Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sadis, 9 dari 10 Orang Indonesia Khawatir di Masa Pensiun

20 Februari 2019   21:59 Diperbarui: 20 Februari 2019   22:09 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang kerja ingin kaya di masa pensiun. Mungkin itu cuma "cita-cita". Jauh panggang dari api, karena tidak banyak orang Indonesia yang mau merencanakan masa pensiun sedini mungkin. Bahkan jika mau jujur, hampir sebagian besar pekerja pun sering kaget karena ternyata sebentar lagi akan pensiun. Tanpa persiapan, tanpa topangan dana yang cukup. Mereka baru tersadar justru di saat sudah mendekati masa pensiun tiba.

Faktanya hari ini, 9 dari 10 orang Indonesia merasa khawatir akan masa pensiunnya. Begitu hasil survei HSBC Indonesia bertajuk "Future of Retirement, Bridging the Gap: (2019). Sadisnya, mereka adalah orang-orang yang sedang bekerja dan memiliki penghasilan tetap per bulan. Itu berarti, 90% orang Indonesia takut akan masa pensiunnya sendiri.

Maka "pekerjaan rumah" terbesar orang Indonesia hari ini adalah menyadari akan pentingnya mempersiapkan masa pensiun. Agar tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup di saat tidak bekerja lagi, di samping mampu mempertahankan gaya hidup. 

Di sisi lain, edukasi dan sosialisasi akan pentingnya program pensiun pun harus terus dilakukan lebih gencar. Karena faktanya, dari sekitar 50 juta pekerja formal di Indonesia, tidak lebih dari 5% saja yang sudah mempunyai program pensiun. Apalagi 7o juta pekerja informal, sangat tidak tersentuh program pensiun.

Lalu, bagaimana cara menghilangkan kekhawatiran di masa pensiun?

Jawabnya tidak lain adalah memastikan ketersediaan dana pensiun yang cukup. Karena di Indonesia, seorang pensiunan dianggap dapat hidup layak di masa pensiun bila memiliki dana 70%-80% dari gaji terakhir. Itulah yang disebut tingkat penghasilan pensiun (TPP). 

Artinya, pekerja ber-gaji terakhir 10 juta maka membutuhkan 7-8 juta per bulan di masa pensiun. Agar tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup, di samping mempertahankan gaya hidupnya.

Maka hari ini, tiap pekerja sangat penting untuk memiliki program pensiun, khususnya program DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Karena melalui DPLK, dapat dipersiapkan masa pensiun yang tetap nyaman dan sejahtera. Tersedianya jaminan finansial di masa pensiun dan adanya kesinambungan penghasilan saat di hari tua.

Melalui program DPLK, tiap pekerja harus dapat menyisihkan sebagian dana setiap bulannya untuk disetor ke DPLK sebagai tabungan pensiun. Melalui setroran iuran pensiun ditambah hasil investasi selama menjadi peserta DPLK, maka diharapkan akumulasi dana DPLK yang terkumpul dapat dinikmati pada saat pensiun. 

Oleh karena itu, DPLK dapat menjadi solusi keuangan bagi pekerja dalam menghadapi masa pensiun. Agar tidak khawatir dan tidak takut akan masa pensiun. Karena harus diingat, cepat atau lambat, masa pensiun pasti menghampiri setiap pekerja.

Bila ada pekerja yang takut akan masa pensiun, pasti karena mereka tidak punya program pensiun. Bila ada pensiunan yang tidak bahagia di masa pensium, pasti karena mereka tidak punya uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan bila ada pekerja menyesal di masa pensiun, pasti karena mereka tidak mau menyisihkan sebagian gajinya untuk masa pensiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun