Mohon tunggu...
Ika Karunia Purnamasari
Ika Karunia Purnamasari Mohon Tunggu... -

Life is about trusting your feelings & taking chances, also losing & finding happiness, appreciating the memories and learning from the past, \r\n\r\n\r\n[just ordinary me]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teman Maya atau Teman Fakta? Mana Pilihan Anda

23 Agustus 2012   05:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:25 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Definisi teman menurut KBBI adalah teman te.man [n] (1) kawan; sahabat: hanya -- dekat yg akan kuundang; (2) orang yg bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan); lawan (bercakap-cakap): -- seperjalanan; ia -- ku bekerja; (3) yg menjadi pelengkap (pasangan)

"Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak." Ungkapan yang sangat popular. Betapa pentingnya memiliki teman, tidak mungkin seseorang mengeluhkan istilah 'terlalu banyak teman' bukan?. Semakin banyak teman, semakin banyak kesempatan. Membangun relasi sinergis yang konstruktif dalam ruang sosial kita. Maka setiap orang akan tetap mengakumulasi jumlah temannya. Teknologi membantu kita menemukan teman lama dan menambah teman baru. Borderless World yang nyata. Teman kita lintas Negara, lintas benua. Sudah bukan jamannya membawa buku daftar nama di buku telepon atau notes kita, atau menenteng album kartu nama yang sudah kita koleksi. Nama mereka ada dalam dunia maya.Friendlist Facebook, Follower Twitter/ Blog, jumlahnya ribuan bahkan jutaan.

Pertanyaan pertama, apakah itu semua cermin bahwa kita adalah orang yang memiliki banyak teman? Bisa saja. Paling tidak, menegaskan bahwa karakter manusia memang mahluk social kan ya. Padahal, cermin yang nyata bukan pada berapa banyak jumlah teman kita, tetapi siapa yang kita pilih menjadi teman, bagaimana kita memilihnya, dan sebaliknya, apakah mereka memang dengan ikhlas memilih kita sebagai teman? Dan seperti apa kita mengelola pertemanan ini?

Online strategist, "Lindekin is for people you know, Facebook is for people you used to know, Twitter is for people you want to know."

Pakar media social, Jay Baer mengatakan, jebakan pertama adalah intimasi palsu. Merasa dekat dengan banyak orang yang dibuktikan dengan frekuensi interaksi, diskusi panjang misalnya, tukar pengalaman baik gambar maupun tulisan. Tapi apakah kita benar-benar 'akrab'???

Baer menggambarkan contoh tragis kematian seseorang dengan popularitas tinggi di dunia maya. Saat dia meninggal, berapa orang yang hadir dalam pemakamannya? Tak banyak. Hanya hitungan jari, padahal jumlah followernya mencapai angka lebih dari 100 ribu di twitter. Betapa timpang realitas di dunia maya dengan fakta di dunia nyata.

Bes Zain, dalam sebuah artikel yang dimuat di thereasoner.com pada bulan Juli 2011 mengatakan, kata 'teman' telah kehilangan arti sesungguhnya.

Jebakan kedua, kebanggaan akan jumlah teman. Terjebak dalam pemahaman 'banyak teman lebih baik daripada sedikit teman'. Dan buat saya pribadi, 10 teman terdekat yang tahu luar dalam siapa diri kita, lebih baik daripada memiliki 100 teman tetapi hanya tahu nama panggilan kita.Karena kita adalah siapa teman kita. Tidak salah ketika Rasulullah berkata, akhlak seseorang akan tergambar pada sosok teman-temannya.

Berbeda lagi pada teman selintas kenal tapi bermakna, ini terbangun mungkin karena suasana. Ini saya rasakan sendiri 'sensasinya'. Ketika setiap bulan secara bergilir berkesempatan menjadi fasilitator pada suatu program diklat yang berlokasi di luar kota. Kami para peserta dan fasilitator hanya memiliki waktu dua hari untuk berinteraksi, tidak lebih. Sebagian besar saya tidak mengenal mereka sebelumnya, karena mereka datang dari seluruh cabang dengan latar pekerjaan berbeda. Mengenal pun hanya beberapa. Tetapi ternyata, selepas acara singkat tersebut, ketika pada suatu waktu saya harus berobat di salah satu cabang (provider pelayanan kesehatan) dimana saya mengantar seorang kerabat yang sudah kepayahan dan terlalu letih bahkan untuk sekedar mendaftar nama pasien. Salah satu kenalan peserta entah dari gelombang yang ke berapa, tiba-tiba menyapa dan bersedia membantu, bahkan memudahkan segala prosesnya. Seperti bertemu seorang teman lama, walaupun jujur, bahkan di tiap gelombangnya, nama mereka hanya saya ingat ketika name tag nya masih terpasang di dada.

Di artikel yang sama, Bes Zain menambahkan, ada beberapa syarat sebelum seseorang layak disebut sebagai teman. Berikut ini beberapa cara untuk menentukan berapa jumlah teman kita sebenarnya:

1. Kita harus benar-benar mengenalnya di dunia nyata/offline. 2. Kita dan si teman ini secara rutin bertemu atau jalan bareng 3. Teman kantor tidak dapat dikategorikan sebagai teman, kecuali memenuhi syarat nomor 2. 4. Jika kita tidak punya teman di luar teman kantor, rekan kerja, atau siapa pun yang berhubungan dengan urusan pekerjaan, artinya anda memang tidak punya teman. 5. Teman 'musiman' juga tidak bisa digolongkan sebagai teman. Artinya, kalau kita pernah bertemu dan hang out dengan seseorang, satu atau dua kali, kemudian setelah itu kita tidak pernah lagi berinteraksi dengannya kecuali di dunia digital, ini pun belum dapat dikatakan sebagai teman kita. Barangkali yang seperti ini bisa kita masukkan ke dalam list 'kenalan', sekadar kenal dan pernah bertemu muka. Jadi mari berhitung, berapa kira-kira jumlah teman kita saat ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun