Mohon tunggu...
Eko Sumargo
Eko Sumargo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menanam dalam Pot, Menuai Karakter

17 April 2017   09:02 Diperbarui: 17 April 2017   18:00 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah disadari bahwa esensi dari pendidikan bukanlah nilai-nilai yang tertulis dalam selembar kertas tetapi karakter yang tertanam dalam jiwa. Keluarga adalah pilar utama pembentuk karakter. Sedangkan sekolah adalah pilar pamungkas pembentuk karakter. Keduanya harus sinergis. Keluarga tidak boleh lepas tangan dengan alasan sudah merasa menyerahkan semua itu kepada sekolah. Ingat peribahasa “Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya”. Jika pola asuh dalam keluarga baik maka anak akan tumbuh menjadi anak yang baik. Sebaliknya, jika pola asuh dalam keluarga itu buruk maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang buruk. Disini, jika peran keluarga sebagai pilar utama pembentuk karakter anak belum optimal maka peran sekolah sebagai pilar pamungkas pembentuk karakter sangat dibutuhkan. Otomatis, sekolah harus memiliki program-program pembentuk karakter.

Program nyata yang bisa dilakukan untuk membentuk karakter namun saat ini belum banyak di praktekkan adalah menanam tanaman dalam pot. Menanam tanaman dalam pot selain sebagai pengetahuan yang bersifat kognitif juga bisa sebagai wahana menumbuhkan karakter anak. Tanpa karakter, mustahil tanaman dapat tumbuh dengan baik. Jika diuraikan, beberapa karakter yang dibutuhkan untuk merawat tanaman dalam pot adalah sebagai berikut. 

Pertama, karakter sabar. Kesabaran mutlak dibutuhkan dalam mengiringi proses tumbuh kembang tanaman. Pertumbuhan tanaman dari benih, berbunga, dan berbuah membutuhkan waktu yang lama. Jika anak tidak sabar melalui proses ini maka dalam diri anak akan muncul kebosanan. Akibatnya anak kurang perhatian terhadap perawatan tanaman atau menyerahkan perawatan tanaman itu kepada orang lain. Kedua, karakter disiplin. Kedisiplinan sangat dibutuhkan untuk merawat tanaman. Anak harus memiliki kedisiplinan dalam menyiram tanaman, pemberian pupuk dengan jumlah yang tepat, dan mengantisipasi serangan hama tanaman. Selain itu, anak juga harus disiplin dalam membuat laporan yang akan didiskusikan di kelas. Kegiatan menanam tanaman dalam pot juga harus dilaporkan secara berkala kepada guru untuk diberi penilaian.

Alangkah baiknya jika laporan disertai foto tanaman. Hal ini sedikit banyak akan menuntut anak untuk mengenal teknologi. Apalagi di jaman sekarang ini dimana anak-anak sudah akrab dengan gadget. Ketiga, karakter teliti. Ketelitian dibutuhkan untuk mengamati setiap proses pertumbuhan tanaman. Interaksi tanaman dengan makluk lain perlu juga diamati. Hal ini sekaligus mengajari anak pelajaran interaksi antar makluk hidup (simbiosis). Anak akan mengamati mana itu interaksi yang menguntungkan tanaman dan mana itu interaksi yang merugikan tanaman. Keempat, karakter ingin tahu. Rasa ingin tahu akan muncul dengan sendirinya jika tanaman memiliki masalah. Anak akan berusaha mencari solusi masalah yang dihadapi dengan cara bertanya pada orang lain atau membaca literatur. Kelima, karakter cinta alam. Melalui penugasan menanam tanaman dalam pot, akan tumbuh jiwa cinta kepada alam. Anak akan secara langsung belajar dari pruduk alam yang ada di depannya.

Melaksanakan program ini terbilang mudah. Namun demikian harus dilakukan persiapan terlebih dahulu agar hasilnya optimal. Beberapa persiapan yang harus dilakukan adalah satu, pemilihan jenis tanaman. Tanaman yang bisa digunakan adalah tanaman sayur seperti cabai, tomat, dan terong. Atau tanaman bunga seperti bunga kenikir, kertas, dan bunga pukul empat.  Dua, dari mana bibit tanaman itu diperoleh. Lebih baik bibit disediakan oleh sekolah agar terjadi keseragaman. Bibit bisa dibeli di toko pertanian atau minta pada warga yang kebetulan memiliki tanaman yang dimaksud. Tiga, berapa banyak tanaman yang harus ditanam masing-masing siswa. Jumlah tanaman sebaiknya antara empat sampai dengan enam. Jumlah itu tidak terlalu sedikit juga tidak terlalu banyak. Empat, dimana tempat perawatan tanaman.

Tempat perawatan tanaman bisa dilakukan di sekolah atau di rumah. Jika sekolah memiliki greenhause yang memadai maka lebih baik tanaman diletakkan disana namun jika tidak ada maka lebih baik tanaman diletakkan dirumah masing-masing siswa demi keamanan. Lima, bagaimana sistematika pelaporan dan penilaiannya. Hal-hal yang perlu dilaporkan terkait pengamatan tanaman adalah hari/tanggal, jenis tanaman, berapa tingginya, jumlah daunnya, diameter batangnya, jumlah cabangnya, jumlah bunganya, jumlah buahnya, hewan apa yang berinteraksi dengan tanaman itu baik yang di udara maupun yang ada di dalam tanah, hewan itu merugikan atau menguntungkan tanaman. Format laporan sebaikknya disediakan sekolah sedangkan siswa tinggal mengisi saja. Enam, berapa perkiraan biaya yang dibutuhkan. Biaya bisa berasal dari dana bantuan operasional sekolah (BOS) atau iuran siswa. Namun sekolah perlu berkomunikasi dengan wali murid terkait iuran agar tidak disalah artikan sebagai pungutan liar. Ingat pepatah “Jer Basuki Mowo Beo”.    

Bagaimana jika tanaman yang ditanam anak mati? Pihak sekolah memberi ganti bibit agar anak memulai lagi menanam dari awal. Hal ini akan mengajari anak dua karakter yaitu pantang menyerah dan berhati-hati dalam menggunakan kesempatan. Di akhir program harus diberikan nilai yang berbeda antara anak yang berhasil dengan yang tidak. Tentunya anak yang berhasil diberikan nilai yang tinggi sementara anak yang belum berhasil memperoleh nilai sesuai pencapaiannya.

Program ini juga sangat baik untuk melatih siswa agar berjiwa pengusaha. Apalagi sekarang ini harga cabai yang melambung tinggi dan belum ada tanda-tanda akan turun. Jika siswa berhasil memanen dengan baik tidak menutup kemungkinan dia akan menanam lebih banyak lagi. Siswa tinggal mencari lahan yang cocok dan modal usaha yang cukup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun