Mohon tunggu...
Sohudi Syaputra
Sohudi Syaputra Mohon Tunggu... -

tak banyak yang aku tau, tapi belajar adalah mutlak mengetahui sesuatu. belajar adalah proses memahami akan sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Kurikulum dan Guru Inspiratif

8 Mei 2013   09:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:55 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Aan Bradley dalam Hardly working (1995), memaparkan hasil penelitan terhadap 1.000 siswa di New York City. Sekitar 60% siswa menyatakan malas belajar karena guru yang tidak menarik dan tidak antusias dalam mengajar, serta tidak menguasai materi. Sebagian besar responden menyatakan, sekolah tidak disiplin melaksanakan PBM, sekitar 80% mau belajar keras kalau semua proses belajar berjalan secara tepat, sesuai dengan jadwal. Sebagian siswa mengeluh karena sering melecehkan dan tidak memperlakuannya sebagai anak dewasa (Elin Rosalin, 2008).

Rhenal Kasali (2007) menyebutkan bahwa kita mengenal dua Jenis Guru, yaitu :

a.Guru Kurikulum, mereka mengajar sesuai dengan apa yang diacu atau sesuai dengan standarnya, guru tersebut amat patuh pada kurikulum dan merasa berdosa apabila tidak dapat mentransfer semua isi buku yang ditugaskan. Ia hanya mengajarkan sesuatu yang standar (habitual thinking).

b.Guru Inspiratif, mereka mengajar siswanya dengan sesuatu yang membuat siswanya kreatif dan termotivasi. Tipe ini bukanlah guru yang mengajarkan kurikulum, akan tetapi mengajak murid-muridnya berfikir kreatif (maximum thinking).ia mengajak murid-muridnyamelihat sesuatu dari luar (thingking out of the box), mengelola dan meramunya di dalam, lalu membawa kembali keluar ke masyarakat luas.

Kita jarang menemukan guru yang inspiratif ini, kebanyakan guru menjadi guru yang habitual (kebiasaan-tradisi) saja. Untuk menjadi guru yang inspiratif ini memang tidak mudah, karena dirinya harus membawa sesuatu yang biasa menjadi luar biasa dan tidak biasanya, mampu menembus batas-batas tradisi, dan menjadi kreatif. Guru yang inspiratif memang berbeda dengan guru kurikulum, ia selalu ingin perubahan, peka terhadap perubahan, peka terhadap situasi dan konteks hidup siswanya. Menjadi guru inspiratif tentu saja tidak dapat diraih dengan hanya sekadar “berbeda” ia butuh komitmen tinggi terhadap perubahan, memahami, serta mampu membawa siswanya memahami dunia melalui dirinya sendiri.

“Dunia memerlukan keduanya (guru kurikulum dan guru inspiratif), seperti memadukan validitas internal (dijaga oleh guru kurikulum) dengan validitas eksternal (yang dikuasai guru inspiratif ) dalam penjelajahan ilmu pengetahuan.

Sayang sistem sekolah kita hanya memberikan tempat bagi guru kurikulum. Keberadaan guru inspiratif akan menentukan berpa lama suatu bangsa mampu keluar dari krisis. Semakin dibatasi, akan semakin lama dan semakin sulit suatu bangsa keluar dari kegelapan” (Rhenald Kasali, 2007).

Tips Sukses Menjadi Guru Keduanya

Guru memang bukan satu-satunya elemen penentu keberhasilan pendidikan, akan tetapi tidak berlebih apabila dikatakan guru adalah kunci utama pendidikan. Perubahan kurikulum yang setiap saat dengan beragam julukannya “CBSA, KBK, KTSP, Kurikulum 2013 yang hingga saat ini tahap sosialisasi untuk di realisasikan pada tahun ajaran baru 2013/2014, atau apapun sebutannya. Tidak akan membawa perbaikan yang signifikan manakala manusia dewasa yang bernama guru itu tidak memahami dan menjalankan profesinya secara kreatif dan bertanggung jawab.

Pada dasarnya kurikulum ini menuntut guru bertindak aktif-kreatif, bukan sekedar menjadi robot birokrasi. Guru dituntut dapat mendorong peserta didik untuk sadar akan potensi yang dibawanya, kemudian menemukan pengetahuan dan menguasai kompetensi-kompetensi tertentu sesuai potensi-potensi tersebut baik diranah kognitif, afektif maupun psikomotor.

Guru adalah ujung tombak pendidikan, sementara birokrasi pendidikan hanyalah motivator untuk melejitkan kecerdasan dan kreativitas mereka. Guru yang cerdas dan kreatif tentu paham tentang hak kebebasannya berekspresi, sehingga tidak selalu dalam bayang-bayang kekhwatiran persoalan prosedur atau menyalahi standar birokrasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun