Mohon tunggu...
Sunardi
Sunardi Mohon Tunggu... Guru - Saya suka menulis dan fotografi

Asal Bondowoso, Kota Tape. Sedang belajar hidup. Blog pribadi www.ladangcerita.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyerah Itu= Siap Disakiti/Siap Sakit

17 Maret 2016   18:30 Diperbarui: 9 November 2016   14:45 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini bukan tentang agama atau hukum agama.

Ini dari pengalaman saya. Pacar saya dijodohkan paksa oleh orang tuanya. Dengan menggunaan Facebook cewek (palsu), saya coba konsultasi dengan orang-orang yang menurut saya paham agama di group-group pesantren di Facebook, juga di beberapa group organisasi keagamaan. Saya berperan sebagai dia.

Alhasil, hampir 100% menyarankan agar bersabar, dan jangan durhaka sama orang tua. Begitu, kata mereka. Mereka menyertakan ayat dan hadits, serta beberapa nasehat ulamak. Beberapa hari kemudian saya coba tanya lagi menggunakan Facebook pria dan berperan sebagai ayah yang hendak menjodohkan paksa putrinya. Jawabannya ternyata berbeda. Beberapa bukan hanya menentang saya, bahkan mengecam perbuatan saya tidak baik. Mereka juga menyertakan referensi seperti sebelumnya.

Saya coba cari grup lain, yang menurut saya banyak orang yang paham agama menggunakan Facebook cewek. Jawabannya sama dengan yang pertama. Hampir 100% menyarankan sabar dan nurut orang tua. Katanya pilihan orang tua lebih baik. Tetapi setelah saya sodorkan beberapa ayat dan hadits yang menentang pendapat mereka, mereka pun berubah mendukung dan menyarankan bicara baik-baik. Bahkan ada yang 100% mendukung saya untuk menolak paksaan orang tua, namun dengan cara yang baik.

Saya tidak hendak membahas soal agama dalam artikel ini, tetapi sekedar komentar tentang komunikasi atau mungkin bisa disebut tentang psikologi komunikasi. Sebagaimana judul artikel ini, menyerah itu sama dengan siap merasa sakit. Jika seorang anak kecil memukul orang tuanya, kemudian dibiarkan karena lucu, itu artinya orang tua tersebut siap merasakan sakitnya dipukul anaknya tersebut.

Saya jadi teringat teman yang berprofesi pengacara. Dia menjelaskan profesinya, "Pengacara bukan membela orang salah, tapi membantu orang (klien) menjalani proses hukum sesuai prosedur hukum. Jadi, pengacara tugasnya sebagai pendamping," begitu jelasnya.

Kembali ke masalah komunikasi. Tak jarang orang menderita karena sikapnya. Joel Osteen, seorang pembicara, motivator, pastur dalam pidatonya mengatakan, "People treat you the way you behave." yang bahasa Indonesianya berarti, "Orang memperlakukanmu tergantung bagaimana kau bersikap." Jadi, sikap kita menentukan nasib kita: bahagia atau menderita. 

Ini bukan artikel berbobot, hanya sekedar curhatan.

 

baca juga: Kisah Dua Suami Tukar Istri Dengan Iparnya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun