Mohon tunggu...
Syafuan Gani
Syafuan Gani Mohon Tunggu... profesional -

just a dedicated mechanical engineer, completing both Master degrees in marketing communication and human behavior (a strange disciplines for engineer :-) . Currently living in Middle East.... in search of colorful life's experiences, still proud being an Indonesian (regardless how ridiculous the politics and most of "funk" politicians) . http://sxgani.blogspot.com/ http://www.facebook.com/baron.deladera

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah 12 Orang Marah

21 Desember 2009   09:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:50 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelum diteruskan, mohon maaf, ini bukanlah resensi film, namun hanya ingin berbagi pengalaman dua dekade yang lalu ketika mendapat tugas wajib menyelesaikan studi kasus saat melanjutkan nuntut ilmu.

Bagi saya karakteristik film ini sangat berkesan hingga kini, sehingga setiap nonton streaming berita di internet tentang kasus kasus Hot di tanah air, teringat lagi dengan film 12 angry men kesukaan ini. Kebetulan filmnya masih punya, putar lagi..... buat tulisan ini.   Juga hanya ingin menganjak anda menyikmak kemiripan perilaku dari individu individu dalam film ini dengan dagelan anggota dewan  latah yang terhormat.....  di negeri antah berantah tercinta.

So I'd like to encourage to watch and get things analyzed and make a conclusion, from human behavior perspective or from leadership point of view

.Maaf, bagi yang senang film horor atau aksi, lupakan saja, karena pasti membosankan anda. Esensi dari alur ceritanya nyaris selalu mirip dengan perilaku manusia yang ada disekitar kita..

Film ini hanya berupa dialog disatu ruangan sempit disuatu pengadilan, stagnan namun adegannya penuh dengan prilaku yang penuh kebencian, sinisme, intrik, ingin balas dendam versus sifat yang tenang, sabar dan analitik.

Plotnya menceritakan bagaimana 12 orang juri berlatar belakang berbeda ditunjuk untuk  mengambil keputusan atas dakwaan pembunuhan yang dituduhkan  kepada seorang tersangka.

Keputusan yang sangat sulit memang,...........karena adanya relevansi abu abu antara bukti dan dakwaan terhadap seorang anak yang dituduh membunuh ayahnya, "bersalah" atau "tidak bersalah".

Sebenarnya film ini ada dua  versi yang dibuat pada tahun yang berbeda, kedua duanya sama menarik. Versi pertama merupakan versi orijinal dibintangi oleh Henry Fonda cs  dan versi kedua dibintangi oleh Jack Lemon, kedua duanya sudah almarhum.. Versi orijinal yang dibintangi Henry Fonda bisa anda unduh gratis dari internet , sedangkan versi barunya harus beli, tapi ga mahal amat lho.

Hampir sebagian besar plot lokasi dan skenarionya hanya bertempat di satu ruang meeting yang sempit, karena memang alur ceritanya harus demikian  (tentu saja murah meriah dalam hal lokasi, mahal dalam hal biaya artis). Namun bagi  yang suka menyimak fenomena ironi dan penyelesaian masalah yang kompleks, dikaitan dengan analisis prilaku manusia, motivasi, leadership,  maka...... inilah gambaran referensi yang tepat. Karakter  ke dua belas juri  tersebut, maaf  bukannya sok  analitik, ringkasnya sbb:

  1. Pak Ketua para Juri; orangnya tenang, sayangnya tidak menguasai kompleksitas permasalahan sepenuhnya namun tidak berpihak-netral dan menginginkan proses pengambilan keputusan dilakukan dengan sistematik. Khan banyak tipe ketua yang seperti ini di negeri antah berantah tercinta.
  2. Juri ke dua; tenang dan merupakan pengikut yang tidak memiliki pendapat  maupun argumen sama sekali sehingga sangat mudah dipengaruhi; namun jangan diartikan ini tipe anggota terhormat yang hanya Datang, Duduk, dan Duit  he  he  he .
  3. Juri ke tiga; tegas, kaku, ga mau mendengar pendapat orang lain dan hanya terpaku pada pendapatnya sendiri, menunjukan ciri ciri yang memiliki mental dan  karakter tidak stabil. Bagi saya ini tipe menyebalkan, arogan , sok tahu dan cengeng; terbukti diakhir cerita dia menangis  euy.
  4. Juri ke empat; menganggap dirinya lebih unggul dari yang lainnya, hanya tertarik pada hal yang berdasarkan fakta fakta explisit saja, tipikal pokrol bambu amatiran.
  5. Juri ke lima; berifat rendah diri karena memiliki latar belakang sosial yang mirip dengan tersangka, pemalu namun berminat untuk terlibat dalam argumentasi dengan serius sebagai pendengar yang baik. Tipikal diam itu emas, padahal dalam kasus ini seharusnya dia sadar bahwa diam itu bukanlah emas ehmmmmmm
  6. Juri ke enam; sepertinya jujur, menganggap orang lain lebih mampu dari dirinya, mau mendengar dan menerima pendapat orang lain karena interest yang sama, menginginkan keadilan diterapkan. Tipikal oang kebanyakan yang umumnya tertidur diruang sidang he he he.
  7. Juri ke tujuh; hanya memikirkan baseball, temperamen namun tipikal pengecut, mengeluhkan ruangan yang panas, tidak tertarik pada penyelesaian masalah yang adil. Baginya keputusan harus segera diambil dan segera bubar.  Ikut kemana angin bertiup, ingin menjadi bagian kelompok pemenang; prilaku yang jamak disekitar kita..
  8. Juri ke delapan, orang pertama yang menganggap bahwa terdakwa "tidak bersalah", tenang, sabar  dan hanya fokus bagaimana keadilan bisa ditegakkan. Mampu menarik kesimpulan atas fakta dan argumen dan mengelolanya untuk meyakinkan yang lain, sangat mature.
  9. Juri ke sembilan, sangat bijak karena tingkat kedewasaannya yang sudah banyak makan asam garam. Merupakan orang pertama yang diyakinkan oleh fakta yang diberikan juri kedelapan untuk merubah keputusannya, menjadi "tidak bersalah"
  10. Juri ke sepuluh, karakter yang sangat menjijikkan, memutuskan bahwa tersangka bersalah hanya karena latar belakang tersangka, pemarah, mudah terpancing dengan cepat, karakter. Dijamin, tipe ini kalau diruang parlemen maunya berkelahi, seperti yang terjadi tempohari di parlemen India dan Korea .... ck ck,ck
  11. Juri ke sebelas, hanya menginginkan keadilan ditegakkan, pendukung yang potensial yang mudah dipengaruhi karena pernah mengalami diperlakukan tidak adil dan menghargai pendapat orang lain yang berseberangan.
  12. Juri ke duabelas, tenang, pendengar yang mencoba menjadi orang yang baik, punya pendapat namun tidak berani mengemukakannya di forum, kurang pede, gitu.

Temanya sangat menarik, karena masing masing memberikan argumentasi bahwa hanya pendapatnya benar. Penyebabnya sangat sederhana, persoalan yang didiskusikan berdasarkan "naluri" bukan berdasarkan fakta dan sebab akibat. Saat voting pertama hanya juri no 8 , seorang arsitek yang berpendapat "tidak bersalah", sedangkan  sebelas juri lainnya berpendapat bahwa terdakwa "bersalah". Alasan juri 8 karena dia kurang yakin dengan bukti  dan alibi dipersidangan dan...... ini yang boleh diacungi jempol...........takut berdosa menghukum orang yang tidak bersalah. Banyak sekali ironi yang bisa  diamati dalam adegan yang diperankan masing masing juri dalam pengambilan keputusan tsbSimak bagaimana mereka mengemukakan argumen yang kadangkala bertentangan dengan maksud mereka sebenarnya; justru digunakan oleh juri yang lain sebagai anti klimaks. Contohnya, dalam satu adegan, kata kata juri ke tiga kepada juri ke delapan " kubunuh kau".  Padahal sebelumnya juri ke tiga ini berkata "tak ada seorangpun akan membunuhmu!". Dalam beberapa adegan, ditunjukan juga bagaimana masing masing juri memiliki kepentingan dan agenda tersendiri. Misalnya ada seorang juri yang mengatakan bahwa dia tidak mempercayai juri yang lainnya, sampai keluar kata kata berbau rasisme.  Nah lho, khan fenomena ini terjadi di tim century ! Silahkan simak juri mana aja yang "asbun",  asal bunyi,  juri yang berbicara dengan fakta dan bagaimana akhirnya  masing masing kesebelas juri lainnya merubah keputusan "bersalah" menjadi "tidak bersalah". Menarik sekali, karena semua aspek leadership muncul dalam adengan di film ini, mulai motivation, influencing, pull out/in, listening, analyzing, supporting, decision making...... you name it, most of the leadership management theory  showed up. Layak untuk disimak dan dijadikan tugas wajib bagi mahasiswa hukum dan magister manajemen di Indonesia, sukur kalau sudah, ........... kalaupun belum,... ya saran saja koq. Kalau  disekolah manajemen dirantau film ini sudah menjadi tugas wajib sejak lama - studi kasus wajib selain studi kasus survival di gurun, dilaut, dihutan tropis, digunung dan di artik memicu untuk melatih wawasan kepemimpinan menajemen konflik dan kerjasama. Salam sxgani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun