Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora featured Pilihan

Pemerintah Indonesia Harus Mampu Memanfaatkan Bonus Demografi

8 Oktober 2014   02:53 Diperbarui: 4 April 2017   17:14 13169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Tribunnews.com

Demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Indonesia akan mengalami bonus demografi ini dikarenakan proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun yang lalu yang dipercepat dengan keberhasilan program KB menurunkan tingkat fertilitas dan meningkatnya kualitas kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan lainnya.

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi di tahun 2020-2030, dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.

Akan tetapi usia produktif ini apabila tidak berkualitas malah akan menjadi beban negara, oleh karena itu Pemerintah harus meningkatkan wajib belajar 12 tahun, lakukan pembinaan pola asuh & tumbuh kembang anak melalui posyandu dan PAUD, peningkatan usaha ekonomi keluarga, intinya peningkatan segala bidang agar SDM kita mampu bersaing di dunia International,

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun). Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara non-produktif hanya 60 juta.

Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial – ekonomi. Salah satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk non-produktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif.

Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai 2020.

Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of development dengan cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi peluang kerja.

Bukan hanya Pemerintah, masyarakat juga harus menjadi pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.

Kesimpulan yang bisa ditarik adalah bonus demografi ibarat pedang bermata dua. Satu sisi adalah berkah jika berhasil memanfaatkannya. Satu sisi yang lain adalah bencana seandainya kualitas SDM tidak dipersiapkan.

Indonesia, sebagai sebuah bangsa yang kuat harus mempunyai perencanaan, termasuk membangun sumber daya manusia berkualitas yang akan menjadi daya saing sebuah bangsa. Sejatinya, perubahan tidak bisa dilakukan dalam sekejap, maka dari itu pembenahan kualitas manusia harus dimulai dari sekarang!

Bonus Demografi Berpotensi Tumbuhkan Ekonomi

Harus dipersiapkan dengan kebijakan yang fokus di bidang kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan.  Kontribusi penduduk berusia produktif ini telah terlihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang stabil. Fenomena ini terlihat juga di beberapa negara yang jumlah penduduknya turut meningkat dan kondisi ekonominya sama seperti Brazil, Rusia dan India.


Bahkan di sejumlah negara lain, bonus demografi telah berkontribusi menumbuhkan ekonomi. Sedangkan Thailand, Tiongkok, Taiwan dan Korea bonus demografi di sana berkontribusi dengan pertumbuhan ekonomi antara 10-15 persen.


Bonus demografi ini dapat dimanfaatkan secara baik oleh Pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Manfaat bisa dilakukan dengan adanya kesiapan kebijakan seperti memperkuat investasi di bidang kesehatan, pendidikan maupun ketenagakerjaan. Bonus demografi tidak otomatis menguntungkan kita, harus ada syarat yang harus diperjuangkan.

Misalnya dalam bidang pendidikan, agar wajib belajar terus diperpanjang menjadi 12 tahun. Lalu, jumlah drop out (DO) pelajar yang keluarganya berpenghasilan rendah harus dikurangi dan kurikulum juga harus direvisi. Kurikulum Sekolah Dasar (SD) betul-betul diubah supaya dari kecil diajarkan cara berpikir yang lebih kreatif.

Dari sisi kesehatan, juga harus dimulai nutrisi 1000 hari pertama sejak kelahiran. Dalam jangka waktu tersebut masa-masa untuk perkembangan otak. Sedangkan dari sisi ketenagakerjaan, bila perlu Pemerintah harus terus menggenjot industri padat karya, pertanian, industri kreatif serta industri mikro, kecil dan menengah.

Pembangunan dilakukan pada saat manusia menjadi pelaku utama dari pembangunan itu sendiri yang diukur dari kualitas sumber daya manusia (human resource development). Oleh karena itu, pembangunan manusia harus menjadi prioritas dalam pembangunan. Pentingnya proyeksi penduduk sebagai prasyarat untuk merumuskan perencanaan pembangunan di masa depan secara lebih efektif dan efisien.

Angka ketergantungan penduduk (dependency ratio) cenderung lebih rendah. Suplai tenaga kerja yang stabil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja. Kondisi ini sangat menguntungkan, masyarakat akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan dana tabungan yang lebih banyak.


Bonus demografi sangat erat kaitannya dengan perubahan komposisi penduduk menurut umur. Bonus demografi adalah kesempatan sekaligus tantangan yang harus ditanggapi dan diantisipasi.


Saat bonus demografi, angka ketergantungan penduduk menjadi lebih rendah. Jika masyarakat paska usia produktif 65 tahun ke atas dapat melakukan upaya menabung lebih banyak, maka tidak akan menjadi beban negara. Namun bila kondisi sebaliknya, maka akan menjadi beban negara.

Membangun Sumber Daya Manusia

Persoalan kependudukan memiliki dampak pada lingkungan. Kualitas SDM sangat menentukan tingkat kesadaran perilaku manusia dalam mengelola lingkungan. Jumlah penduduk yang besar dan tidak diikuti kualitas kesadaran lingkungan yang baik, akan mengakibatkan terjadinya degradasi kerusakan lingkungan. Saat ini Indonesia begitu agresif mendorong pertumbuhan ekonomi, namun secara tidak sadar merusak lingkungan.

Yang terpenting ke depan adalah peningkatan kualitas SDM karena angka Human Development Index (HDI) Indonesia saat ini menempati urutan ke-111 dari 182 negara. Di ASEAN, Indonesia berada di urutan keenam dari sepuluh negara.

Di masa depan, bangsa Indonesia harus siap mengelola potensi dan sumber daya angkatan kerja yang terus meningkat. Tingkat pertumbuhan tenaga kerja Indonesia sangat tinggi. Bangsa Indonesia mengalami bonus demografi hingga 2035 mendatang.

Saat itu, jumlah generasi muda jauh lebih banyak daripada generasi tua. Jadi, Indonesia harus melakukan persiapan membangun potensi dan sumber daya manusia (SDM). Indonesia juga harus mampu menghadapi persaingan antar tenaga kerja dari berbagai negara, apalagi dengan potensi bonus demografi yang sedang dialami.

Bonus demografi ini harus disyukuri, karena negara lain di Eropa dan Amerika tidak mengalaminya. Sebagian besar warga Eropa dan Amerika Serikat, mayoritas adalah generasi tua, jumlah anak-anak atau generasi muda mereka relatif sedikit.

Pemerintah harus kritis melihat perlunya menanggapi bonus demografi yang dialami Indonesia. Tanpa persiapan yang matang, maka bonus demografi bisa menjadi beban tambahan.

Dengan bonus demografi ini, jumlah penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk. Lapangan kerja yang dibutuhkan pun makin banyak.  Kalau lapangan kerja tidak diakomodasi, maka bisa menciptakan banyak pengangguran.

Agar pengangguran tidak lantas membengkak, maka kompetensi sumber daya manusia harus ditingkatkan. Salah satunya melalui pendidikan yang baik. Populasi terbesar merupakan golongan anak muda dengan tingkat konsumsi tinggi. Dengan demikian, konsumsi domestik akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar enam hingga tujuh persen.

Sumber daya manusia (SDM) Indonesia saat ini harus diberdayakan untuk menghadapi berkah bonus demografi pada 2020-2030. Diharapkan tingginya jumlah penduduk usia produktif akan mampu mempercepat peningkatan produksi negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun