Mohon tunggu...
sonny majid
sonny majid Mohon Tunggu... Dosen - Dream man dan penikmat kopi

Yang punya anggapan kalau Tuhan itu beserta orang-orang berani.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gosip Pilkada Tangsel 2020, Ada Skenario Lawan Kotak Kosong?

15 Agustus 2019   22:06 Diperbarui: 15 Agustus 2019   22:10 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kotak kosong (Dok: tagar.id)

ADIK Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany, Aldrin Ramadian menjadi gosip politik jelang Pilkada Tangsel 2020. Kemunculan Aldrin, dinilai oleh sebagian kalangan mengubah peta politik, khususnya di internal Partai Golkar yang notabene dipimpin kakak kandungnya sendiri. 

Sesuai perolehan pemilu legislatif, Golkar memeroleh 10 kursi. Jumlah ini memenuhi syarat untuk mengusung paket walikota dan wakil walikota.(Baca)

Kini gosip baru yang beredar adalah dugaan skenario melawan kotak kosong. Entah benar atau tidak. Namun jika benar demikian, dan keinginan itu (desain lawan kotak kosong) dilakukan oleh paket yang didukung penguasa saat ini, maka saya memprediksi akan terjadi perlawanan masyarakat Tangsel. Dukungan bisa berbalik untuk memenangkan kotak kosong.

Dengan minimnya pengetahuan soal politik saya coba mengulasnya. Pertama: jika skema melawan kotak kosong dilakukan, maka bisa jadi kotak kosong yang memenangi Pilkada Tangsel. Kenapa bisa demikian? Jawabnya karena ditutupnya ruang tokoh-tokoh berpotensi dan dijagokan sebagai kandidat untuk ikut bertarung dalam kontestasi pilkada. 

Para tokoh atau kandidat lain yang merasa ditutup ruangnya, sudah pasti akan mengonsolidasi seluruh elemen kekuatannya untuk memilih kotak kosong.

Kedua: jika terjadi benar lawan kotak kosong, maka pasangan yang didukung penguasa (petahana) saat ini akan dicap "haus kekuasaan" hingga sampai memblokade peluang kepada para kandidat lainnya. Imej "haus kekuasaan" ini berbanding lurus dengan tuduhan bahwa "penguasa khawatir kekuasannya direbut." Atau lebih tegasnya telah terjadi "hegemoni inkumben."

Ketiga: masyarakat Tangsel akan menilai, partai politik yang merupakan sarana mengkader calon-calon pemimpin dan menciptakan stabilitas demokrasi, justru sangat "transaksional."

Keempat: Lawan kotak kosong akan menghabiskan biaya yang lebih besar lantaran harus menggelar pilkada ulang. Sambil menunggu, maka akan ditunjuk pejabat yang akan menjalankan pemerintahan.

Jika mengacu pada perolehan kursi di DPRD Kota Tangsel, dimana Partai Golkar mendapat 10 kursi, Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masing-masing delapan kursi, 

Demokrat lima kursi, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masing-masing empat kursi, Partai Amanat Nasional (PAN) dua kursi dan Hanura satu kursi.

Jika melihat komposisi itu, saya coba menebak-nebak potensi koalisi partai di Pilkada Tangsel. Partai Golkar (10 kursi) kemungkinan akan mengusung sendiri calonnya, bahkan dengan paketnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun