Mohon tunggu...
Sutjipto
Sutjipto Mohon Tunggu... -

Penulis Buku: Larasati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahkan Ahok Ogah Celananya Kecipratan Banjir

23 Februari 2017   10:34 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:34 2212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://kenyoot.blogspot.coml

Ada ungkapan lama yang cukup familiar bahwa seseorang tidak mungkin memahami penderitaan orang lain secara mendalam jika ia tidak merasakannya sendiri. Ungkapan ini memang benar. Bagaimana mungkin saya memahami kesusahan orang yang kelaparan kalau saya selalu berkecukupan. Karena itu, rasa simpati, empati, dan kepedulian muncul dari perasaan sepenanggungan atau sama-sama pernah mengalami situasi yang sama.

Hal-hal seperti ini memang tidak dipahami sama sekali oleh Ahok. Barangkali, Ahok dalam perjalan hidupnya sejak kecil kurang mendapatkan sentuhan-sentuhan rasa. Makanya, dia seolah kurang peka bagaimana dia seharusnya menghadapi warga yang sedang terkena bencana. Hal ini memang sepele, tapi juga cukup jelas menggambarkan karakter seorang pemimpin.

Ketika datang mengunjungi warga yang terkena banjir, Pak Ahok dengan pakaian coklat khas pegawai pemerintahan, rapi, necis, dan tak lupa menggunakan kaca mata hitam, bak bintang film Hollywood. Karena itu, pak Ahok hanya berdiri di pinggir sungai atau di tempat yang tidak tergenang air sambil nunjuk sana-sini memberi perintah pada petugas orange. Cara Pak Ahok mengunjungi daerah-daerah banjir seolah-olah ia takut sepatunya basah atau celananya kecipratan lumpur dan air genangan banjir.

Jadi, sulit membayangkan Pak Ahok berani turun menerjang banjir untuk merasakan secara langsung kesusahan yang dihadapi warganya. Seharusnya Pak Ahok berani turun ke genangan banjir untuk memahami rasa dingin yang dialami warganya yang harus berenang di dalam banjir dengan airnya yang keruh.

Pak Ahok memang tinggal di rumah mewah di lokasi yang tidak pernah digulung banjir. Karena itu, sikap simpatik, empati, dan penuh kepedulian tidak terlihat pada cara kunjungannya ke daerah terkena banjir.

Atau jangan-jangan Pak Ahok takut jatuh karena licin, atau takut pada binatang pengerat? Sebab, sikap ini juga pernah ditunjukkan oleh pejabat di India. Shivrah Singh Chauhan, salah seorang menteri yang tertangkap kamera tengah dibopong petugas saat kunjungannya ke daerah terkena banjir. Photo yang kemudian tersebar di media sosial tersebut sontak membuat sikap konyol sang menteri menjadi kontroversi dan sumber kemarahan warga India. Reaksi para pengguna media sosial tidak berhenti walaupun pihak Chauhan telah mengklarifikasi photo tersebut kepada Hindustan Times bahwa petugas polisi membopong menteri karena ia kesulitan berjalan setelah terbentur benda keras dalam lumpur.

Apa yang salah dari cara Menteri Chauhan itu adalah bukan karena ia dibopong, karena mungkin benar ia mengalami benturan di kaki ketika berjalan dalam banjir, atau mungkin karena ia benar-benar takut dengan binatang seperti ular, tikus, atau kalajengking yang mungkin berada di dalam banjir. Yang salah, adalah karena ia seolah-olah tidak mengerti penderitaan rakyatnya. Dia tidak menunjukkan sikap simpatik dan empati atas bencana yang dihadapi rakyatnya.

Artinya, bagaimana cara seseorang pemimpin menunjukkan kepedulian dan perhatiannya terhadap masyarakat yang terkena banjir sangat penting. Bisa jadi, kenapa bencana banjir di Jakarta tidak kunjung berhasil diatasi karena pemimpinnya tidak memahami secara mendalam kesusahan dan penderitaan yang dialami oleh warga yang terkena banjir. Karena itu, berbagai program pengentasan banjir lambat direalisasikan dan dilakukan tidak dengan sepenuh hati. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun