Mohon tunggu...
Politik

Debat Berebut DKI-1, Ahok Tenang, Anies Emosional Terbuka Topeng Kesantunannya di Mata Najwa

30 Maret 2017   16:05 Diperbarui: 30 Maret 2017   16:18 1817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Debat dua kandidat Cagub DKI,  Ahok dan Anies, Senin, 27 Maret 2017 di Metro TV dalam acara Mata Najwa jauh lebih menarik dibanding debat yang dibuat oleh KPU DKI Jakarta.

Anies dianggap memukau oleh mereka yang menebar kebencian dan takut atas keberhasilan Ahok memerangi begal APBD DKI. Sementara Ahok tampil dengan tenang dan bijak dalam menjawab pertanyaan Najwa Shihab dan serangan keluar konteks dari Anies.

Selama debat, Anies mengesankan dirinya sebagai tokoh antagonis. Saking bersemangatnya, ia memutarbalikkan kesuksesan Jokowi-Ahok dan Ahok-Djarot sebagai kegagalan. Ia terkesan hanya pintar beretorika dan berkhayal. Mahir berkelit ketika Najwa mengajukan pertanyaan yang membuatnya terdesak dan terpojok. Anies lihai mengolah kata dan ucapannya seakan tidak menyerang personal, tapi sesungguhnya ia sedang mengaduk-aduk emosi Ahok. Ahok tidak terprovokasi, tapi menyikapinya dengan tenang.

Saat Anies ditanya tentang program, jawabannya keluar konteks, lalu menyerang pribadi dan gaya kepemimpinan Ahok. Ia ngotot bahwa programnya paling masuk akal walaupun belum teruji dan dilaksanakan. Nampaknya Anies merasa yakin bahwa cara tak terpuji yang dilakukannya itu sangat jitu untuk memenangkan perdebatan dan memuluskan ambisinya menuju DKI-1. Namun rakyat tidak lupa dengan mulut manis dan sikap inkonsisten Anies.

Sepanjang debat, Anies memaksakan dirinya beda (pendapat dan kebijakan) dengan Ahok. Mas Anies, kalau sekedar berbeda, siapa pun bisa melakukannya, tapi memiliki sikap rendah hati dan mengakui kelebihan Ahok, itu nampaknya membuat Anies sulit berbicara jujur dan selalu berkelit ketika ditanyakan mengenai program yang katanya beda dan lebih unggul dari Ahok.

Setiap orang pasti berubah jika menyadari kekurangan dan keterbatasan dirinya. Saya mengamati akhir-akhir ini Ahok telah mengalami perubahan luar biasa. Berbagai hal negatif yang disematkan dan dialamatkan kepadanya membuat dirinya telah berubah. Pembawaannya mulai kalem dan tampak tenang, dan bijak merespons berbagai hal. Sementara Anies yang oleh pendukungnya dikesankan santundan pintar juga telah berubah, namun perubahannya adalah makin emosional, ngawur, sombong dan lebih ambisius dari Ahok.

Ahok dan Anies memiliki definisi yang berbeda tentang kata santun. Kata santun bagi Anies hanya sebatas kata-kata yang terukur dan terstruktur. Namun kepribadian Anies yang emosional, ngawur dan sombong tidak mampu menutupi sikap santunnya yang palsu itu. Lain Anies lain Ahok. “Bagi saya definisi santunadalah berjuang mewujudkan keadilan sosial buat rakyat, tidak mencuri uang rakyat itu santun, kalau cuman ngomong doang yang santuntapi mencuri, itu namanya bajingan, bangsat!” kata Ahok.

Setidaknya terdapat 6 (enam) kepribadian Anies yang tampak dari bulan kelahiran, gestur dan tutur katanya. Pertama, Anies temperamental dan emosional. Anies lahir bulan Mei. Orang yang lahir bulan Mei pada umumnya temperamental dan emosional. Bandingkan dengan sifat Ahmad Dhani Prasetyo yang juga lahir bulan Mei, yang menyundul langit meminjam kata Amien Rais.

Selama debat, Anies terlihat kurang mengontrol emosinya. Mungkin ia stres atau karena tekanan dan tuntutan yang melebihi harapan dari pendukungnya. Entalah, hanya Anies dan pendukungnya yang tahu, tapi yang pasti Anies gagal fokus menyimak setiap pertanyaan Najwa. Jawaban-jawaban yang keluar dari bibirnya yang komat-kamit bukan tentang program yang ditanyakan, tetapi jawaban yang menyingkirkan logika, fakta dan realita tentang Jakarta yang mulai berubah sejak kepemimpinan Jokowi-Ahok yang kemudian dilanjutkan oleh Ahok-Djarot.

Kedua, kepribadian Anies berbalut jubah benar sendiri dan cenderung memaksakan kehendak. Hal ini dapat dilihat dari program rumah dengan DP 0 persen lalu diubahnya menjadi 0 rupiah, walaupun tidak masuk akal dan tidak mungkin dilaksanakan. Bila DP-nya ditanggulangi Pemprov DKI butuh dana 67,6 triliun yang bisa membangkrutkan DKI, sedangkan APBD DKI tahun 2017 hanya sebesar 70,191 triliun, namun Anies tetap ngotot untuk melaksanakannya dengan argumen-argumen ngawur.

Menurut Ahok, rumah dengan DP 0 rupiah adalah pembohongan. “Saya tidak  suka bohongi rakyat hanya untuk Pilkada,” kata Ahok saat debat. Ungkapan Ahok ini bagi mereka yang menebar kebohongan dan memberi harapan palsu, khususnya yang hatinya masih bergetar dan memiliki rasa malu pasti merupakan tamparan keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun