Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Musim

14 Oktober 2019   19:07 Diperbarui: 14 Oktober 2019   21:25 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Aku sungguh ingin belajar memahaminya, membaca perasaannya.
Sebagaimana musim mengerti hari.

Aku ingin duduk di sebelahnya sebagai daun yang berjatuhan di musim gugur.
Yang kadang-kadang mendengarnya bercerita, karena setiap kalimat yang keluar dari tubuhnya adalah puisi yang tidak pernah bisa kumiliki.

Meski di lain waktu ia hanya menganggapku derap dan dekap sepasang sepatu tua yang tidak lagi bisa mengiringi langkahnya.
Yang lebih sering tertinggal atau ditinggalkan olehnya.
Di teras, di taman yang hampa, di dekat tempat sampah, atau di mana-mana.

Musim panas tidak juga membuatku lebih hangat. Matanya selalu membuatku merasa lebih dingin dari setumpuk salju yang dilemparkan oleh seseorang ke kepalaku.

Dan pada petang hari di musim yang hujan aku hanya mampu menyentuh tangannya; sebatas daun-daun yang berguguran, atau sepasang sepatu tua yang hanya bisa
meraba sisi terluar dari kakinya.

Ia pergi di tahun-tahun yang duka,
di sepanjang musim dingin
yang tidak hanya menjelma sebagai kecupan selamat malam.
Tapi juga ucapan selamat tinggal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun