Kawan, kamu lagi galau ya? Apa lagi sih yang kurang, apa yang kau cari? Belum cukupkah hari ini kamu bisa bernafas.
Tanyakan kawan, Apa lagi yang kau cari dalam hidup? Apa lagi yang kau mau?
Cari uang tapi gak cukup-cukup. Cari kerja tapi gak pernah senang hati saat bekerja. Cari pasangan tapi gak bisa terima keadaannya. Cari hobi tapi gak pernah puas. Cari nyaman tapi penuh keluh kesah. Bahkan cari kawan pun masih pilih-pilih. Apa lagi yang kau cari kawan?
Kawan, apa lagi yang kau cari?
Cari benda, ketemu benda. Cari jodoh, ketemu jodoh. Cari kerja, ketemu kerja. Cari dunia, ketemu dunia. Gak akan ada habisnya. Maka lebih baik cari Allah, kau akan ketemu Allah. Pertemuan yang gak akan ada tandingannya.
Kawan, berhentilah cari dunia. Berhentilah cari kepuasan mata. Berhentilah cari sanjungan manusia. Karena itu, semu semata. Gak akan abadi, terlalu sesaat.
Kawan, carilah Allah-mu. Temukan DIA dalam hatimu, dalam pikirmu. Dia tetap di situ. Dia selalu ada di dekatmu, gak kemana-mana. Jalan hidup pasti berliku, memang terjal dan penuh rintangan. Tapi Allah gak pernah meninggalkanmu. Dia ada untukmu. Dia bersamamu, saat kapanpun. Dunia ini terlalu kecil. Dan Allah amatlah besar. Jadi, apa lagi yang kau cari kawan?
Semuanya mau dicari, mau dikuasai. Kenapa? Zaman makin maju, wajar aja kalo gaya hidup kita makin keren. Gaya hidup, mungkin maksudnya “bergaya dalam hidup”. Emang gak ada yang salah sih dari gaya hidup. Cuma takut kita kebablasan aja. Kenapa? Ya karena sekarang kita lebih suka ngukur derajat orang cuma dari penampilan fisik, dari aksesorinya aja. Terbuai gaya hidup
Lha emang kenapa dengan gaya hidup?
Ya gak kenapa-kenapa. Biasa aja keles. Kita cuma takut kalo gaya hidup menyeret banyak orang ke standar hidup di luar kemampuan mereka. Apalagi kalo sampe hedonis, gaya hidup yang mewah. Hidup dengan kebiasaan dan aksesori yang mahal. Kalo kita punya uang dan kaya, gak masalah. Nah, kalo nggak punya gimana?
Sungguh, kita emang harus hati-hati ama gaya hidup. Hedonisme, gaya hidup yang hanya mencari kesenangan sesaat. Senang sesaat. Abis itu murung lagi hehehe. Coba lihat aja gejalanya? Gaya hidup yang hedonis itu, lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian, senang beli barang mahal, dan akhirnya selalu ingin jadi pusat perhatian. Seremm banget ci.
[caption id="attachment_397666" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Terbuai Gaya Hidup"]
Gak banget deh ya. Masak kita bilang seseorang keren kalo “casing-nya” oke. Kayak iklan aja. Modis cuma di mata doang. Emang gimana sih, ngukur orang dari fashion, parfum, sepatu, mobil, terus dijulukin keren? Maaf ya, mungkin karena saya orang kampung jadi gak ngerti ya.
Katanya kita nganut pepatah "don't judge the book by its cover". Itu berarti, nggak semua yang luarnya baik, dalemnya juga pasti baik kan. Ganteng, eye catching, setelan esmud, plus potongan rambut klimis abis, ahh itu mah gak ngejamin “dalemnya” bakal sekeren tampilannya.
Sekali lagi, ngeri aja. Kalo gaya hidup akhirna merepotkan para korbannya. Ngikutin gaya hidup kan butuh modal gede juga. Iya gak? Kalo pengikut gaya hidup kantongnya cekak, akhirnya segala cara pun dilakoninya. Jual narkoba, maling, atau nipu orang. Ihhh serem banget ci.
Terus, emang salah ya kalau gue tampil keren dan oke?
Iya udah pasti nggak salahlah. Keren itu bagus kok. Asal kita gak menilai “kemuliaan” orang cuma dari penampilan fisik dan gaya hidup aja. Itu doang kok. Karena gaya hidup dan penampilan itu cuma sementara. Gak berarti banget di hadapan Allah. Karena Allah, memang tidak menilai kita dari wajah, pakaian, atau penampilan. Apalagi aksesorinya. Allah hanya menilai dari HATI & TAKWA kita.