Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Perjudian Besar, Terpuruk, dan Bangkit ala Marvel Studios

21 April 2019   12:54 Diperbarui: 23 April 2019   16:56 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi from reddit.com

Dalam beberapa hari ke depan pihak Marvel Studios akan merilis film yang digadang-gadang bakal menjadi salah satu film tersukses sepanjang sejarah, yaitu Avengers: Endgame.

Usai sukses bersama Iron-Man pada tahun 2008 lalu, Marvel memang tak henti-hentinya mendominasi industri perfilman lewat film-film bertema live action superhero adaptasi komik mereka. Tidak tanggung-tanggung, ada empat film mereka yang bertengger di jajaran sepuluh besar Worldwide Box Office.

Bahkan di tahun lalu, mereka sangat sukses dengan film Black Panther dan sempat memecahkan rekor pencapaian tertinggi Woldwide Box Office mereka sendiri melalui Avangers: Infinity War dengan total nominal pendapatan berkisar dua miliar USD. Melampaui The Avengers yang dirilis pada tahun 2012, yang ketika itu meraup satu setengah miliar USD.

Tapi tahukah anda? Sebelum sebesar dan dikenal luas seperti sekarang, pada tahun 1996 Marvel pernah dinyatakan bangkrut dan terlilit hutang jutaan dolar, salah satunya kepada Disney. Marvel juga pernah memberhentikan sepertiga karyawannya untuk menghindari pengeluaran yang lebih besar, nasib Marvel di ujung tanduk.

Mengingat potensi dari properti dan sebagian besar karakter-karakter yang mereka miliki, yang diharapkan akan mampu mendulang pundi-pundi dan merangkak dari keterpurukan, Marvel mulai berpikir untuk mempertaruhkan apa yang mereka miliki untuk segera beranjak dari titik terendah. 

Percobaan melebarkan bisnis seperti dengan membuka usaha restoran bertema superhero hingga berkolaborasi dengan perusahaan trading card Skybox International dalam menciptakan permainan kartu dengan karakter-karakter asli Marvel, namun semua itu gagal. Restoran ditutup dalam setahun, sementara permainan kartu waktu itu sudah tidak terlalu diminati.

Usaha-usaha lain dari Marvel ialah kerjasama mereka dengan beberapa studio terkait kepemilikan lisensi karakter yang mereka miliki. Seperti Blade yang mereka berikan kepada New Line Cinema, sama halnya Spider-verse dan Semesta X-Men yang juga telah berpindah tangan menjadi milik Sony dan Fox. Semuanya dilakukan untuk mendapatkan sebuah hasil instan agar dapur perusahaan tetap mengepul.

Kemudian di akhir tahun 90-an hingga awal 2000-an, film-film modern adaptasi komik Marvel mulai bermunculan. Sebut saja Blade, Spider-Man, dan tentu saja X-Men. Film pertama yang disebut memperoleh keuntungan sekitar 70 juta USD lebih. Sialnya, Marvel hanya kecipratan 25 ribu USD dari film yang dibikin oleh New Line Cinema itu. Bahkan di balik kesuksesan film X-Men pada tahun 2000, Marvel tidak memperoleh apa-apa selain harga terkait pembelian properti yang dibayar oleh Fox.

Hingga pada tahun 2003, sosok penyelamat dengan ide yang cukup beresiko datang. David Maisel, seorang pencari bakat yang pada akhirnya menjadi chairman Marvel Studios, mempertanyakan keputusan Marvel yang lebih memilih untuk menyerahkan apa yang mereka miliki kepada orang lain ketimbang mengembangkannya sendiri dalam sebuah karya film. Karena memang benar, keuntungan yang mereka dapatkan dari ketergantungan pada pihak lain hanya secuil, bahkan nyaris tidak ada.

Sempat ragu karena takut kembali gagal dan juga terkendala permodalan, namun akhirnya dewan direksi Marvel menyetujui masukan serta argumen yang dilontarkan oleh Maisel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun