Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Retail vs e-Retail, Pilih Mana ?

3 Juli 2017   20:56 Diperbarui: 5 Juli 2017   04:02 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi e-retail (sumber: www.slideshare.net)

Baru saja membaca berita, bahwa jaringan retail internasional Nike resmi akan masuk ke e-retail atau berjualan melalui media daring di Amazon dan Instagram (e-commerce).

Bila jaringan retail internasional mulai gerah dan akhirnya ikut masuk ke e-retail, bagaimana nasib toko-toko olahraga seperti Athlete's Foot dan Planet Sport ke depan?  Sewa di mall elite tidaklah murah, sementara orang-orang terlebih generasi milineal lebih cenderung berbelanja lewat media daring.

Saya pribadi kalau dihitung sudah belanja lewat media daring lebih dari 10 kali khususnya untuk membeli sepatu dan arloji, dari e-bay, aliexpress, tokopedia atau lazada. Media daring menjajakan produk retail dari merek tidak terkenal hingga yang cukup terkenal sekelas Adidas. Keunggulan e-retail ada yang memberikan gratis ongkos kirim, padahal barang dikirim dari London (shipper-nya). Astaga murahnya.

Bila Nike masuk ke bisnis e-ratail tentu akan memotong banyak jalur distribusi. Pertanyaan nakalnya, apa isi mall di tahun-tahun mendatang? Apakah hanya akan diisi cafe, rumah makan, warung kopi kekinian, tempat  Fitness / gym / yoga, cinema atau Trampoline dan, Laser shooting?

Yang pasti dengan masuk ke bisnis e-retail, pengusaha memangkas biaya jalur distribusi, mengurangi biaya sewa gudang dan sewa lahan di mall.

Siapa lagi ke media daring?

Mungkin akan dilanjutkan dengan jaringan bisnis retail lainnya. Beberapa jaringan bisnis retail kebutuhan sehari-hari (sabun, shampoo, kopi, susu, dan lain-lain) seperti TransMart dan Indomaret sudah mulai masuk ke pemesanan barang yang di antar ke rumah. Bagaimana nasib gerai waralaba yang kini bertebaran hampir di tiap kelurahan? Bila suatu saat jaringan bisnis retail ini juga beralih ke e-retail.

Dampak ke depan mungkin pengusaha properti juga enggan ekspansi membangun mall karena butik-butik kenamaan juga mulai tidak sanggup membayar sewa lahan karena dagangan kurang laku.

Mungkin nasib bisnis retail akan sama dengan bisnis media yang beralih ke e-paper atau portal berita, bisnis transportasi dari taksi elite ke taksi daring (Blue Bird & Express vs Uber & Grab Car, tukang ojek vs GoJek), bisnis teknologi (Nokia, BlackBerry, Intel, Microsoft vs Samsung Android & Apple iOS), serta bisnis penginapan (hotel vs AirBnB).

Bila berpikir kedepan, bisnis apa yang akan meroket? Sepertinya bisnis jasa antaran (courier service), lihatlah Tiki dan JNE yang gerainya selalu penuh, bahkan J&T yang baru muncul juga ikut kebagian ramai.

Belajar dari Jack Ma

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun