Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Barongan vs Penthul dan Tembem Kesenian Khas Kudus

21 Agustus 2014   16:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:58 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Barongan adalah kesenian khas Kudus yang bentuknya hampir menyerupai Reog Ponorogo, dengan Macan yang besar tetapi tidak setinggi Topeng pada Reog Ponorogo. Biasanya di dalamnya terdapat 2 orang yang memainkannya, satu di depan sebagai kepala dan satu dibelakang sebagai ekor.
Kesenian Barongan dimainkan secara group yang terdiri dari antara 10 sampai 15 orang termasuk pemain gamelan tabuhannya.
Barongan pada jaman dahulu merupakan pertunjukkan yang dinanti-nanti anak-anak, karena biasa di mainkan sebagai tanggapan pada hajatan Sunatan, Perkawinan, Tujuhbelas Agustusan dan sebagainya. Terutama yang mempunyai anak yang hendak diruwat, seperti anak Ontang Anting atau anak tunggal, anak Pancuran Kapit Sendang atau anak laki-laki yang hanya seorang diantara saudaranya yang perempuan, anak Sendang Kapit Pancuran atau anak perempuan satu-satunya sedang yang lain perempuan. Menurut kepercayaan orang Kudus yang masih banyak terpengaruh agama Hindu, anak-anak tersebut harus diruwat agar tidak dimakan oleh Bhatara Kala. Sedangkan Barongan diyakini sebagai wujud penjelmaan dari Sang Bhatara Kala itu.
Barongan adalah Singo Barong yang juga dijuluki Gembong Kamijoyo. Gembong Kamijoyo sebenarnya merupakan putra pujan dari Mbak Dewi Partinah, tetapi sejak kecil Gembong Kamijoyo telah diasuh oleh Mbok Rondho Dhadapan di hutan Lodoyo. Gembong Kamijoyo bentuknya menyerupai macan yang berperawakan besar berbulu doreng dan mempunyai keistemewaan dan kelebihan daripada hewan-hewan lain. Karena Gembong Kamijoyo mempunyai keistimewaan dapat berbicara seperti manusia dan mempunyai kesaktian yang sakti mandraguna.
Gembong Kamijoyo menjadi Raja hutan di seluruh tanah Jawa, dia diperbolehkan makan apa saja yang sedianya menjadi jatah Bhatara Kala. Kesaktian Gembong Kamijoyo ini kedengaran pula sampai ke telinggan Raden Prabu Brawidjaya di Majapahit. Sehingga Raden Prabu Brawidjaya perlu memanggil Gembong Kamijoyo untuk membuktikan kesaktiannya itu. Untuk itu Raden Prabu Brawidjaya memberi tugas untuk mencari 2 orang cemaniloka, yang telah mengajarkan ilmu agama Suci di tanah Jawa secara diam-diam tanpa ijin Raden Prabu Brawidjaya terlebih dahulu.
Puluhan tahun Gembong Kamijoyo keluar masuk hutan di seluruh Tanah Jawa tetapi tidak menemukan juga 2 orang yang dicari tersebut. Hingga akhirnya tibalah Gembong Kamijoyo di hutan Patiayam yang terletak di lereng sebelah timur Gunung Muria, disana Gembong Kamijoyo bertemu dengan Penthul dan Tembem yang tak lain adalah 2 orang cemaniloka yang dicarinya. Maka terjadilah perang antara Gembong Kamijoyo melawan Penthul dan Tembem. Ternyata kesaktian Penthul dan Tembem sangat luar biasa sehingga Gembong Kamijoyo bisa dikalahkan dan tundukkan dengan diberi minum Air Bening berupa alunan Asap Dupa.
Atas kemurahan hati Penthul dan tembem permohonan Gembong Kamijoyo untuk dibebaskan dipenuhi asal Gembong Kamijoyo sanggup memenuhi melaksanakan perintah Penthul dan Tembem. Perintah Penthul dan Tembem itu, adalah:
1. Gembong Kamijoyo dilarang makan manusia yang menjadi jatah Bathara Kala apabila manusia tersebut mau memberi pengganti berupa upara ruwatan untuk anak yang Ontang-Anting, Sendang Kapit Pancuran ataupun anak yang Pancuran Kapit Sendang.
2. Gembong Kamijoyo dilarang memakan sembarang hewan yang membantu petani, seperti Sapi, Kerbau, ayam, itik, kambinga dan sebagainya.
Dan mulai saat itulah agama Suci yang tak lain adalah agama Islam mulai sedikit demi sedikit disiarkan di Tanah Jawa.
Demikian kisah Sang Barongan atau Singo Barong yang perwujudan dari Gembong Kamijoyo. Pada saat ini setelah banyak orang hajatan dengan nanggap Orgen Tunggal maka Keberadaan Kesenian Barongan semakin tersingkir, tetapi untuk yang mempunyai anak yang harus diruwat pertunjukan masih diadakan namun dipersingkat waktunya. Kalau dulu pertunjukan Barongan dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore sekarang hanya beberapa jam saja, untuk memenuhi syarat ruwatan saja.
Pertunjukan Barongan hanya tinggal di perayaan Tujuhbelas Agustusan dan festival-Festival budaya yang diadakan di Kabupaten Kudus saja.
Semoga bermanfaat untuk menambah khasanah budaya kita, Terimakasih.

Kudus, Kamis 21 Agustus 2014 : 9;22.

'salam hangat cinta budaya'

Dinda Pertiwi

Pertunjukan Barongan khas Kudus

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun