Mohon tunggu...
Adolf Nugroho
Adolf Nugroho Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dilahirkan di Kota Gudeg Jogjakarta. Seorang pendidik, trainer, penulis di majalah SDM dan psikologi. 2,6 tahun mengabdikan diri di bidang pendidikan di Papua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi Millenials dalam Memandang Tan Malaka

13 Juli 2017   16:43 Diperbarui: 14 Juli 2017   03:21 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya adalah bagian dari generasi millenials yang disesaki dengan merk brand terkenal. Dalam memandang siapa Tan Malaka, ingatan saya hanya satu, dia adalah seorang komunis. Sama seperti tokoh tokoh komunisyang memberontak di tahun 1928 dan 1965. Ketidakpahaman mengenai TanMalaka bisa dimaklumi karena buku sejarah selama orde baru memang tak pernah sebegitu dalam mengulas sosoknya. Siapa dia? Apa perannyaselama masa kemerdekaan? Seperti apa idealismenya? seperti tenggelambak di telan bumi. 

Saya sendiri tidak terlalu ingat, mengapa sayamenyimpulkan sosok Tan Malaka seorang komunis. Kesimpulan tersebut mulai sirna tatkala saya membaca buku, "Tan Malaka dan Gerakan Kiri Minangkabau".

Melihat tayangan Mata Najwa di MetroTV, semakin memantapkan siapa TanMalaka buat saya. Dia adalah ternyata tokoh yang memunyai jalanpemikirannya sendiri untuk membuat bangsa ini merdeka 100%. Caraberpikirnya tak mudah di pahami orang lain sezamannya, karenanyakesendirian adalah jalan terbaik untuk konsisten terhadap apa yang diperjuangkan.

Seperti yang ditulis dalam sebuah buku, "Tan Malakapejuang revolusioner yang kesepian". Memang tak mudah bagi generasiyang dipenuhi otak "digital" untuk memahami siapa Tan Malaka, danuntuk apa pula harus tahu siapa Tan Malaka? Tak terlalu penting untukdiketahui idealismenya terhadap bangsa ini. Sebegitu pentingkah Tan Malaka bagi generasi yang disibukkan dengan fashion, branded product,dan gadget?

Kesan acuh tak acuh mungkin menandakan bahwa pemahaman sejarah bangsa ini sungguh menyedihkan. Namun sejak sejarawan Belanda Harry Poeze melakukan penelitian dan menerbitkan buku tentang Tan Malaka serta ramainya diskusi menandakan kesadaran sejarah mulai melunak bagi generasi muda

Namun siapa sangka, otak pencetus ide Republik Indonesia adalah TanMalaka? Orang yang hampir seluruh hidupnya berjuang melewati batasnegara? Dan bahkan Sukarno pun sudah menyiapkan penggantinya apabilaterjadi sesuatu? Kembali kepada menghadirkan Tan Malaka dalamingatan sejarah bangsa ini dan menempatkan kembali bukan saja sebagaipahlawan namun mempelajari ide gagasanya tak perlu ditawar lagi. 

Bagi generasi milenials pun untuk sekedar tahu siapa Tan Malaka saya kiratidak cukup. Tetapi menghadirkan kembali pemikirannya yang masihrelevan untuk menjawab tantangan bangsa inilah yang harus di yakinioleh generasi digital. Mungkin kita harus mengingat serta merenungkankembali kata Bung Karno, "bangsa yang besar adalah bangsa yangmenghargai pahlawannya". Sudahkah kita melakukannya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun