Mohon tunggu...
M Syamsiro
M Syamsiro Mohon Tunggu... Dosen - Pemungut Sampah, Pemanen Energi

Warga negara Indonesia asal Majenang, Cilacap, menyelesaikan pendidikan di Teknik Mesin UGM & Jepang. Berusaha untuk mendiseminasikan teknologi melalui tulisan populer dengan berprinsip pada "Teknologi untuk Rakyat". Saat ini juga menjadi dosen di Universitas Janabadra Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengintip Teknologi Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jepang

11 Agustus 2013   06:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:27 13261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_280240" align="aligncenter" width="545" caption="Bersama Direktur dan Staf BLEST Company (foto: syamsiro)"][/caption]

Persoalan sampah plastik tidak hanya dialami Indonesia, tetapi juga seluruh negara-negara di dunia termasuk Jepang. Plastik sebagaimana kita ketahui sangat sulit terurai di dalam tanah, butuh waktu ratusan tahun, sehingga menjadi permasalahan serius bagi lingkungan hidup karena akan sangat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, pengolahan sampah plastik menjadi produk yang bermanfaat menjadi sangat penting untuk mengurangi timbunan sampah plastik. Ada beberapa metode pengolahan sampah plastik diantaranya peleburan sampah plastik menjadi bijih plastik kembali untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan baku produk plastik. Metode lain yang saat ini sedang populer adalah dengan mengkonversinya menjadi bahan bakar minyak (BBM) setara bensin dan solar. Hal ini sangat mungkin dilakukan karena sebagaimana kita ketahui bahwa plastik dibuat dari minyak bumi sehingga proses ini hanya mengembalikan ke bentuk asalnya.

Di Jepang sudah ada beberapa pengolahan sampah plastik menjadi BBM yang sudah masuk skala komersial mulai yang skala kecil hingga skala besar. Beberapa waktu lalu kami berkesempatan mengunjungi salah satu perusahaan pembuat alat pengolahan sampah plastik menjadi BBM. Perusahaan yang bernama BLEST Company ini berlokasi di daerah Hiratsuka, Propinsi Kanagawa. Lokasi ini bisa dijangkau dalam waktu kurang lebih satu jam dari Tokyo. Apabila menggunakan kereta api, bisa mengambil jalur Tokaido Line dan turun di Stasiun Hiratsuka. Dari sini kemudian naik bus sekitar dua puluh menit untuk sampai di lokasi. Kedatangan kami sempat disambut juga oleh President BLEST, Mr. Akinori Ito.

[caption id="attachment_280238" align="aligncenter" width="293" caption="Mesin pengolah sampah plastik menjadi BBM skala kecil (foto: syamsiro)"]

13761771241280482294
13761771241280482294
[/caption]

Secara umum, mekanisme konversi sampah plastik menjadi BBM adalah dengan menggunakan metode pirolisis, yaitu memanaskan plastik pada suhu di atas 400oC tanpa oksigen. Pada suhu tersebut, plastik akan meleleh dan kemudian berubah menjadi gas. Pada saat proses tersebut, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai pendek. Selanjutknya proses pendinginan dilakukan pada gas tersebut sehingga akan mengalami kondensasi dan membentuk cairan. Cairan inilah yang nantinya menjadi bahan bakar, baik berupa bensin maupun bahan bakar diesel. Untuk mendapatkan hasil dan performa yang lebih baik, maka ditambahkanlah katalis. Beberapa parameter sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan antara lain yaitu suhu, waktu, dan jenis katalis.

Alat yang dikembangkan oleh BLEST sendiri menggunakan metode non katalis. Ada beberapa ukuran mesin yang dikembangkan oleh mereka. Semuanya menggunakan pemanasan listrik, hal ini karena akan memudahkan kontrol suhunya. Yang pertama, skala kecil yang bisa ditaruh di meja, sangat cocok untuk edukasi. Kapasitasnya sekitar 1 kg per batch. Desainnya dibuat sangat simpel dalam pengoperasiannya, kompak dan mudah dipindahkan. Walaupun nampak kecil tetapi teknologinya sudah cukup moderen. Untuk pengaturan suhu pemanasannya, dipasang kontroler yang bisa kita set sesuai dengan kebutuhan panasnya. Sebagian plastik akan diubah menjadi gas hidrokarbon, untuk mencegah dampak polusinya, maka dipasang juga satu set alat yang berisi katalis yang akan mengubah gas hidrokarbon tersebut menjadi uap air dan karbondioksida. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses sangat tergantung dari jenis plastiknya, kisaran waktunya sekitar 2-3 jam.

[caption id="attachment_280239" align="aligncenter" width="448" caption="Mesin dengan sistem kontinyu yang sedang dalam proses perakitan (foto: syamsiro)"]

13761772841833325833
13761772841833325833
[/caption]

Yang kedua, mereka juga mengembangkan skala yang lebih besar dengan sistem kontinyu. Mulai dari kapasitas 5 kg/jam hingga 100 kg/jam. Saat ini mereka telah mengembangkan mesin generasi ketiga dengan performa yang tentunya lebih bagus dari generasi sebelumnya. Untuk pemisahan minyaknya menjadi bensin, solar dan minyak tanah, mereka juga mengembangkan refinernya. Sistemnya menggunakan batch dengan kapasitas 20 dan 50 liter. Di samping itu, BLEST juga mengembangkan generator berbahan bakar BBM dari plastik dimana listrik yang dihasilkannya sebagian untuk mengoperasikan mesin pengolah plastik menjadi BBM.

Produk –produk tersebut saat ini telah banyak digunakan dan bahkan diekspor ke manca negara, mulai dari negara-negara di Asia seperti China, Thailand dan Filipina sampai ke Amerika, Eropa dan Afrika. Indonesia sebagai negara berkembang dimana penggunaan plastik terus meningkat diharapkan bisa mengembangkan teknologi semacam ini. Dengan menyesuaikan kebutuhan di dalam negeri, teknologi ini diharapkan bisa menyelesaikan persoalan sampah plastik di negeri tercinta ini.

]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun