Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Penikmat Masakan Pedas Garis Lurus

14 Agustus 2019   11:31 Diperbarui: 14 Agustus 2019   15:12 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dendeng balado, takokak dan terong rebus (Dok Pribadi)

Lidah dibangun dari kenangan. Apa yang biasa dimakan pada masa lalu akan terbawa menjadi kenangan rasa yang mengendap dalam memori lidah. Terus terbawa hingga dewasa. Ke manapun kaki melangkah.

Sebagai orang Melayu yang hidup di pedalaman pulau Sumatera, kami terbiasa makan masakan pedas. Rasa pedas diambil dari cabai.

Tidak selalu pedas. Kadang ada saja jenis masakan yang tidak mengandung cabai. Tapi garisnya selalu harus lurus. Pedas artinya mengandung cabai saja. Tidak ada rasa pedas campur manis karena diberi gula seperti masakan orang Jawa.

Jenis masakan pedas biasanya berbentuk sambal dengan berbagai variannya: sambal lado saja, sambal tempoyak, sambal teri, sambal petai, sambal jengkol, dan lain-lain. Rasa pedas selalu dari cabai.

Ada lagi masakan pedas berbentuk gulai, sejenis masakan aneka bahan berkuah dari santan. Bahan gulai bisa macam-macam: aneka daging, jengkol, nangka muda, keladi, kemumu, umbut-umbutan, dan lain sebagainya.

Kenangan lidahku mencatat, masakan dari bahan daging harus selalu garis lurus: pedas atau tidak sama sekali.

Jengkol teri balado dan rebus sayur (dokpri)
Jengkol teri balado dan rebus sayur (dokpri)

Lidah Melayu saya tidak mengenal goreng ayam balado yang diberi gula, atau, gulai nangka pedas dicampur gula. Pedas ya pedas. Pedas garis lurus.

Karena rasas itu mengendap jadi kenangan yang melekat kuat seperti candu, maka lidah saya menolak keras setiap masakan dari bahan daging yang diberi cabai campur gula, seperti masakan orang Jawa. Dipaksa-paksa sih bisa saja, tapi sulit untuk menikmati, mungkin butuh penyesuaian yang panjang.

Kadang menjadi masalah saat saya ada urusan ke pulau Jawa. Karena kebanyakan masakan dari daging atau protein selalu dikasih gula. Goreng ayam dikasih gula. Goreng telor balado dikasih gula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun