Tak lulus SD, tapi jago hitung-hitungan. Itulah Bik Ning, panggilan dari pembantu rumah tangga yang sudah sangat lama ikut kami, sejak dua puluh lima tahun silam.
Kerja cuma paruh hari, jam satu siang atau lebih sedikit sudah kembali. Maklumlah, rumahnya hanya berjarak waktu sekitar lima menit.
Demi cucu-cucunya, Bik Ning rela menghabiskan sisa tenaganya, saat ini 63 tahun, banting-tulang membiayai rumah tangga anak semata wayangnya yang tak mampu lagi bekerja karena sakit. Dari hasil kerjanya, anak menantu perempuannya diberi modal dan kepercayaan mengelola warung aneka keperluan sehari-hari.
Waktu ditanya kenapa warungnya menyusut, kata Bik Ning, anak menantunya tak bisa menyimpan uang untuk tabungan modal tiap harinya. Selain itu, terlalu banyak ikut arisan dimana-mana. Boros pula, karena tidak jelas mana barang dagangan dan mana barang untuk keperluan sendiri.
Semisal saja, warung itu bangkrut, atau tutup, roda kehidupan tak akan terhenti. Diam-diam, Bik Ning telah menyimpan sebagian hasil jerih payahnya dalam bentuk perhiasan emas, sebagai bekal.
Lagi pula, dia yang ringan tangan, disukai para tetangga, dan sering diminta bantu-bantu di usianya yang telah melewati batas senja.
Cimahi, 19 Sept 2017 Penulis : Johanes Krisnomo