Mohon tunggu...
Syaifud Adidharta
Syaifud Adidharta Mohon Tunggu... lainnya -

Hidup Ini Hanya Satu Kali. Bisakah Kita Hidup Berbuat Indah Untuk Semua ?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Contek Massal "UN 2011" Suramnya Dunia Pendidikan Indonesia

18 Juni 2011   15:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:23 1936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1308408722491737830

Di era tahun 1980-an dunia pendidikan Indonesia terbilang sangat maju dalam kualitas dan kuantitasnya pada penerapan standar pendidikan dari berbagai tingkatan sekolah dan perguruan tinggi di Asia Tenggara. Maka tidaklah heran bila banyak negara-negara tetangga seringkali melakukan berbagai studi banding dan pengkajian tentang kemajuan pendidikan di Indonesia pada tahun 1980-an itu. Mereka silih berganti datang ke Indonesia untuk mencari tahu tentang cara dan bagaimana memajukan dunia pendidikan di negara masing-masing seperti Indonesia, mereka tidak tanggung-tanggung seringkali mengundang para pakar pendidikan Indonesia untuk datang melakukan berbagai seminar dan menularan pendidikan Indonesia ke negara mereka.

Setelah memasuki tahun 1990-an mulailah lambat laun kualitas dan kuantitas dunia pendidikan di Indonesia mulai menurun, dan pada akhirnya di era tahun 2000-an pada saat ini mengalami penurunan yang dratis sampai ke dasarnya.

Kini kualitas dan kuantitas dunia pendidikan di Indonesia benar sudah tertinggal jauh dengan kermajuan dunia pendidikan di negara-negara tetangganya sendiri, padalah dulu mereka banyak belajar dari pengalaman Indonesia yang berhasil membawa dunia pendidikan Indonesia mengalami berbagai kemajuan pada kualitas serta kuantitasnya dari berbagai tingkatan sekolah dan perguruan tinggi. Sekarang benar sudah terbalik...!!!

Tidak sedikit anggaran yang dikeluarkan negara untuk mengirim para pakar-pakar pendidikan dan pelaku pendidikan itu sendiri untuk melakukan studi banding dan penularan pendidikan dari negara-negara tetangga. Hampir setiap tahun Departemen Pendidikan Nasional (DepDikNas) mengirimkan para tenaga-tenaga pengajar dari berbagai tingkatan sekolah dan perguruan tinggi untuk melakukan berbagai kegiatan seminar dan studi banding. Namun nyatanya hingga saat ini tidak ada hasilnya apa-apa untuk kemajuan kualitas dan kuantitas standar pendidikan di Indonesia. Ratusan milliar rupiah setiap tahunnya terbuang percumah untuk kegiatan seminar maupun studi banding pendidikan yang diadakan di dalam negeri maupun kunjungan studi banding di negara-negara tetangga lainnya. Semua kegiatan itu hanya di jadikan sarana rekreasi dan bersenang-senang saja.

Ini terbukti dengan adanya berbagai menurunan dalam pencampaian prestasi pendidikan baik akademis maupun non akademis, sengguh miris rasanya. Dan tidaklah heran kalau di era tahun 1990-an sampai tahun 2000-an ini banyak bara lulusan sekolah dari berbagai tingkatan dan perguruan tinggi banyak memiliki kemunduran dari berbagaia aspek, baik dalam tingkatan pemikiran, kecerdasan dan bahkan ahklak serta akidahnya. Kalau sudah seperti ini pastilah ujung-ujungnya yang menjadi kambing hitam adalah soal perekonomian. Padahal hal semacam itu bisa ditanggulangi bersama bila memang ada komitmen yang benar dan jelas dari semua komponen di negara ini, tidak hanya sebagai simbolis belaka. Inilah alhasil bukti dari kemunduruan kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia.

Kini benar adanya kemunduruan atas kemajuan dunia pendidikan di Indonesia mengalamai kematian yang suram. Terbukti banyak para lulusan dari berbagai tingkatan sekolah dan perguruan tinggi tidak memiliki kemandirian setelah selesai menamatkan pendidikannya, belum lagi kemunduran pada tingkat moralnya. Tidak hanya pada muridnya, tetapi pada tingkatan pelaku pendidikan, baik pengajar maupun para ahli pendidikan itu sendiri sudah benar-benar tidak memiliki tingkat kepercayaan diri, mereka melakukan pekerjaan dan profesinya hanya untuk sekedar mengejar materi dan kekayaan, bila perlu bisa membuat proyek tersendiri. Walah.. walah..., inikah dunia pendidikan Indonesia ?.

Kini dunia pendidikan Indonesia kembali kebakaran jenggot lantaran adanya kejujuran dan keluguan dari sang bocah yang tidak rela terjadinya pelanggaran pendidikan terjadi di sekolahnya. Bahkan sang bocah itu justru dijadikan kambing hitam sebagai pembawa petaka. Inilah perlakuan yang tidak adil sering terjadi di negeri ini, kebaikan selalu dianggap pelanggaran, dan justru sebaliknya, pelanggaran selalu dijadikan kebenaran.


Kita teropong sejenak peristiwa bersejarah yang baru saja terjadi di dunia pendidikan Indonesia saat ini soal UN 2011 yang belum lama berlangsung, khususnya di tingkat Sekolah Dasar (SD).  Dalam peristiwa ini sang bocah yang jujur dan lugu sebenarnya telah menjadi pahlawan untuk dunia pendidikan Indonesia atas keberaniannya mengungkap ketidak jujuran dalam penyenggaraan pendidikan di sekolahnya, yaitu pada kegiatan Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Dasar (SD). Dia adalah Alif Ahmad Maulana, siswa kelas VI SDN Gadel 2, Surabaya, Jawa Timur, putra dari ibu Siami.

---------------------------



Sebelum UN Ada Simulasi Menyontek

(sumber : detik.com)

Awalnya Alif, siswa kelas VI SDN Gadel 2, Surabaya, Jawa Timur, tetap pada sikapnya semula bahwa memang ada aksi contek massal yang sangat sistematis di sekolahnya saat Ujian Nasional (UN), yang dikomandoi gurunya. Anak dari Siami itu bahkan menceritakan, sehari sebelum UN digelar 10-12 Mei 2011, diadakan simulasi menyontek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun