Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Hari Ini Pesta Demokrasi Bebas Hoaks

17 April 2019   14:53 Diperbarui: 17 April 2019   18:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi:http://jakarta.tribunnews.com (Anisa Kurniasih)

Setelah kurang lebih 7 (tujuh) bulan masa kampanye damai mulai 23 September 2018 sampai dengan 13 April 2019, berakhir masuk tahap hari tenang. Pembersihan Alat Peraga Kampanye (APK) yang dipasang di sepanjang jalan propinsi, kabupaten, desa dan bertengger dipohon, serta tempat-tempat strategis yang mudah dilihat. 

Diakui, pada hari pertama masa tenang masih tersisa APK. Kondisi ini disebabkan oleh semangat memasang APK, ternyata tidak diimbangi dengan semangat melepas dan membersihkan. Jumlah APK yang dipasang lebih banyak dengan petugas yang membersihkan, sehingga melibatkan petugas kebersihan dan penertiban.

Memasuki pelaksanaan pemilu, di pagi hari yang sejuk setelah hujan gerimis kemarin sore, marilah kita sambut dengan penuh suka cita untuk berbondong-bondong datang ke TPS membawa surat undangan (Model C6). Meluangkan waktu hanya 5 (lima) menit untuk menentukan pilihan di bilik suara. 

Mencoblos 5 (lima) kartu suara sesuai kata hati dengan alat yang sudah disediakan. Pilihan ini menentukan perjalanan bangsa Indonesia 5 (lima) tahun kedepan. Siapapun yang menduduki kursi legislatif di DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Propinsi, DPR, DPD agar selalu ingat suara rakyat yang mengantarkannya. Demikian juga siapapun yang terpilih sebagai Presiden/Wakil Presiden agar amanah mengemban tugas negara. Menjadi nahkoda dalam kapal besar Indonesia dengan membawa penumpang 266,91 juta jiwa, terdiri atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan (survei antar sensus, 2015), bukan hal yang mudah.

Tanggal 17 April 2019 sebagai pelaksanaan pesta demokrasi diselenggarakan sejak pukul 07.00 sampai pukul 13.00 waktu setempat. Artinya TPS bukan ditutup pada pukul 13.00, tetapi undangan datang terakhir dibatasi sampai pukul 13.00. Jadi andaikan pukul 13.00 di dalam TPS masih ada antrian, maka pencoblosan tetap dilanjutkan sampai habis orangnya. 

Selama ini sering salah persepsi dikira pukul 13.00 itu TPS sudah stop melakukan pencoblosan, tetapi stop menerima pemilih sampai pukul 13.00. Setelah selesai mencoblos lima kartu, pemilih memasukkan kartu suara sesuai dengan warna dan mencelupkan salah satu jari dengan tinta warna biru. Sengaja tidak disediakan tisu supaya tinta mengering sendiri.  

Diakui untuk acara pesta demokrasi ini menguras tenaga, pikiran, waktu, biaya 24,9 triliun. Belum diwarnai dengan berita hoaks yang menyudutkan, menyerang, memecah belah persatuan dan kesatuan. Hari ini, saatnya kembali menjalin kesatuan dan persatuan, menciptakan suasana yang aman, damai, nyaman dan menyenangkan. 

Pesta demokrasi perlu dirayakan dengan suka cita, akrab, dan merajut tali silarahmi sesama warga satu RT yang jarang ketemu, karena kesibukan masing-masing. Saling bertegur sapa, rukun, menghormati pilihan, tanpa intervensi politik, itu adalah kenikmatan yang patut disyukuri. Luka hati, saling curiga, rasa permusuhan karena berita hoaks yang dihembuskan orang-orang yang tidak menyukai perdaiaman, dan kerukunan terobati oleh suasana ketika melaksanakan pesta demokrasi di TPS.

Setelah pesta demokrasi usai sambil menunggu penghitungan suara nanti pukul 15.00, patut  memberi apreasiasi untuk petugas KPPS, KPU, Bawaslu, TNI dan Polri yang telah bekerja keras untuk menjalankan pelaksanaan pemilu dengan lancar. 

Kesuksesan pesta demokrasi yang berlangsung aman, damai tanpa hoaks adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Kedepan, sejatinya musuh bersama adalah berita hoaks itu sendiri, bukan lawan politik ataupun yang beda pilihan. Hoaks telah melukai perasaan, menimbulkan permusuhan, saling membenci dan mencurigai.

Mulai saat ini, kita wajib bersama-sama untuk tidak mudah terpancing dengan berita hoaks yang sumbernya tidak jelas. Membiasakan berpikir jernih lebih diutamakan, menahan emosi, umpatan, dan balasan hoaks. Kalaupun sudah menerima berita hoaks melalui media sosial, jangan ikut-ikutan menyebarkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun