Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Buat Apa Capek-capek Mendaki Gunung?

29 Maret 2017   12:53 Diperbarui: 30 Maret 2017   17:00 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan spektakuler dari puncak gunung Talang, Solok, Sumatera Barat (dokpri)

Padang - Beberapa pendaki cenderung memberikan jawaban abstrak-filosofis saat ditanya, apa tujuannya mendaki gunung? Buat apa capek-capek mendaki gunung? Beberapa yang lain, sekalipun sudah sering mendaki gunung, terdiam atau tidak tahu harus menjawab apa. Ha-ha-ha.

Diantara jawaban itu: untuk mengenal diri sendiri; agar mengenal alam dan hakikat Tuhan; agar mencintai Indonesia; menjadi pribadi yang ramah dan mampu berkerjasama; belajar fokus; dan jawaban-jawaban abstrak lainnya.

Di tanjakan menuju puncak gunung Talang (dokpri)
Di tanjakan menuju puncak gunung Talang (dokpri)
Mungkin jawaban-jawaban abstrak tersebut adalah benar adanya. Setiap orang punya niat dan tujuan masing-masing saat mendaki gunung. Beberapa pendaki mendapat pelajaran hidup yang berbeda-beda setelah mendaki gunung.

Beberapa pendaki lain memiliki tujuan yang lebih kongkrit, misalnya: ahli botani yang sedang melakukan penelitian keanekaragaman hayati di sebuah gunung; ahli vulkanologi yang melakukan penelitian dampak erupsi gunung berapi; dll.

Meninggalkan pos 1 Rinjani (dokpri)
Meninggalkan pos 1 Rinjani (dokpri)
Saya sendiri punya jawaban yang saya nilai lebih lugas dan sesuai fakta, yaitu: olah raga dan rekreasi. Entah mana yang dominan apakah olah raga atau rekreasi. Dalam kenyataan kelihatannya lebih dominan olah raga. 

Karena alasan itu, saya menjadikan pendakian gunung sebagai kegiatan rutin. Ada atau tidak ada teman, tetap mendaki gunung. Kebetulan di tempat saya tinggal banyak sekali gunung baik gunung berapi maupun gunung non-berapi.

Suasana pagi di puncak gunung Kerinci (dokpri)
Suasana pagi di puncak gunung Kerinci (dokpri)
Karena nampak rutin mendaki gunung dan rutin pula mengabarkan aktivitas pendakian melalui media sosial, beberapa teman sampai heran. Kok sering banget mendaki gunung, apa tidak bosan atau capek?

Jadi kalau ditanya apa alasan mendaki gunung (dalam obrolan antar pendaki pertanyaan begini sangat sering terjadi), maka saya akan menjawab cepat: olahraga dan rekreasi. Itulah kenyataannya. Mungkin kalau dipersentasekan: 60% olah raga dan 40% rekreasi.

Suasana pagi di puncak gunung Dempo (dokpri)
Suasana pagi di puncak gunung Dempo (dokpri)
Karena dominan olahraga tentu saja mendaki gunung sangat capek. Tak usah ditanya, capek itu memang dicari, bukan untuk dihindari. Ada kenikmatan dan kesegaran saat badan bercucuran keringat mengeluarkan ampas tubuh.

Karena aktivitas olah raga di gunung dengan kadar oksigen yang rendah, paru-paru jadi sehat dan kuat. Setelah rutin mendaki gunung, lari pagi 10 km atau jalan pagi 20 km di dataran rendah tidak begitu terasa capek. Jalan kaki saat aktivitas harian juga gegas dan gesit.(*)

SUTOMO PAGUCI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun