Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Yang Lagi Tren, Makan Bancakan

26 Mei 2017   18:27 Diperbarui: 29 Mei 2017   08:15 4118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Kamis 25 Mei 2017 yang lalu, saya mendapatkan undangan reuni teman-teman SMA di salah satu rumah di bilangan Sunter, Jakarta Utara. Ketika saya memasuki rumah yang menjadi lokasi acara, di dalam rumah tampak dua meja panjang dengan daun pisang di bagian tengahnya.

Setelah peserta mulai berdatangan, lalu panitia bagian konsumsi mulai mengisi daun pisang dengan aneka lauk, seperti nasi kuning, sayur urap, tahu, tempe, empal, udang, cumi, ikan asin, keripik pedas, sambal goreng hati dan ayam goreng, serta dua jenis sambal. Di depan tiap kursi ditempatkan satu pincuk (piring dari daun pisang) yang diisi rempeyek kacang dan kerupuk.

Rupanya panitia mengikuti cara penyajian makanan yang sedang trend saat ini yakni bancakan. Padahal kalau diperhatikan isinya nyaris sama dengan nasi tumpeng.

Bancakan

Bancakan dulu dikenal banyak dilakukan oleh masyarakat Jawa, Sunda dan Batak. Yakni bersantap bersama dalam satu meja, lazimnya menggunakan tangan, tanpa sendok. Kini beberapa hotel atau restoran sudah siap dengan menu yang disajikan secara bancakan. Saya pernah melihat promosinya di Aston Marina Ancol dan Atria Gading Serpong.  

Dalam tradisi Jawa, bancakan merupakan sebuah tradisi  makan dari masakan yang sama bersama banyak orang. Tradisi ini sebagai pengungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas berkah, kesehatan, rezeki, ulang tahun dan segala kebaikan lainnya. Juga sering dilakukan untuk mengucap syukur atas kehamilan, rumah baru, mendapat pekerjaan, dan lainnya.

Bancakan ini bertujuan sebagai tatanan serta tuntunan mengenai kebersamaan, kerukunan dan kesederhanaan. Lazimnya menggunakan nasi tumpeng pada sebuah tampah bundar disertai doa dalam tradisi adat Jawa.

Lauk di atas daun pisang (Dokpri)
Lauk di atas daun pisang (Dokpri)
Pada adat Batak makan bersama ini digelar di atas daun pisang yang tidak dipotong-potong. Penyajian bancakan juga boleh dengan pincuk daun pisang. Tujuan utama  bancakan adalah mendekatkan antar teman atau antar warga, dan menumbuhkan rasa ikhlas berbagi. Dengan kebersamaan ini muncullah keakraban.

Lazimnya bancakan berupa lauk dan nasi yang disantap sekitar 6, 10 hingga 20 orang. Proses memakannya dilakukan bersama dengan menggunakan tangan, namun guna menjaga kesehatan boleh saja menggunakan sendok. ‪Budaya makan bersama ini mencerminkan semangat gotong royong serta kerukunan dalam hidup bermasyarakat.

Hal yang perlu diperhatikan agar santapan tidak mubazir, penyelenggara harus menghitung jumlah peserta dengan cermat. Kecuali bila sudah saling akrab, sisa makanan boleh dibawa pulang dengan memanfaatkan kantong plastik yang telah disediakan sebelumnya.

Anda juga ingin mengadakan makan secara bancakan? Bisa menjadi ide untuk acara buka puasa bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun