"Bang. Setiap naik kereta, aku pasti ingat kejadian dua tahun lalu." Istriku berucap setelah kami sempurna duduk di kursi gerbong kereta, hendak berlibur di kampung halaman.
"Kejadian apa, Neng?" tanyaku penasaran. Sebentar lagi kereta api akan berangkat.
Istriku tersenyum, "Saat itu aku dari stasiun Bandung mau ke Pare, Kediri."
"Pasti mau beli sate." Aku memotong.
Istri menimpukku pakai roti, "Dengerin dulu. Jangan sok tau. Aku mau les bahasa Inggris sama kedua teman kuliah di sana."
"Terus?"
"Nah, waktu itu kami bertiga beli tiket ekonomi. Di tiket itu tertulis kalau kami bertiga duduk di gerbong 1. Akhirnya kita naik dan cari gerbong tersebut. Di dalam kereta kita terus berjalan maju, hingga menemukan ruangan bertulis 'Gerbong 1'. Ya Allah, Bang. Ternyata ruangan itu bagus banget. Tempat duduknya kayak tempat duduk bioskop. Gak nyangka ada ruangan kelas ekonomi sebagus itu. Kami sesuaikan nomor di tiket, menaruh barang, sambil duduk selonjoran."
"Mau minum dulu?" Aku menyodorkan air minum pada istri.
Istriku marah, "Jangan potong dulu ceritanya."
"Eh, ya sudah. Lalu?"
Ia tersenyum, "Sepanjang menunggu kereta berangkat, kami bertiga ketawa-ketawa. Bayangkan, dengan harga ekonomi, kita dapat fasilitas kereta kelas bisnis. Ah, mungkin ini kebijakan presiden untuk memanjakan para pengguna kereta. Kalau presiden yang sekarang mau nyalon lagi, aku pasti memilihnya. Beneran. Soalnya baik banget sama orang-orang gak berduit banyak kayak aku. Kami pun selfie bareng, terus upload foto itu ke fb dengan status 'Rasa Bintang 5, Harga Kaki 5. Wkwkwkwk.' Pasti iri deh yang lihat foto kita."