Mohon tunggu...
Suryadi Maswatu
Suryadi Maswatu Mohon Tunggu... Jurnalis - Kita sama, kita satu, kita indonesia

Kemiskinan Sejati bukanlah semalam tanpa makan, Melainkan sehari tanpa berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sumpah Pemuda Jadi Power Mahasiswa, Bukan Sumpah Cinta Biasa

28 Oktober 2019   21:32 Diperbarui: 30 Oktober 2019   14:16 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MAKASSAR - Peringatan Sumpah Pemuda tidak hanya sebagai acara ritual tahunan, namun sebagai refleksi bagi Pemuda Indonesia agar terus menjaga sumpah yang telah digaungkan pada 28 Oktober 1928 silam.

Para pemuda pernah bersumpah kepada Indonesia, akan bersatu dalam tumpah darah bangsa dan bahasa satu.

Ikrar sumpah pemuda itu, telah mepersatukan gugusan pulau yang terpecah dan menjadikannya satu kebangsaan dan satu tanah air yaitu tanah air indonesia bukanlah hal yang mudah. Hargai dan hormatilah jasa para pahlawan indonesia dan tumbuhkanlah rasa persaudaraan sesama bangsa karena kita semua adalah saudara.

Walau waktu terus berlari, dan zaman niscaya berganti, namun janji akan selalu menuntut bukti. Bahwa pemuda tak gampang hanyut oleh informasi sembarangan, larut dalam propaganda politik murahan.

Bikinlah barisan untuk terus berteriak di jalanan selagi bisa, jangan silau dengan para berhala, yang sedang sibuk berebut kuasa. Jadilah penenang bagi rakyat yang gelisah, untuk penentu ketika semua jalan terlihat buntu.

Pemuda dengan titel kebangaan, hanya menjadi intrik untuk diri sendiri. Yang Katanya pemuda adalah generasi penerus bangsa. Akan tetapi buta dengan keadaan bangsa.

Tentu saja, melihat kondisi kekinian saat ini. Saya mengutip wejangan bapak proklamator RI, Bung Karno bahwa "Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia,". Ketegasan ini, memiliki makna yang luas untuk disimak para generasi muda saat ini, terutama kalangan mahasiswa.

Untuk para pejuang mahasiswa. Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna melalui turun ke jalan?. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk persimpangan jalan. Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat. Bagaimana nasib bangsa kalau kaum muda (mahasiswa/pemuda) masih parkir merenung di trotoar dan warung kopi.

Kondisi saat ini banyak mahasiswa masih "tidur" nyenyak sehingga sangat jarang membahas soal pergerakan untuk menyikapi fenomena sosial.

Banyak "opini" humor berseliweran bahwa mahasiswa dijuluki "Generasi Power Bank" Takut Power of People sehingga tidak bersatu dalam pergerakan.

Opini liar yang santer menjadi tranding topic akhir- akhir ini banyak yang mendadak ngaku Mahasiswa, dengan nama-nama yang mendadak muncul. Disebut mereka generasi "Powerbank", kalo di Charge, tenaganya Penuh. Eh Siapa yang NgeCharge?. Silahkan tebak sendiri. Mahasiwa beneran bergerak, mereka turun duluan membangun Isu. Tapi tenang, the Power of change akan bertindak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun