Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pantai Legenda di Aceh Selatan

22 Juni 2012   21:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:39 4157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_196439" align="aligncenter" width="574" caption="Kombinasi laut dan bebukitan hijau Tapaktuan adalah pemandangan yang mampu memberi kesan mendalam untuk catatan perjalanan Anda (Gbr: Atjehcyber.net)"][/caption] Jika pernah mendengar cerita tentang Puteri Naga dari Aceh, maka lokasi yang diidentikkan dengan legenda itu adalah kota bernama Tapaktuan. Jika dalam cerita itu digambarkan Sang Puteri begitu cantik rupawan, maka sejatinya yang benar-benar cantik itu adalah kotanya sendiri. Diapit oleh bukit-bukit yang berbatasan langsung dengan lautan membuat kabupaten ini menjadi destinasi wisata yang cukup mampu mengundang decak kagum.

Jika Anda berangkat dari arah Medan, Sumatra Utara, begitu tiba di kabupaten ini, di sisi kiri akan terlihat laut yang begitu anggun. Sedang di sisi kanan, berdiri gunung dan bukit yang tinggi dengan pepohonan hijau. Tak pelak, kombinasi dua warna menyejukkan itu, mampu memberikan kesejukan untuk Anda.

Di sini, Anda bisa menyambangi Pantai Tapaktuan. Sebuah pantai yang disebut-sebut sebagai tempat berkelahinya Teungku Tapa saat merebut Puteri Naga yang diklaim oleh sepasang naga sebagai anak mereka. Legenda itu dikuatkan lagi dengan bentuk jejak yang memang mirip telapak kaki raksasa yang bersisian dengan laut. Di jejak kaki itu, biasanya wisatawan menyempatkan diri untuk berfoto-foto.

Di Aceh, sebagian masyarakat memang meyakini bahwa jejak kaki itu adalah bukti bahwa legenda Teungku Tapa dan Naga merupakan cerita yang benar-benar terjadi. Namun, banyak kalangan yang juga percaya bahwa itu hanya cerita pengantar tidur saja. Meski demikian, sedikitnya cerita itu dikenal oleh hampir oleh seluruh masyarakat Aceh, bahkan oleh sebagian masyarakat nusantara lainnya.

Di pantai tempat berada telapak kaki raksasa itu, sebagian masyarakat kerap memberitahukan pada pendatang untuk benar-benar menjaga pantangan-pantangan yang harus dijaga. Tidak dibenarkan tertawa keras-keras, tidak boleh memaki di lokasi itu, dan beberapa pantangan lainnya. Diyakini, jika melanggar itu, berbagai hal yang tidak terduga bisa saja terjadi. Seperti misal datangnya air laut yang naik ke bukit tempat beradanya telapak kaki besar itu.

Terlepas logis tidaknya hal itu, namun dianjurkan untuk dituruti. Alasannya, paling tidak sebagai sikap

[caption id="attachment_196438" align="alignright" width="300" caption="Bekas telapak kaki raksasa di sisi bukit yang berbatasan dengan laut di Tapaktuan (Gbr: acehdesain.wordpress.com)"]

1340401610132057458
1340401610132057458
[/caption] hormat tamu terhadap penduduk setempat. Karena lokasi ini dipandang oleh sebagian masyarakat sebagai tempat yang sakral. Pastinya, pantangan-pantangan yang disebut itu memiliki alasan tersendiri yang memang tidak selalu dijelaskan dengan bahasa gamblang.

Dari atas bukit tempat telapak kaki itu berada, Anda akan dibuat takjub tidak hanya oleh bekas kaki raksasa itu. Namun juga hamparan laut luas, terlihat seperti permadani indah. Bisa dipastikan, pemandangan laut dari atas bukit itu akan membawa Anda pada ekstase yang tidak mudah digambarkan. Anda benar-benar akan merasakan diri sendiri seperti satu titik yang tidak berdaya apa-apa di hadapan laut yang terlihat begitu gagah dari sana.

Untuk menuju ke lokasi, Anda harus melewati beberapa tanjakan yang lumayan melelahkan. Akan tetapi ini menjadi tantangan tersendiri buat Anda. Sedikit kelelahan itu akan terbayar jika sudah tiba di tempat beradanya jari-jari kaki sebesar tubuh manusia, dan lebar serta panjangnya telapak kaki yang terdapat di sini berkali-kali ukuran tubuh manusia. Bisa Anda bayangkan, seberapa besar tubuh manusia itu, andai bekas telapak kaki ini benar-benar dimiliki oleh manusia jaman dahulu yang konon melawan naga di lokasi dimaksud

Sedangkan di Kota Tapaktuan sendiri, tepat di Gampong Padang, terdapat sebuah kuburan dengan panjang sekitar tiga meter lebih. Inipun menjadi salah satu tempat yang kerap dikunjungi masyarakat wisatawan dari berbagai wilayah dan juga mancanegara. Kuburan ini diyakini masyarakat sebagai tempat berbaringnya jasad sosok teungku (ulama) yang telah melawan naga yang diceritakan di atas.

Beberapa jenak di sana,  Anda bisa juga menelusuri bukit-bukit yang memang berada tidak jauh dari pantai itu. Di bukit-bukit tersebut, terdapat salah satu tempat yang bernama Ie Dingin. Ini adalah tempat beradanya air terjun yang bertingkat-tingkat. Dari satu tingkat ke tingkat lainnya, butuh keberanian mendaki bukit dan batu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun