Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bebaskan Keberagaman Indonesia dari Isu SARA

10 September 2017   09:14 Diperbarui: 10 September 2017   09:28 1707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Beragam - http://hapsari.jejaring.org

Indonesia merupakan negara yang indah. Tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, negeri ini juga kaya akan keanekaragaman budaya. Semuanya itu sudah ada sebelum Indonesia berkembang menjadi negara. Banyaknya suku dengan ribuan budaya di dalamnya, merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada semua. Meski berbeda-beda, mereka tetap bersatu dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia. Semboyan bhineka tunggal ika, menjadi semangat untuk tetap menjaga persatuan. Dasar negara Pancasila, menjadi perekat keberagaman yang ada. Dan semuanya itu masih terus dijaga hingga saat ini.

Indonesia sendiri, telah 72 tahun merdeka. Dalam proses mengisi kemerdekaan ini, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Waktu yang terus dinamis memberikan tantangan tersendiri bagi Indonesia. Perkembangan teknologi dan informasi, juga turut mempengaruhi gaya hidup seseorang. Dengan menggunakan smartphone, kita bisa mengakses informasi dari mana saja dan kapan saja. Media sosial dan mainstream sama-sama bertarung memberikan informasi untuk pelanggannya. Kemajuan teknologi inilah, yang kemudian dimanfaatkan juga oleh sekelompok oknum untuk menyebarluaskan informasi sesat, informasi yang mengandung kebencian, bahkan sentimen SARA di dunia maya.

Mungkin kita masih ingat jaringan Saracen, yang ditangkap polisi beberapa waktu lalu. Organisasi ini sengaja memproduksi konten kebencian, untuk ditawarkan kepada pihak-pihak yang menginginkan rivalnya tercemar namanya. Setiap paket kebencian dijual dengan harga sekitar Rp 75 rupiah. Baik pemesan ataupun yang memproduksi informasi kebencian ini, tentu sangat disayangkan. Indonesia yang damai dan tenang, dirusak oleh warganya sendiri hanya karena kepentingan sesaat. Dan hasilnya dengan mudah bisa kita lihat pada pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Kebencian dimana-mana, caci maki dan saling hujat begitu terbuka terjadi di media sosial. Ancaman perpecahan pun didepan mata, ketika sentimen SARA telah berhasil membelah sebagian dari masyarakat.

Sentimen SARA dianggap menjadi alat yang efektif untuk memecah belah bangsa. Konflik Ambon dan Poso adalah salah satu penggalan sejarah yang pernah dirasakan Indonesia. Konflik SARA itu telah membuat perpecahan sebagaian umat. Akhir tahun 2016 kemarin, sentimen SARA juga kembali dihembuskan di Tanjung Bali, Sumatera Utara. Provokasi yang dimunculkan di media sosial itu, berhasil membuat masyarakat setempat terbelah. Akibatnya, beberapa tempat ibadah menjadi   massa dan dibakar. Pilkada DKI Jakarta tahun kemarin, lagi membuka mata kita betapa bahayanya sentimen SARA ini jika dimanfaatkan untuk kepentingan yang tidak baik.

Belakangan, sentimen SARA kembali dimunculkan dalam krisis kemanusiaan di Rohingya. Ironisnya, sentimen SARA itu justru ditujukan ke dalam negeri Indonesia. Umat agama tertentu dipojokkan, pemerintah dipersalahkan karena dianggap lamban dalam merespon isu Rohingya, duta besar Myanmar untuk Indonesia diminta pergi, dan berbaga cara dilakukan untuk memprovokasi masyarakat. Betul, ada kejahatan kemanusiaan di Rohingya. Semua orang pasti mengecamnya. 

Semua orang pasti marah. Tapi ingat, konflik itu terjadi di Myanmar. Jangan bawa konflik yang sama seakan-akan terjadi di Indonesia. Sekali lagi, Indonesia sangat beragam. Indonesia juga mengakui banyak agama. Karena itulah kerukunan antar umat beragaman menjadi sebuah keharusan. Jangan sampai kerukunan yang telah terjalin selama ini, rusak karena provokasi isu SARA di dalam negeri.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun