Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Orang Kecil atau Orang Besar. Kamu yang Mana?

11 Januari 2015   14:41 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:30 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1420936875681001403

Apa yang kepikir di benak kita tentang orang kecil dan orang besar?

Jawabnya, 2 hal. Satu, ngukur dari fisik orangnya. Dua, ngukur dari status sosial manusianya.

Lho kok bisa? Ya iyalah, ngomongin orang kecil, orang besar. Apalagi kalo bukan dari fisik dan status sosialnya. Dari fisik, tentu sudah sangat jelas. Orang kecil itu, orang kuntet alias gak tinggi postur tubuhnya. Atau orang yang kurus badannya alias kerempeng. Sedangkan orang besar itu orang yang badannya gemuk alias gendut, kata banyak orang. Atau orang yang badannya tinggi, gede, sterek. Enak dipandang mata. Dalam bahasa sehari-hari, mulut kita suka manggil mereka, “Noh, yang orangnya kecil pake baju putih”. Atau, “Noh, orang yang lagi duduk, yang badannya besar”. Alih-alih, kita mau bilang,  orang kecil itu orang susah, kalo orang besar itu orang gak susah. Parahhhh, mainnya fisik.

Orang kecil, orang besar juga bisa dilihat dari status sosialnya. Kalo orang kecil, dianggap orang rendahan. Pangkat di kantor gak tinggi-tinggi amat. Gajinya juga gak gede. Udah gitu pendidikannya cuma sampe S-bonbon, karena di Sekolah suka jajan es bonbon alias gak kuliah. Makanya, orang kecil jarang dimintain saran. Gak penting-penting amat. Beda sama orang besar, yang status sosialnya ada. Dianggap orang penting, kayak pejabat negara. Di kantor, pangkatnya tinggi. Gajinya besar. Pendidikannya tak terbatas, S-1, S-2, S-3 sampe-sampe doyannya es teler. Terus, kita panggil orang ini dengan sebutan, “Ohhh, iya tahu. Dia mah orang besar”. Alih-alih lagi, kita mau bilang kalo berdasar status sosial, orang kecil itu orang miskin, orang besar itu orang kaya. Parahhhh, mainnya uang. [caption id="attachment_390015" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Orang Kecil, Orang Besar"][/caption]

Asal tahu aja. Ngukur orang kecil, orang besar dari urusan fisik ama status sosial itu semuanya SALAH. Gak ada yang benar. Kata siapa orang kecil itu susah dan miskin. Kata siapa juga orang besar itu, gak susah dan kaya. Mikir model begini, sudah jelas, peninggalan penjajah. VOC alias londo, hahaha. Emang, udah gak salah. Banyak orang kayak kita cuma bisa bedain orang kecil, orang besar ngeliatnya dari fisik dan status sosial doang. Gak tahu siapa yang ngajarin? Kasihan aja sama nenek moyang, disalahin mulu. “Lha dari dulu kayak gitu, dari zaman nenek moyang” gitu katanya. Hohoho.. Lantas, di mana moral, dimana hati nurani, dimana akal sehat yang kita punya. Masak ngukur orang cuma dari KASTA doang. Duhh pucing.

Pernah denger cerita ini gak?

Ada 2 orang tukang mancing, sebut aja Si A dan Si B. Saat lagi mancing, Si A setiap kali dapat ikan besar ia selalu mengeluh dan langsung melempar hasil pancinganya ke air. Dan  ia lakukan itu terus berkali-kali. Sikapnya aneh. Hingga Si B nanya, “Kenapa elo buang lagi ke air itu ikan besar? Kan itu yang kita cari?”Sambil menggerutu Si A menjawab, “Abis ikan nya kebesaran. Di rumah gue, hanya ada kuali kecil. Gak bisa masaknya, gak muat”. Hikmahnya, memang banyak orang yang terbelenggu oleh pikirannya sendiri. Pikiran yang sempit, jiwa yang kerdil. Dikasih kesempatan, rezeki, peluang seperti “ikan besar” yang datang dalam hidup kita, tapi sayang “kualinya” terlalu kecil. Kuali, kuali ...

Jadi, apa dong beda orang kecil ama orang besar?

Kok jadi nanya ama gue. Gue juga gak tahu kelesss. Tapi kalo boleh berpendapat sih, menurut gue, ORANG KECIL itu sukanya NGOMONGIN ORANG LAIN, dan ORANG BESAR itu sukanya NGOMONGIN IDE.

Setuju gak elo pade? Setuju, lakukan. Gak setuju, mikirrr. Orang KECIL sukanya ngomongin orang lain. Ini tipe yang paling banyak di negeri ini. Katanya negeri ini “negeri gemah ripah loh jinawi” tapi sayang orangnya kecil-kecil ya. Orang kecil fokus perhatiannya malah orang lain, bukan dirinya sendiri. Capek dech. Kerjanya sibuk ngomentarin orang lain. Pikirannya sempit, picik. Terlalu mudah iri, dengki, dan dendam. Apalagi kepada orang yang lebih unggul dari dirinya. Kita harus kasihan pada orang kecil, karena energi di tubuhnya selalu negatif. Di otak, mata, bahkan telinganya tidak ada yang positif. Karena semboyannya, “harus untung buat dirinya”. Kasihan banget gue ya, nulis kayak gini gak ada untungnya. Paling cuma dibaca, itu juga kalo orangnya doyan baca hahaha.

Maaf ya bro. Orang kecil habis waktunya buat hal-hal sepele, yang gak perlu plus isinya lagi-lagi ngomongin orang lain. Beratnya lagi, orang kecil itu paling jago nginget kejelekan orang, sampe lupa budi baik orang. Oh ya, orang kecil itu hidup di atas dalil, “tidak mungkin", "tidak dapat dikerjakan", "tidak ada gunanya mencoba" untuk urusan apapun. Serem banget ya ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun