Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesantren, Saatnya Bangkit dan Membanggakan

13 Juni 2018   23:36 Diperbarui: 13 Juni 2018   23:35 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Oleh : HM Syarbani Haira**

Tentu kita masih ingat sejarah RI dan peran NU di republik ini. Bulan Maret tahun 1965, ada Rapat Akbar, berupa Konferensi Islam Asia Afrika, bertempat di Gelora Bung Karno, Jakarta.

Atensi dunia internasional terhadap "aruh ganal" (pertemuan akbar) ini sangat dahsyat, luar biasa. Lihat saja para delegasi yang hadir, sangat beragam. Menurut catatan, salah satu delegasi yang tampak menonjol adalah delegasi dari Mesir, mereka umumnya merupakan pentolan-pentolan dari Al-Azhar University.

"Aruh Ganal" ini sesungguhnya merupakan inisiasi para tokoh ulama NU, antara lain sang pimpinan utama KH Idham Chalid ( Ketua Umum Partai NU ), serta beberapa tokoh NU lainnya, seperti KH Achmad Syaikhu dan KH Saifuddin Zuhri.

Dalam sebuah wawancara dengan kalangan wartawan di Jakarta akhir tahun 1964, KH Saifuddin Zuhri yang waktu itu menjadi Menteri Agama mengatakan, bahwa tujuan konferensi internasional umat Islam Asia Afrika ini adalah untuk menampilkan Islam Indonesia sebagai "imam bagi Dunia Islam".

Unik memang, istilah yang dikenalkan kala itu adalah adalah "imam bagi dunia Islam". Saat ini, para santri di berbagai pondok pesantren sudah ditanamkan visi seperti ini.

Begitu juga di kalangan mahasiswa, khususnya para mahasiswa di IAIN, sesuai arahan Kiai Saifuddin Zuhri. Oleh Kyai Saifudin Zuhri, para mahasiswa juga diberikan pengajaran dan pendidikan dengan karakter itu, bahwa kita ini adalah kiblat peradaban bagi dunia Islam.

Sangat luar biasa sesungguhnya ide ini. Ternyata tak lama setelah itu, anak-anak dari Malaysia, Brunei, Mindanao dan Patani, bahkan dari kawasan Arab pun datang ke Indonesia hanya karena mau belajar tentang Islam Indonesia.

Islam Indonesia model NU dan pesantren pun (atau yang sekarang disebutkan dengan istilah Islam Nusantara) menjadi obyek studi yang menarik perhatian mereka, kala itu.

Tetapi pasca tumbangnya Soekarno, banyak yg tidak suka peran itu dipegang dan dilakukan oleh NU. Tidak hanya itu, bahkan ada juga yang sama sekali tidak suka Islam Indonesia bangkit sebagai imam bagi peradaban dunia Islam.

Mereka maunya Islam Indonesia cukup jadi makmun saja, pengikut saja. Mereka ingin Islam negeri ini hanya banyak duit dan mendapatkan proyek-proyek. Proyek ini bahkan ada yang mau membayarnya, agar keinginan itu bisa kesampaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun