Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kami Tidak Sekedar Membeli Kemasan

5 April 2016   01:04 Diperbarui: 5 April 2016   01:17 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kita dalam sebuah perjalanan, kemudian berniat membeli oleh-oleh berupa camilan khas suatu daerah; kebanyakan kita akan segera mampir di pusat oleh-oleh yang memang tersebar di berbagai tempat. Namun, tidak jarang kita akhirnya merasa kecewa dengan camilan yang kita beli karena ketidakseimbangan antara harga yang kita bayar dengan barang yang kita terima. Beberapa hal yang dapat menyebabkan rasa kecewa, di antaranya kualitas barang, kuantitas (ukuran) barang, atau bahkan mungkin berkaitan dengan rasa/aroma. Mengapa?

Barang-barang yang dijual di toko pusat oleh-oleh sebagian besar adalah barang titipan dari para produsen, sehingga kekecewaan kita tidak seharusnya ditujukan kepada pemilik toko (penjual). Akan tetapi kekecewaan saya sepenuhnya adalah kepada pihak produsen yang secara sadar atau setengah sadar menipu calon pembeli dengan kemasan.

Barang, sebut saja barang yang saya beli adalah "WINGKO BABAT" oleh-oleh khas Semarang, yang dikemas cukup menarik dan kelihatan terisi penuh menggoda hati untuk menggerakkan tangan mengambilnya sebagai salah satu oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Dengan harga Rp 25.000,- saya berpikir akan mendapat selusin camilan wingko dengan ukuran sebesar tutup gelas sebagaimana pengalaman bertahun-tahun lalu sering membelinya jika bepergian.

[caption caption="wingko babat"][/caption]Namun ketika tiba di rumah dan membukanya, sungguh saya merasa sangat kecewa dan merasa tertipu oleh kemasannya. Didalamnya memang terdapat selusin kemasan wingko dalam bungkus kertas berukuran 10 cm x 10 cm. Namun makanan wingko yang saya bayangkan sebesar tutup gelas ternyata keliru besar. Yang saya dapati di dalam kemasan itu terbungkus potongan kertas bungkus berlapis plastik segumpal makanan yang disebut wingko, namun ukurannya tidak lebih dari lebar dua jari, dengan tebal kurang dari setengan sentimeter. Sehingga dari satu kemasan dapat habis dalam satu kali kunyah saja.

[caption caption="wingko babat"]

[/caption]Lantas mengapa kemasan oleh-oleh itu nampak begitu penuh dan terasa padat ketika masih dalam kemasan? Inilah rahasianya, dalam kemasan, terdapat sebuah kotak karton yang ukurannya 15 cm x 15 cm x 8 cm. Dengan demikian ketika seorang pembeli memegang kemasan oleh-oleh ini tampak padat dan penuh, sehingga merasa bahwa yang dibelinya setara dengan harganya. 

[caption caption="wingko babat"]

[/caption]Oleh karena itu, saya menghimbau kepada para pelancong yang akan membeli oleh-oleh makanan khas suatu daerah (terutama wingko) hati-hatilah, jangan tertipu oleh kemasan sebagaimana saya alami. 

Dan kepada para produsen, berbuatlah jujur sebagai produsen, sebab betapapun besar keuntungan yang kalian peroleh, namun jika dibarengi dengan kekecewaan para pembeli, maka sesungguhnya anda telah menimbun api neraka dalam perutmu dan perut keluarga yang menjadi tanggunganmu,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun