Mohon tunggu...
Syamsuddin Chalim
Syamsuddin Chalim Mohon Tunggu... -

seorang yang mencoba menemukan makna hidup dan menganggap bahwa bersyukur merupakan cara cerdas untuk menikmati hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Odong-odong

15 September 2012   15:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:25 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari minggu kuturut ayah ke kota

Naik delman istimewa kududuk di muka

Kududuk di samping pak kusir yang sedang bekerja

Mengendarai kuda supaya baik jalannya, hey...

Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk 2x

Suara sepatu kuda

..............................................................................

Lagu di atas merupakan salah satu contoh lagu anak yang populer era 80an. Ya era 80 – 90an dapat dikatakan sebagai era kejayaan lagu anak. Di era itu lagu-lagu anak benar-benar mendapat tempat dan diberi tempat oleh masyarakat sehingga di kenal oleh anak-anak masa itu. TVRI sebagai satu-satunya televisi yang ada saat itu memberikan perhatian yang sangat besar dengan memberikan acara khusus untuk lagu anak disusul kemudian akhir 80an sampai awal 90an muncul televisi swasta juga memberikan porsi acara untuk lagu anak.

Tapi yang terjadi sekarang bagaimana?. Lagu anak seolah tersingkir oleh zaman, padahal tidak demikian seharusnya. Kapitalisasi media begitu kuat, ketika acara yang menyuguhkan lagu anak kurang mendapat respon yang berpengaruh kepada rating acara, maka lagu-lagu untuk anakpun kurang dilirik oleh media khususnya televisi sehingga lagu-lagu untuk anak tidak ditayangkan karena tidak memiliki nilai jual program. Akibatnya tidak jarang anak-anak kita sekarang tidak mengenal lagu anak yang sesuai dengan usia mereka. Dan sekarang jarang sekali bermunculan artis cilik yang benar-benar mempopulerkan lagu anak yang dulu kita pernah mengenal Dina Mariana, Cica Koeswoyo sampai pada generasi Puput Melati, Trio Kwek-Kwek, Enno Lerian, Agnes, Cikita Meidy, Melisa dan generasi era kejayaan lagu anak yang terakhir eranya Sherina dan Joshua. Mereka artis cilik yang benar-benar membawakan lagu anak, bahasa, lirik dan syairnya sesuai dengan kondisi psikologi anak, sederhana mudah dipahami dan sesuai usia mereka.

sumber: wikipedia.org

13477228501948475753
13477228501948475753

sumber: http://phinueisal.wordpress.com

Sangat ironis sekarang, sepertinya lagu-lagu anak seolah tersingkir dari zamannya dan kurang diberi tempat. Yang ada sekarang adalah anak-anak yang menyanyikan lagu dewasa yang terkesan “lebay” (meminjam istilah anak muda sekarang) bahkan pernah ada kontes disalah satu stasiun televisi swasta semua pesertanya anak-anak menyanyikan lagu dewasa (bertemakan cinta dan kehidupan orang dewasa) yang tidak jarang berpengaruh pada perilaku anak.

Namun ditengah hiruk pikuknya krisis lagu-lagu untuk anak disudut-sudut kehidupan masih ada jalan untuk mengenalkan lagu anak. Siapa mereka? Ya, disamping relawan yang berusaha mempopulerkan dan mendekatkan kembali lagu anak pada “ habitatnya” yang pernah saya lihat ditelevisi ada tukang odong-odong. Ya, tukang odong-odong (becak goyang atau apapun namanya sesuai daerah anda menyebutnya) yang seringkali jadi “olokan” ketika kita bercanda dengan teman secara tidak langsung mempopulerkan dan mendekatkan kembali lagu-lagu anak pada “habitatnya”.

1347722413225309480
1347722413225309480
sumber: http://rumahkreatifaja.indonetwork.co.id

Disadari atau tidak mereka turut andil mengajari anak-anak kita sekarang untuk bernyanyi lagu anak sesuai dengan usia mereka. Belajar akan lebih berhasil ketika belajar itu bermakna, konstektual dan inovatif. Sambil bermain (naik odong-odong) mereka mendengar dan secara tidak sengaja hafal lagu anak (apalagi yang sering naik odong-odong he he he.....). Cukup mengeluarkan uang sekitar Rp. 1000 sampai Rp. 3000 secara tidak sengaja anak-anak akan diajari (mendengarkan dari musik yang diperdengarkan di odong-odong) dan bisa menyanyikan lagu “balonku ada lima, rupa-rupa warnanya......” dan lagu-lagu sejenisnya, yang mungkin kalau kita mengajarkan sendiri kepada anak kadangkala menemui kesulitan. Ya mungkin lebih baik daripada anak-anak kita menyanyikan lagu “iwak peyek” atau “hamil duluan” atau lagu dewasa lain yang terkesan seronok dan tidak etis. Reward untuk tukang odong-odong....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun