Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Hidup Sederhana Itu Sehat Jiwa, Sehat Kantong

18 Juli 2018   21:29 Diperbarui: 19 Juli 2018   11:10 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Apa definisi sehat menurut Anda?

Di era milenial sekarang, sehat tidak cukup hanya "sehat raga sehat jiwa". Karena menurut WHO, sehat adalah suatu kondisi sejahtera secara jasmani, rohani, dan sosial ekonomi. Itu berarti, sehat tidak cukup hanya sehat secara raga dan jiwa. Seseorang dapat dikatakan "belum sehat' bila kondisi sosial dan ekonomi  masih bermasalah. Maka, secara sosial dan ekonomi pun harus sehat. Itulah sehat yang paripurna.

Kondisi sehat itu penting. Bahkan harus dinomorsatukan. Kenapa? Karena zaman now, banyak hal yang bisa membuat kita "tidak sehat". Urusan politik, urusan gaya hidup, urusan media sosial, bahkan urusan pekerjaan kadang bisa bikin tidak sehat.  Wajar, bila banyak orang yang badannya sehat tapi jiwanya sakit. Ada juga orang yang jiwanya sehat tapi badannya sakit. Ada pula orang yang badannya sehat jiwanya sehat tapi kantongnya sakit alias kosong. Bahkan bisa jadi, ada orang yang badan sehat, jiwa sehat, kantong sehat tapi tapi tidak punya waktu untuk keluarga, untuk urusan sosial. Jika itu terjadi, berarti kita belum sehat.

Maka penting, zaman now mewujudkan "sehat jiwa sehat kantong".

Sehat yang tidak hanya dilihat dari segi kejiwaan. Tapi juga sehat secara finansial, secara keuangan. Patut diingat, seseorang tidak bisa dibilang sehat seratus persen bila mengalami masalah dalam keuangan. Rumah punya, kendaraan ada, tapi uang yang dimiliki hanya untuk hari ini, mengapa bisa? Apalagi yang terlibat hutang, bisa jadi "lebih besar pasak daripada tiang". Karena pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Kondisi yang tidak sehat.

Inilah saatnya, kita mewujudkan "sehat jiwa sehat kantong".

Keadaan jiwa yang nyaman dan tenang. Karena badan terjaga kesehatannya. Namun, kondisi "kantong" pun terjamin di masa depan. Sehat jiwa sehat kantong, untuk dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan mengubah gaya hidup, dari yang konsumeris menjadi lebih hemat. Bahkan lebih hebat lagi, bila mampu dan mulai berani memilih alternative investasi yang menguntungkan. Investasi yang "menjanjikan" kenyamanan finansial di masa depan. Sehat jiwa sehat kantong yang paripurna.

Gimana caranya agar sehat jiwa sehat kantong?

Tentu, ada banyak cara yang bisa ditempuh. Salah satunya adalah dengan menunda menunda sedikit kenikmatan hari ini untuk kenyamanan di masa depan. Misalnya dengan mulai menyetor uang secara rutin untuk dibelikan saham, obligasi, atau lainnya yang dikelola oleh manajer investasi yang profesional. Jika demikian, maka alternative investasi yang paling pas adalah reksadana. Sehat jiwa sehat kantong bisa dimulai dengan investasi di reksadana.

Lalu, reksadana apa yang bisa bikin kita sehat kantong? 

Salah satu bentuk reksadana yang dapat jadi pilihan agar kita tetap sehat kantong, antara lain berbentuk RDPT (Reksa Dana Pendapatan Terbatas) berupa Surat Berharga Perpetual. Reksadana ini tidak memiliki tanggal jatuh tempo namun memberikan rate 8.25% pa dengan pembayaran kupon setiap 3 bulan. Selain itu, DIRE Ciptadana pun dapat menjadi pilihan investasi kaum milenial yang sangat agresif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun