau deh, orang sekarang. Cuma gara-gara sepotong berita saja, kok kita langsung bisa menilai dan menghakimi orang lain. Orang salah ngomong dikit, sudah divonis A-lah, B-lah. Ya, itulah yang namanya “ejakulasi pikiran”. Pikiran yang terlalu cepat memvonis orang lain dengan sesuatu yang buruk. Si A jeleklah, Si B buruklah. Duh, terus kita gimana dong? Mentang-mentang Si C gak jawab saat ditegur, langsung dibilang sombong. Padahal Si C lagi buru-buru mau buang air besar, kebelet. Boro-boro mau jawab pertanyaan kita ...... Sempet-sempetnya kita nyalahin orang yang lagi kebelet mau boker.

 

Lagi-lagi, ejakulasi pikiran. Terlalu buru-buru menilai dan menghakimi seseorang. Kita kan belum tahu apa yang dialami orang lain. Pikir dua kali dong sebelum menilai orang.

Harusnya sih, gak perlu ada ejakulasi pikiran. Menilai lantas menghakimi orang terlalu cepat. Sungguh, gak perlu. Semua kan ada jalannya, ada prosesnya. Ejakulasi pikiran, kadang bukan hanya tidak pantas. Tapi juga gak pada tempatnya. E-j-a-k-u-l-a-s-i-p-i-k-i-r-a-n. Silakan dimaknai dengan baik.

 

Jadi, gimana dong biar gak ejakulasi pikiran?

Ahhh, gak gimana-gimana kok. Sederhana saja, gak usah terlalu cepat memvonis orang lain. Inilah, itulah. Beginilah, begitulah.  Orang kita sendiri juga belum tentu benar. Iya gak? Gak perlulah kita menilai dari kulitnya doang. Apalagi menghakimi dari sedikitnya pengetahuan kita. Ilmu kita, sungguh, belum seberapa kok. Masih perlu banyak belajar. Dan kalo gak mau belajar, bersikap bijak juga udah cukup. Gak perlu ejakulasi pikiran. Mendingan kita ambil bagian untuk ikut menebar kebaikan. Iya gak? Gak tau dehh.

 

Sudahlah, gak usah ada lagi ejakulasi pikiran. Jangan terlalu cepat menilai orang lain. Karena setiap orang suci pasti punya masa lalu. Dan setiap pendosa juga punya masa depan. Kenapa enggak?

 

Sungguh, setiap orang memang belum tentu baik. Tapi pasti ada kebaikan pada setiap orang. Percayalah. Dan katakan, selamat tinggal ejakulasi pikiran. Ciamikk .... #EjakulasiPikiran

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun