Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berhati-hatilah Memilih Sekolah untuk Anak Anda

7 Mei 2019   15:01 Diperbarui: 7 Mei 2019   15:19 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sekolah (sumber: www.tespsikotes.com)

Dulu, saat saya masih usia sekolah, orang tua saya meski bukan tergolong orang kaya, memiliki tekad agar kualitas anaknya kelak mampu mengungguli orang tuanya. Itulah sebabnya saya didaftarkan ke sekolah unggulan yang terkenal baik kualitasnya.

Sekolah berkualitas dengan fasilitas memadai dan guru-guru mumpuni tentu harus diikuti dengan uang pangkal dan uang sekolah yang mahal. Itulah sebabnya yang mampu menyekolahkan anaknya di sekolah itu adalah orang kaya. Sehingga tidak heran, bila orang tua saya disindir tetangga, "apa tidak salah menyekolahkan anak-anakmu di sekolah kaum borjuis ?"

Namun orang tua saya tetap bersikukuh, untungnya saya sanggup bersaing dengan teman-teman anak orang kaya yang dalam kesehariannya dibantu guru-guru les private. Karena kemampuan menghadapi teman-teman dalam prestasi akademis, maka saya terhindar dari goncangan budaya (culture shock).

Yang paling kentara adalah cara menuju sekolah, kalau saya diantar orang tua naik sepeda, teman-teman diantar dengan sepeda motor atau mobil. Saat saya pergi ke sekolah sendiri dengan bersepeda, teman-teman sudah mulai naik sepeda motor. Yang membedakan lainnya adalah dalam hal uang jajan. Teman-teman yang anak orang kaya saat istirahat langsung berebut menuju kantin sekolah, sedangkan saya cukup menyibukkan diri di kantor OSIS.

Saya merasa sangat beruntung, karena dapat menyelesaikan TK, SD, SMP dan SMA dengan tanpa gangguan berarti. Bahkan mampu meraih bea siswa prestasi di perguruan tinggi, sehingga orang tua tidak terlalu terbebani dalam masalah biaya kuliah. Sedangkan biaya hidup sehari-hari, dapat diatasi dengan bekerja sebagai asisten dosen sejak tahun ke dua atau semester ke tiga.

Pesan Untuk Orang Tua

Apa yang telah dilakukan oleh orang tua saya, tidak 100% benar. Untung saya memiliki kelebihan dalam prestasi akademis sehingga tidak mengalami goncangan budaya. Akhir-akhir ini saya sering mendengar kisah seorang anak yang ngambek tidak mau masuk sekolah, gara-gara di bully teman-temannya gara-gara soal sepele.

Bully-an bisa berupa pertanyaan kamu diantar ke sekolah dengan mobil apa? Kamu saat liburan berlibur kemana ? Apakah kamu sudah bermain game online terbaru ? Apakah kamu sudah memiliki Nintendo atau X-Box terbaru ? Dimana kamu merayakan ulang tahunmu ? Dan sejumlah bully-an lainnya yang sangat mengganggu eksistensi si anak bila membandingkan dirinya dengan teman-temannya.

Memasukkan seorang anak yang mentalnya rapuh ke sekolah internasional yang didominasi anak-anak orang kaya, akan menjadi neraka bagi si anak. Tidak jarang akhirnya si anak menjadi malas ke sekolah gara-gara minder atau merasa rendah diri dan berakibat turunnya prestasi akademis.

Dalam memasukkan dan memilih sekolah, orang tua harus memahami benar-benar mental anaknya. Bila mental anaknya kuat, pasti akan sanggup melewati kendala yang muncul. Sebaliknya, bila mental anaknya rapuh, orang tua sebaiknya memilih sekolah yang sama dan sesuai dengan lingkungan dan keadaan rumah atau keluarganya. Jangan termakan gengsi, yang terpenting perhatikan kualitas sekolah dan strata pergaulan bagi si anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun