Mohon tunggu...
Siti Nurma
Siti Nurma Mohon Tunggu... Freelancer - Student

Hello everyone. Let's be friend👋

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Tips yang Bisa Diterapkan Jika Ingin Menjadi Pendengar yang Baik

12 November 2019   08:20 Diperbarui: 12 November 2019   08:54 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak sedikit yang menganggap bahwa mendengarkan bukanlah sesuatu yang perlu dipelajari, bahkan menganggap hal ini sesuatu yang sepele. Padahal, kemampuan mendengarkan adalah sebuah keharusan untuk menjalin komunikasi yang baik.

Dalam sebuah karya klasik, buku motivasi best seller yang berjudul "How to Win Friends and Influence People" karya Dale Carneige dikatakan bahwa menjadi pendengar yang baik itu perlu. Sayangnya, tidak semua orang bisa dan bersedia mendedikasikan waktu mereka untuk berusaha menjadi pendengar yang baik.

Mungkin, beberapa orang memiliki kemampuan berbicara yang baik. Entah dalam obrolan ringan, kegiatan berdiskusi atau  sharing mengenai pengalaman mereka untuk memotivasi orang lain. Namun, bukan menjadi rahasia lagi bahwa menjadi pendengar yang baik jauh lebih sulit dibandingkan menjadi pembicara. Tetapi, hal itu perlu dan harus selalu dilatih. Sebab, seorang pakar komunikasi mengatakan bahwa jika seseorang ingin menjadi pembicara hebat, maka ia harus mampu menjadi pendengar yang baik.

Lalu, bagaimana caranya menjadi pendengar yang baik?

Niat tulus untuk mendengarkan orang lain. Dengarkan orang lain dengan pikiran yang terbuka, bukan dengan penuh prasangka apalagi menghakimi. Jangan sampai menyela atau memotong pembicaraan orang lain, biarkan ia menyelesaikan pembicaraannya terlebih dahulu. Cobalah untuk mengerti apa yang dia sampaikan, berikan perhatian penuh dan tunjukkan bahwa kita benar-benar peduli padanya.

Pahami situasi. Ketika seseorang bercerita kepada kita, sebenarnya yang mereka butuhkan hanyalah sebuah pengakuan. Mereka ingin diakui bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, kita harus pandai membaca situasi. Kita perlu mengembangkan dan memvalidasi pemahaman kita mengenai topic pembicaraan sebelum memberikan tanggapan. Jangan sampai niat kita untuk memberikan pengertian ternyata malah memberikan feedback yang negatif.

Hindari membandingkan permasalahan. Ketika orang lain bercerita, fokuslah hanya pada permasalahannya. Misalnya, ketika orang lain bercerita "Duh aku sedih banget pokoknya, aku ngerasa bener-bener hopeless" kita malah menjawab "Ah itu mah ga seberapa, aku juga pernah ada di posisi kamu malah masalahnya lebih berat daripada ini". Meskipun mungkin itu benar, tetapi membandingkan permasalahannya dengan permasalahan kita bukanlah hal yang tepat, bahkan bisa memperburuk keadaan. Sehingga, hal itu harus benar-benar dihindari.

Memahami dan merasakan posisi orang lain. "Tempatkan diri anda di sepatu orang lain", mungkin begitu istilah keren nya. Menjadi pendengar yang baik lebih dari sekedar memahami. Kita perlu melatih diri kita untuk bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, seolah-olah kita terlibat dalam cerita. Tentu lawan bicara akan senang ketika kita memiliki jalan pikiran yang sama dengannya. Hal itu menunjukkan bahwa kita benar-benar memahami lawan bicara kita. Selain itu, kita juga bisa mengembangkan rasa empati terhadap orang lain. Memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Berikan nasihat jika diperlukan. Tidak semua orang yang bercerita itu membutuhkan nasihat. Ada beberapa orang yang bercerita hanya untuk meluapkan emosinya. Namun, jika orang lain meminta saran atau masukan, maka berikan sesuai dengan kemampuan kita. Jangan terburu-buru dalam memberikan tanggapan atau memberi masukan tanpa benar-benar memahami konteks permasalahan. Berpikirlah dengan tenang mengenai masukan atau solusi yang ingin kita berikan supaya tepat sasaran. Jika sudah yakin, maka kita boleh mengutarakan pendapat kita padanya.

Menjaga rahasia. Ketika seseorang menceritakan permasalahannya, tandanya ia percaya kepada kita. Kita harus menjamin bahwa kita bisa menjaga rahasia dengan baik dan bisa dipercaya akan hal itu. Biarlah permasalahan tersebut menjadi rahasia berdua. Kecuali, ada situasi atau kondisi yang membuat kita cemas dan mengharuskan kita membuka mulut.

Seperti, seseorang yang bersangkutan memiliki niat untuk bunuh diri atau mencelakakan orang lain, maka kita boleh menceritakan kepada orang lain yang sekiranya bisa membantu mencegah hal itu. Jika kita bisa dipercaya, maka kita bisa menjadi pendnegar yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun