Mohon tunggu...
Suhandi Hasan
Suhandi Hasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Achiver

Ambonese (de yure), Celebes (de facto)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pak Gubernur, Tunjukanlah Kami (Cara) Mengukur Kebahagiaan!

24 Agustus 2017   15:03 Diperbarui: 25 Agustus 2017   10:26 4903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Baru-baru ini ada yang menarik perhatian saya dan (mudah-mudahan) semua warga maluku. Pada sebuah Koran lokal edisi kemerdekaan tertulis "Gubernur: Biar Miskin Asal Bahagia". Membaca judul kolom aspirasi tersebut sontak membuat saya ingin menyanyi lagu yang belakangan ini populer (baca: hits) --lagu milik band pop, Armada ("Asal Kau Bahagia"). Lagu ini dikemas dengan lirik dan aransemen yang menyentuh sehingga memang tidak sedikit mengundang emosi dan membuat baper bagi setiap orang yang mendengarnya.

Semoga tajuk pada koran tersebut-pun demikian, mengundang emosi (baca: reaksi) semua orang yang membacanya dan meminta klarifikasi. Entah pewarta yang salah mendengar atau Sang Gubernur yang sedang keceplosan (saat itu). Sebab --secara pribadi saya berpendapat tulisan tersebut seakan-akan mengindikasikan (baca; menuduh) Pak Gubernur menyepelehkan kemiskinan (titik).

Padahal sejak merdeka 72 tahun lalu sampai hari ini, fokus utama program pemerintah dalam kaitannya dengan hajat hidup orang banyak (baca: rakyat) ialah bagaimana mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan ialah dengan membaca angka kemiskinan. Secara sederhana, tingginya angka kemiskinan menunjukan kesejahteran yang rendah, begitupun sebaliknya. 

Sehingga pengentasan masyarakat dari kemiskinan (kemudian) menjadi atensi bersama pemerintah pusat dan daerah. Sejauh ini, peningkatan sumber daya manusia serta penyediaan lapangan pekerjaan adalah dua senjata utama untuk memerangi kemiskinan di negeri ini. Tanggung jawab utama pemerintah kepada rakyat ialah membuka pintu-pintu sumber kesejahteraan --yang dikelola oleh pemerintah, dengan memberikan akses yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masayrakat tanpa ada hambatan.

Maluku, sejak kemerdekaan Indonesia, sampai hari ini, terus-menerus berada dalam zona provinsi termiskin. Tahun ini, BPS mencatat Maluku menempati urutan ke-3 provinsi di Indonesia dengan persentase 24.74% dari total penduduk yang mencapai 1.5 juta jiwa. Atas nama publik, saya selama ini mendukung setiap program yang dijalankan pemerintah Maluku dalam hal memberantas kemiskinan. Setelah membaca koran tersebut kemudian saya menjadi ingin bertanya kepada Pak Gubernur, "Bagaimana cara mengukur kebahagian masyarakat se-provinsi, Pak?"

Hal ini saya rasa perlu dipertanyakan, sebab mengukur tingkat kebahagiaan seseorang itu mudah (baca; gampang) sebab biasanya seseorang akan merasa bahagia jika hal-hal yang dinginkan terpenuhi (terkabulkan). Misalnya seorang tuna asmara (baca; jomblo) akan merasa bahagia jika mendapat pacar, orang tua akan merasa bahagia jika anaknya rajin belajar. Namun mengukur kebahagiaan masyarakat se-provinsi?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun