Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

IJSL Konsisten Menggembleng Manajemen SSB

17 Februari 2020   17:48 Diperbarui: 17 Februari 2020   20:07 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Melalui wadah Kompetisi Sepak Bola Indonesia Junior Soccer League (IJSL), mengidentifikasi pembina, pelatih, dan orangtua yang maunya hanya mencari menang untuk mencapai prestasi sebagai juara sangat mudah. 

IJSL yang keberadaannya sudah saya sebut sebagai wadah pembinaan dan kompetisi sepak bola akar rumput, dan menjadi Pondasi Penggemblengan Manajemen SSB (PPMSSB), adalah wadah kompetisi yang tidak memberlakukan sistem degradasi dan promosi. 

Namun, setiap tahun, ada SSB yang terdegradasi dari kompetisi IJSL, lalu muncul peserta SSB lain yang "lulus manajemen". 

Begitu seterusnya secara konsisten IJSL bergulir dari waktu ke waktu. 

Bagaimana dapat mengidentifikasi SSB yang "didegradasi" oleh IJSL. Gampang. Ricek saja perjalanan SSB tersebut sepanjang masa kompetisi. Apa yang telah diperbuat oleh manajemen/pelatih/orangtua selama mengikuti kompetisi yang sudah sangat jelas regulasinya. 

Dalam kesempatan ini, sama seperti pengingatan saya pada tulisan-tulisan saya khusus menyoal IJSL di Majalah IJSL atau media massa lain, tak henti saya mengajak semua pembina/pelatih/orangtua dari setiap SSB untuk selalu menyadari, memahami, dan dapat mengaplikasikan fungsi dan kedudukan SSB sebagai sarana pembinaan sepak bola akar rumput dan IJSL sebagai wadah penggemblengan manajemen SSB dalam ranah kompetisi yang digagas pihak swasta.

Sepanjang pengamatan saya dalam putaran pertama IJSL U-12 tahun 2020, sejatinya sangat mudah bagi saya, menuliskan dan menyebutkan mana SSB yang seharusnya tidak lagi layak diajak bergabung dalam wadah kompetisi IJSL, sebab tidak lulus manajemen sesuai kitah (garis besar perjuangan) SSB. 

Sebetulnya, saat hari Minggu (16/2/2020) Kompetisi IJSL U-12 memasuki Pekan ke-4 (akhir putaran pertama) di Lapangan NYTC Sawangan, Depok, saya tertawa geli melihat tingkah polah SSB. 

Ceritanya, saat manajemen IJSL seusai pekan ketiga mengumumkan untuk para peserta kembali disiplin kepada regulasi kompetisi yang telah ditetapkan, terutama menyoal kewajiban setiap SSB yang harus membawa minimal 15 pemain, karena setiap tim telah mendaftarkan minimal 20 orang dalam Album Pemain dan tidak menjadikan sebagian pemain yang dibawa hanya duduk manis di bench pemain cadangan, ternyata di pekan keempat, terjadi perubahan yang signifikan. 

Saya sendiri langsung turun ke lapangan, mericek Daftar Susunan Pemain (DSP) setiap tim di Meja IP. Semua tim saya catat, hasilnya rata-rata setiap tim mencoba kembali tertib dan membawa 15 pemain. 

Sebagian besar ada yang hanya membawa 14 pemain. Saat saya tanya, ofisial SSB bersangkutan, alasannya sudah saya tebak. Ada yang bilang pemain sakit, kegiatan ini, kegiatan itulah, alasannya sangat klasik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun