Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Ketika Aku Melihat Sebatang Pohon

14 Agustus 2019   16:21 Diperbarui: 14 Agustus 2019   23:25 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pohon yang mengering. (sumber: pixabay)

Sejak seminggu lalu aku mulai rutin melihat sebatang pohon di luar jendela. Yang kering. Dan entah sedang menunggu apa. Barangkali hujan. Barangkali kematian. Aku pikir tidak ada bedanya. Hanya masalah waktu, sebelum ia mati atau layu.

Aku melihat banyak rantingnya berserak. Lindap sebagai ketidakberdayaan dalam penantian yang melukis wajah muram di atas permukaan tanah. Daun-daunnya meranggas, jatuh sebagai alas.

Dua hari yang lalu aku masih memandang pohon itu. Ketika kaca jendela merawat kesepiannya yang dingin. Saat kutemukan ia masih berdiri dengan kokoh dan sombong di sudut sana.

Entah sampai kapan. Rantingnya perlahan habis berguguran, sedang daunnya yang sedikit, merangkak jatuh sebagai ingatan yang mengenang --bahwa ia pernah tumbuh.

Hari ini aku melihat pohon itu
dengan kesia-siaan. Dengan akar-akar yang pincang dan sisa-sisa dahan yang nyaris tumbang. Bersama secarik daun terakhir berwarna cokelat keemasan yang jatuh di atas senyuman seorang perempuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun